Akhir-akhir ini sudah mulai banyak orang yang mulai tertarik bahkan mencoba menjalani pola makan yang lebih sehat. Seiring dengan hal tersebut, muncul pula perhatian soal gluten sensitivity atau sensitivitas gluten yang semakin sering dibicarakan. Hal ini menarik banyak orang untuk mencoba mengurangi gluten pada pola makannya, dan kebanyakan dari mereka merasa lebih sehat setelahnya. Nah disinilah ternyata ditemukan fenomena gluten sensitivity  walaupun sering kali “tidak terlihat”.

 

Gluten sensitivity

Gluten sensitivity, atau lebih tepatnya disebut Non-Celiac Gluten Sensitivity (NCGS), adalah kondisi ketika tubuh menunjukkan reaksi negatif terhadap gluten, tetapi tanpa bukti kerusakan pada usus halus seperti pada penyakit celiac, dan tanpa reaksi alergi seperti alergi gandum. Artinya, seseorang dengan NCGS akan mengalami ketidaknyamanan setelah mengonsumsi gluten, tapi hasil tes celiac disease dan alergi gandum mereka tetap normal1

 

Gejala gluten sensitivity yang sering muncul bisa sangat bervariasi dari orang ke orang. Namun beberapa keluhan yang sering dilaporkan antara lain, perut kembung, sakit atau kram perut, diare atau konstipasi, sakit kepala, kelelahan kronis, nyeri sendi atau otot, brain fog (merasa ‘lambat’ dalam berpikir), perubahan suasana hati (mudah cemas atau depresi ringan). Menariknya, tidak seperti celiac disease yang berdampak utama pada sistem pencernaan, gluten sensitivity justru sering menunjukkan gejala yang lebih luas, termasuk efek pada mood dan energi2.

 

Hingga saat ini, belum ada tes laboratorium khusus untuk mendeteksi gluten sensitivity. Diagnosis biasanya ditegakkan melalui beberapa pengamatan panjang oleh tenaga medis atau kesehatan. Sehingga sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional daripada ‘mendiagnosis’ secara mandiri3.

 

Penanganan gluten sensitivity

Solusi terbaik untuk orang dengan gluten sensitivity adalah menerapkan diet bebas gluten. Tapi ingat, ini bukan sekadar menghindari roti atau mie saja, ya! Gluten bisa “bersembunyi” dalam banyak produk olahan seperti saus (terutama soy sauce), sup instan, makanan ringan, dan produk olahan daging. Pilihan makanan alami seperti nasi, jagung, quinoa, buah, sayuran, kacang-kacangan, daging segar, dan ikan menjadi teman terbaik untuk kamu yang ingin menjalani pola makan bebas gluten. Namun pola makan bebas gluten juga harus tetap seimbang ya! 

 

Pola makan bebas gluten tetap harus memegang prinsip gizi seimbang karena ternyata diet bebas gluten yang salah bisa berisiko menyebabkan kekurangan zat gizi, seperti serat, protein, zat besi, dan vitamin B4. Selain itu, produk olahan bebas gluten atau gluten-free sering kali tidak mengandung komposisi yang seimbang, seperti tinggi gula atau rendah serat. Sehingga kita harus teliti dalam membaca label kemasan dan lebih bijak dalam memilih produk olahan bebas gluten yang ada di pasaran.

 

SOYJOY sebagai camilan bebas gluten

Tahukah kamu kalau ternyata SOYJOY adalah camilan yang bebas gluten? Ketika kamu membaca label kemasan SOYJOY, kamu akan menemukan tulisan bebas gluten ini loh!

 

SOYJOY merupakan camilan bebas gluten karena terbuat dari kedelai utuh dengan campuran buah-buahan dan bahan lain yang tentunya sudah dipastikan bebas dari kandungan atau kontaminasi gluten. Tidak hanya itu, SOYJOY mengandung gizi yang lengkap, seperti tinggi protein dan serat, sehingga akan membawa manfaat lain jika dikonsumsi. Misalnya bisa membantu kamu jadi kenyang lebih lama, dan bisa membantu menjaga kadar gula darah juga. Jadi SOYJOY bisa menjadi opsi terbaik camilan bergizi praktis buat kamu yang menjalankan pola makan atau diet bebas gluten.

 

Author: Dian Rahma, S.Gz, Dietisien
Editor: Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing Food SOYJOY

 

Referensi:

  1. Ontiveros, N., Hardy, M. Y., & Cabrera-Chavez, F. (2015). Assessing of celiac disease and nonceliac gluten sensitivity. Gastroenterology research and practice, 2015(1), 723954.
  2. Losurdo, G., Principi, M., Iannone, A., Amoruso, A., Ierardi, E., Di Leo, A., & Barone, M. (2018). Extra-intestinal manifestations of non-celiac gluten sensitivity: An expanding paradigm. World journal of gastroenterology, 24(14), 1521.
  3. Roszkowska, A., Pawlicka, M., Mroczek, A., Bałabuszek, K., & Nieradko-Iwanicka, B. (2019). Non-celiac gluten sensitivity: a review. Medicina, 55(6), 222.
  4. Zingone, F., Bartalini, C., Siniscalchi, M., Ruotolo, M., Bucci, C., Morra, I., … & Ciacci, C. (2017). Alterations in diets of patients with nonceliac gluten sensitivity compared with healthy individuals. Clinical Gastroenterology and Hepatology, 15(1), 63-68.