Memilih Sahabat yang Baik untuk Hidup yang Lebih Baik

Memilih makanan sama seperti memilih sahabat. Sahabat yang baik akan memberikan sesuatu yang baik pula. Hal ini berlaku untuk penyandang diabetes ataupun mereka yang ingin menghindari diabetes. Menyambut Hari Diabetes Nasional pada 18 April, alangkah baiknya mulai cermat memilih siapa sahabat kita untuk investasi kesehatan kita di kemudian hari nanti. Makanan high GI atau low GI?

Saat ini, pertumbuhan penyakit diabetes semakin mengkhawatirkan, terutama di negara-negara berkembang. Menurut data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, Indonesia bahkan ada di peringkat 7 dunia sebagai negara dengan penyandang diabetes terbanyak. Setidaknya ada 8,5 juta kasus diabetes usia dewasa di Indonesia.

Data Novo Nordisk International Operation yang dikutip dari Tempo menambahkan, 80 persen penyandang diabetes di Indonesia mengidap diabetes tipe 2 yang kebanyakan disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat. Selain kurangnya olahraga, pola makan yang buruk bisa jadi penyebab utama diabetes tipe ini. Angka di atas cukup memprihatinkan, namun dapat ditekan dengan meningkatkan kesadaran orang-orang akan gaya hidup sehat.

Kebiasaan mengonsumsi makanan dengan high GI atau glikemik indeks yang tinggi memiliki dampak cukup signifikan terhadap tingginya risiko seseorang terkena penyakit diabetes tipe 2. Glikemik Indeks (GI) merupakan tingkatan pangan dalam skala 0 100 yang menunjukkan seberapa cepat suatu bahan pangan meningkatkan kadar gula darah. Biasanya makanan high GI memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, misalnya saja roti putih, nasi putih, sereal yang rendah kadar seratnya, serta kue-kue.

Karbohidrat yang tinggi dapat menaikkan level gula dalam darah sampai ke tahap yang cukup mengkhawatirkan. Semakin cepat sebuah makanan menaikkan level gula dalam darah, semakin tinggi pula nilai GI yang ada dalam makanan tersebut.

Untuk menghindarinya tentu sebaliknya, cukup mengonsumsi makanan atau cemilan low GI. Semakin rendah nilai GI, kadar gula darah akan lebih terkontrol dan risiko terkena diabetes pun makin kecil.

Mengenali sekaligus memilah makanan low GI untuk konsumsi sehari-hari tidaklah sesulit yang dibayangkan. Ahli nutrisi Jo Lewin melalui BBC GoodFood turut berbagi tips untuk mengenali makanan low GI yang biasa ditemukan sehari-hari. Menurut dia, makanan berwarna putih, termasuk makanan yang diproses dengan tepung putih atau gula pasir cenderung memiliki nilai GI tinggi. Namun yang pasti, beberapa makanan dengan nilai glikemik indeks rendah biasanya termasuk dalam kategori buah-buahan serta kacang-kacangan, seperti kedelai. Bahkan dengan kombinasi dua-duanya seperti yang ada dalam snack bar SOYJOY. Bagi penyandang diabetes (diabetesi), olahan kacang kedelai merupakan sahabat yang baik karena nilai glikemik indeksnya termasuk yang paling rendah di antara bahan makanan yang lain. Sangat cocok untuk diet dalam mengontrol kadar gula dalam darah.

Selain menghindari makanan atau cemilan high GI, ada baiknya juga melakukan medical check-up sedari dini untuk mereka yang belum terkena diabetes. Penyakit ini merupakan penyakit yang membutuhkan perhatian lebih. Tindakan preventif sangat perlu dilakukan demi menghindari komplikasi jangka panjang yang disebabkan dari penyakit ini, mulai dari penyakit jantung, gagal ginjal, kebutaan, dll. Bagi yang tidak sempat ke dokter dapat mencoba beberapa diabetic apps SOYJOY untuk membantu mendiagnosis diabetes yang selalu mengintai.

Singkatnya, jauh lebih baik mencegah daripada mengobati. Mari pilih sahabat yang tepat untuk pola hidup sehat demi investasi di kemudian hari.

?

Sumber:

BBCGoodFood.com

Tempo.co

IDF.org

Menonton TV Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Menghabiskan waktu di depan televisi memang menyenangkan. Apalagi jika menonton film atau serial favorit. Kegiatan ini bisa jadi aktivitas untuk mengisi hari libur tanpa harus keluar rumah. Tapi, terlalu banyak menghabiskan waktu di depan TV juga buruk untuk kesehatan. Tidak hanya obesitas, data dari Harvard Public School of Health (HSPH) juga menemukan bahwa kebiasaan menonton TV terlalu lama dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.

Peneliti HSPH Frank Hu dan Anders Gr?ntved merangkum serta mengkaji ulang secara sistematis beberapa studi dari tahun 1970 sampai 2011 yang memublikasikan hubungan menonton TV dengan meningkatnya risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan juga kematian dini.

Hasilnya dua jam lebih menonton TV setiap harinya dapat meningkatkan risiko tipe 2 diabetes dan juga penyakit kardiovaskular, sedangkan menonton TV selama tiga jam lebih dapat meningkatkan risiko kematian dini. Selain itu, setiap dua jam tambahan akan meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan kematian dini masing-masing sebanyak 20, 15, dan 13 persen. Di Amerika sendiri, sekitar 100.000 orang yang menghabiskan dua jam menonton TV setiap hari selama satu tahun dikaitkan dengan 176 kasus baru diabetes tipe 2, 38 kasus penyakit kardiovaskular fatal, dan 104 kasus kematian.

Hu dan Gr?ntved mengaitkan fenomena ini dengan pola makan kurang sehat dan kurangnya aktivitas fisik, yang biasanya menyertai kebiasaan menonton TV orang-orang. Oleh karena itu, risiko diabetes bisa dikurangi dengan camilan sehat dan aktivitas fisik yang lebih banyak di dalam rumah.

Bagi yang masih doyan ngemil, beberapa camilan dengan kalori dan nilai GI rendah bisa menjadi teman menonton TV yang baik. Makanan dari olahan kedelai bisa menjadi solusi karena kedelai merupakan salah satu makanan low GI. Misalnya saja kedelai panggang dan yang agak sedikit beda, pudding kedelai. Untuk minuman, yoghurt kedelai bisa dijadikan alternatif pengganti soft drink.

Begitu juga dengan buah-buahan, sangat cocok untuk camilan sehat ketika menikmati acara TV favorit. Terutama sekali apel dan anggur. Selain low GI, kedua buah tersebut merupakan antioksidan yang ampuh mengangkal radikal bebas.

Di samping camilan sehat di atas, aktivitas ringan di dalam rumah juga membantu mengurangi efek buruk dari aktivitas pasif seperti menonton TV. Misalnya saja bersih-bersih ringan seperti menyapu, mencuci piring, dan membuang sampah yang ternyata mampu membakar hingga 164 kalori per jam. Naik turun tangga dengan membawa beban seperti belanjaan sebanyak 1 jam sehari juga terbukti dapat membakar hingga 493 kalori.

Namun yang pasti, Hu menegaskan memperbanyak aktivitas fisik dan menerapkan pola makan sehat tidak akan cukup selama tidak diimbangi dengan upaya mengurangi jam menonton TV yang terlalu lama.

Sumber:

Prolonged television viewing linked to increased risk of type 2 diabetes, cardiovascular disease, and premature death

http://www.mydailymoment.com/diet_and_fitness/healthy_eating/at_last…_8_healthy_snacks_for_tv_couch_time.php

https://shine.yahoo.com/green/10-home-chores-that-burn-the-most-calories-2607544.html

Awas! Diabetes Mengintai Kaum Muda

Secara mengejutkan, hasil penelitian yang terbit pada bulan Mei 2009 menyebutkan bahwa penyandang diabetes berusia muda banyak ditemukan di wilayah Asia. Fakta ini kemudian diterbitkan dalam Journal of American Medical Association.

Jika dulu penyakit diabetes identik dengan kaum berumur, kini banyak penyandang diabetes yang masih berusia produktif. Ketua Pengurus Besar Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) , Prof. Sidartawan Soegondo MD Ph.D, FACE, juga menyatakan hal serupa. Menurutnya, beberapa dekade silam, penyakit diabetes tipe 2 (yang tidak tergantung pada insulin) memang biasanya baru muncul pada usia lebih dari 40 tahun. Namun sekarang, penyandang diabetes tipe 2 ini justru banyak ditemukan pada mereka yang masih berusia dua puluhan atau bahkan belasan tahun, ujarnya.

Mengapa bisa demikian? Sebuah riset yang dilakukan oleh organisasi International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa perubahan gaya hidup merupakan penyebab utama meningkatnya jumlah penyandang diabetes di usia muda. Meningkatnya kesibukan seringkali mengakibatkan pola makan seseorang menjadi tidak teratur, kian dekat dengan konsumsi junk-food, dan semakin jauh dari olahraga. Ketiga hal tersebut amat berperan meningkatkan risiko seseorang ?menyandang penyakit diabetes.

Sayangnya, hingga kini belum ada satu penelitian pun yang membuktikan keampuhan suatu jenis pengobatan untuk menyembuhkan diabetes. Yang banyak beredar di pasaran hanya jenis-jenis terapi dan pengobatan untuk meningkatkan kualitas hidup seorang penyandang diabetes. Oleh sebab itu, langkah pencegahan untuk menghindari ancaman diabetes merupakan suatu hal yang penting dilakukan sejak dini.

Bagaimana caranya? Mulailah dengan mengatur keseimbangan pola makan sehari-hari serta menjaga agar tubuh selalu aktif bergerak. Sediakan waktu untuk berolahraga paling tidak setengah jam setiap harinya dan batasi asupan kalori dalam menu sehari-hari. Kendalikan pula kadar gula darah Anda dengan mengonsumsi jenis makanan yang memiliki nilai Indeks Glikemik rendah, tinggi serat, serta rendah kandungan lemak jenuh seperti kedelai, buah-buahan, dan sayuran.

Ayo, lakukan langkah pencegahan sejak sekarang dan jangan biarkan ancaman diabetes mengganggu hari-hari produktif Anda.

Sahabat Penyandang Diabetes

Kedelai bukan cuma lezat dijadikan produk olahan makanan maupun minuman. Mengonsumsi kedelai secara teratur juga berkhasiat memelihara kesehatan. Termasuk juga menjaga kesehatan para penyandang diabetes, yang harus ekstra hati-hati dalam memilih jenis makanan yang akan dikonsumsi. Apa sebabnya?

Di antara beraneka jenis bahan pangan seperti jagung dan gandum, di dalam kedelai terkandung serat pangan dalam jumlah paling tinggi. Konsumsi serat pangan inilah yang mampu mendatangkan manfaat bagi para penyandang diabetes.

Menurut organisasi American Diabetes Association, serat merupakan komponen penting dalam menu sehari-hari pada penyandang diabetes. Pasalnya, asupan serat mampu memperlambat waktu penyerapan gula (yang dihasilkan dari sintesa karbohidrat) oleh usus. Penyerapan secara bertahap inilah yang mampu mempertahankan kestabilan kadar gula darah.

Itu sebabnya, kedelai tergolong jenis makanan dengan nilai Glycemic Index (GI) rendah. Artinya, konsumsi kedelai tidak mengakibatkan peningkatan kadar gula darah secara cepat. Adanya serat pangan pada kedelai akan membuat karbohidrat yang terkandung dalam kedelai diserap tubuh secara bertahap sehingga pelepasan glukosa ke dalam darah pun terjadi secara berangsur. Akibatnya, kadar gula darah akan naik secara perlahan dan turun secara perlahan pula.

Bukan itu saja, baru-baru ini ahli nutrisi dari Soy Nutrient Institute Japan, Prof. Shaw Watanabe M.D, Ph.D, menyatakan bahwa kandungan protein dan serat yang larut di dalam kedelai juga mampu membantu menstabilkan proses filtrasi pada ginjal. Itu sebabnya, kedelai aman pula dikonsumsi oleh para penyandang diabetes yang memiliki komplikasi penyakit ginjal.

Tidak berlebihan bukan, apabila kedelai menyandang sebutan sebagai sahabat bagi para penyandang diabetes?

Lebih Tahu Tentang Diabetes (Video Infografis)

Penyandang Diabetes di Indonesia berjumlah 7,6 juta jiwa. Jumlah ini menempatkan Indonesia di ranking ke-4 negara dengan jumlah penyandang diabetes terbanyak.Kenali diabetes akan membuat kita mampu kendalikan diabetes. Ayo lebih tahu tentang diabetes!

Tajamkan Memori dengan Mengendalikan Kadar Gula Darah

Bukan hanya meningkatkan risiko penyakit diabetes, nilai kadar gula darah yang tinggi juga bisa menimbulkan gangguan pada daya ingat seseorang.

Sebuah penelitian dari Jerman yang diterbitkan dalam jurnal Neurology baru-baru ini mengungkap fakta bahwa nilai kadar gula darah bisa mempengaruhi kemampuan otak dalam mengingat informasi. Berdasarkan penelitian tersebut, daya ingat otak yang melemah bukan hanya bisa dialami oleh para penyandang diabetes, melainkan juga mereka yang tidak berstatus penderita diabetes namun memiliki kadar gula darah di atas rata-rata.

Selain melakukan tes daya ingat dengan cara memberikan kata-kata yang harus dihapal luar kepala, peneliti juga melakukan scan terhadap kondisi fisik otak para responden. Hasilnya, responden yang memiliki kadar gula darah tinggi memiliki kemampuan mengingat lebih lemah dibandingkan para responden dengan kadar gula darah lebih rendah. Bukan hanya itu, volume hipokampus (area otak yang berhubungan dengan daya ingat) para responden yang memiliki kadar gula darah tinggi juga lebih kecil dibandingkan responden dengan kadar gula darah lebih rendah.

Menurut Dr. Agnes Floel, peneliti dari Charite University Medicine di Berlin, Jerman, penelitian yang yang dilakukannya tersebut membuktikan bahwa menurunkan kadar gula darah merupakan cara yang ampuh untuk memperbaiki daya ingat. “Hasil penelitian ini bisa terapkan sebagai alternatif pengobatan bagi mereka yang mengalami gangguan pada memori serta kemampuan berpikir akibat pertambahan usia maupun penyakit tertentu,” ujar Dr. Floel.

Lebih lanjut, Dr. Floel juga merekomendasikan hasil penelitiannya dijadikan acuan bagi semua orang baik tua maupun muda, yang ingin menjalani kehidupannya secara optimal. “Kemampuan memori yang baik adalah satu lagi keuntungan ekstra dari menjalani gaya hidup sehat dan memelihara keseimbangan kadar gula darah. Untuk menekan peningkatan kadar gula darah, setiap orang hendaknya rajin mengonsumsi makanan yang banyak mengandung serat dan menjalani gaya hidup yang aktif secara fisik,” jelasnya.

Melemahnya daya ingat tentu akan mengakibatkan kerugian luar biasa pada keseharian Anda. Agar hal itu tidak sampai terjadi, tak perlu menunggu lama untuk melakukan sesuatu guna mengendalikan kadar gula darah di dalam tubuh. Mulailah menerapkan pola makan seimbang serta menjalani gaya hidup sehat sejak hari ini. Salam sehat!

Sumber:
http://www.prevention.com/health/health-concerns/low-blood-sugar-and-memory
http://www.medicalnewstoday.com/articles/267727.php