Cara Hidup Sehat Cegah Obesitas & Diabetes

Cara Hidup Sehat Cegah Obesitas & Diabetes

Jumlah penderita obesitas di seluruh dunia terus meningkat. Di negara berkembang, angkanya melonjak dari 8% menjadi 15%. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan adanya peningkatan angka obesitas dari 19,1% pada 2007 menjadi 28,9% pada 2013.

Kombinasi kurang gerak dengan pola makan tidak sehat memicu peningkatan kasus obesitas. Fenomena malas gerak (mager), memicu gaya hidup sendentary (kurang aktivitas). Ditambah makanan yang high sugar dan high salt sehingga risiko obesitas meningkat,” kata peneliti kebugaran dr. Indrarti Soekotjo, SpKO, seperti dikutip dari detikhealth.

Bukan hanya risiko obesitas saja yang mengancam akibat makanan tinggi gula dan malas gerak, melainkan juga ancaman diabetes. Prof. Dr. dr. I Made Djaja, SKM, M.Sc dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia melihat pemicu diabetes adalah gula dalam darah yang terlalu tinggi yang umumnya berasal dari makanan yang tinggi karbohidrat.

Dulu kita mengenal diabetes itu adalah penyakit keturunan, namun seseorang yang tidak mempunyai keturunan diabetes pun dapat terserang juga. Salah satu penyebab diabetes yakni mengonsumsi karbohidrat terlalu banyak. Gula dari karbohidrat yang berlebihan secara terus menerus bisa menyebabkan tubuh mengalami resistensi insulin sehingga tubuh tidak bisa mengubah karbohidrat menjadi energi dan glikogen. Gula dalam darah akan menumpuk dan menyebabkan diabetes, ucapnya.

 

 

Meskipun demikian, mayoritas orang Indonesia masih kesulitan mengubah gaya hidup mereka untuk mengurangi karbohidrat. Misalnya mengurangi nasi yang merupakan makanan pokok orang Indonesia. Ditambah lagi kegemaran mengonsumsi gorengan, teh manis dan lainnya yang juga tinggi karbohidrat dan lemak.

Padahal, salah satu solusi untuk mengatasi obesitas dan diabetes adalah lebih banyak bergerak serta mengurangi karbohidrat yang berlebihan. Studi dari University of Ireland menyebutkan orang dewasa yang mengurangi asupan karbohidrat atau cut carbo, cenderung memiliki tubuh ramping dan kondisi tubuh lebih sehat.

Tekanan darah serta kadar gula darahnya juga lebih rendah sehingga lebih terlindungi dari risiko penyakit diabetes tipe 2, jantung dan kanker. Tapi diet rendah karbohidrat bukan berarti memangkas habis asupan karbohidrat yang Anda butuhkan.

Sebab karbohidrat sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi utama. Menurut penelitian ini, para peneliti menyarankan kepada partisipan untuk mengurangi asupan karbohidrat sebanyak 40 gram setiap kali makan atau mengurangi setengah porsi dari jumlah yang biasa dimakan.

Bagi Anda yang merasakan kesulitan mengurangi porsi karbohidrat, kini ada cara mudah untuk mengurangi karbohidrat tanpa khawatir kelaparan. Caranya yakni diet cut carbo dengan SOYJOY 2 jam sebelum makan.

SOYJOY adalah snack sehat yang terbuat dari kedelai yang kaya serat dan protein. Dicerna perlahan oleh tubuh sehingga membuat kenyang lebih lama. Cukup konsumsi Soyjoy 2 jam sebelum makan, membuat diet cut carbo jadi tidak menyiksa. Info lebih lanjut lihat videonya di bawah ini :

 

Dari Gorengan hingga Teh Manis, Indonesia Dikepung Penyebab Diabetes

Dari Gorengan hingga Teh Manis, Indonesia Dikepung Penyebab Diabetes

Dari pagi hingga petang, di mana-mana, Indonesia punya pilihan yang berlimpah dalam hal jajanan hingga makanan berat.

Alasan cari camilan yang manis-manis menjelang atau sesudah makan siang, demikian pula saat malam, mempertemukan masyarakat dengan teh manis, roti aneka rasa, kue-kue manis, hingga camilan yang dibungkus dengan kulit tepung, seperti gorengan.

The street food in Indonesia is fantastic, ujar Anthony Bourdain, pembawa acara sekaligus ahli kuliner dunia yang suatu kali berkesempatan datang ke Indonesia, dalam sebuah sesi tanya-jawab di washingtonpost.com

Fantastis di mata seorang Anthony Bourdain, tidak kalah fantastis juga bagi masyarakat Indonesia sendiri yang hampir setiap hari mengecap rasa street food alias aneka jajanan pinggir jalan, termasuk aneka camilan.

Rasa pula yang menjadi salah satu alasan mengapa jajanan kerap disambar oleh para pembelinya di Indonesia. Kreasi panganan dengan rasa yang cocok membuat pembelinya kembali dan kembali lagi untuk mengonsumsinya.

Menurut penelitian, rasa senang karena makanan memang bersifat menagih. Gorengan, misalnya, dibuat dengan bungkusan tepung, suatu bahan yang mengandung karbohidrat (molekul gula) sehingga memberikan rasa manis.

Rasa manis adalah rasa yang cenderung dipilih oleh manusia sejak mereka lahir, kata Christine Gerbstadt, MD, RD, ahli diet dan juru bicara American Dietetic Association (ADA) (http://www.webmd.com/diet/features/13-ways-to-fight-sugar-cravings#1)

Menurut Christine, karbohidrat menstimulasi zat serotonin pada otak yang memicu rasa senang. Dengan kata lain, setelah sebuah makanan dianggap punya rasa yang enak, maka reseptor dalam otak sudah mencatat untuk memberikan kode agar seseorang memakan itu lagi dan lagi.

Rasa senang yang lebih lama

Rasa sendiri, jika mengacu pada paparan sebelumnya, bisa diibaratkan sebagai pintu yang menentukan apakah makanan bisa masuk seterusnya atau tidak.

Namun, karena pertimbangan pada umumnya sebatas pada itu, maka adakalanya tidak disadari, seperti apakah makanan yang masuk ke dalam tubuh.

Contohnya saja, tepung dalam gorengan dan gula dalam minuman punya kalori dan karbohidrat yang tinggi. Belum lagi, minyak dalam gorengan menambah jumlah kalori dan lemak yang dikandungnya.

Menurut healthaliciousness.com , jumlah karbohidrat pada tepung bahan kue mengandung 76,3 gram per 100 gram.

Ada lagi yang lebih tinggi dari itu, yakni gula pasir, seperti dalam teh manis. Gula mengandung total 100 gram karbohidrat dalam tiap 100 gram bahannya. “Orang Indonesia makannya relatif sedikit-sedikit, tetapi sering ngemil makanan kecil tinggi kalori seperti cireng, peyek, atau batagor,” ujar dokter pakar fisiologi dan pemerhati gaya hidup Grace Judio-Kahl seperti dikutip dari Kompas.com pada Rabu (20/8/2014) di Jakarta.

Makanan yang masuk ke dalam tubuh, seperti dipaparkan oleh diabetesresearch.org dan livestrong.com akan diubah menjadi glukosa (gula).

Lebih jauh, gula yang masuk dalam pencernaan tidak semuanya diserap tubuh jika tidak dipakai sebagai energi untuk beraktivitas. Lalu jika sudah terlalu banyak, maka gula akan ditabung menjadi glikogen.

Lalu bagaimana jika jumlah gula yang masuk semakin banyak dan tabungan sudah penuh? Pasokan karbohidrat yang datang terus tanpa disikapi dengan aktivitas yang cukup, akan memunculkan celengan-celengan baru yang dipaksakan alias lemak dalam tubuh. Di sinilah kemudian, sistem proses olah karbohidrat rentan rusak, lalu menyebabkan diabetes.

International Diabetes Federation (IDF) melalui situsnya menunjukkan data jumlah pasien diabetes di Indonesia pada tahun 2015 sudah berada di angka 10,021 juta jiwa.

Jumlah itu baru untuk yang terdaftar berdasarkan usia 20-79 tahun, tidak termasuk mereka yang belum memeriksakan diri.

Jika kita menyadari jajanan dengan bahan yang rentan menyebabkan diabetes mengepung kita, maka pencegahannya membutuhkan usaha tersendiri.

Mudah lapar dan senang nyemil tetapi takut akan diabetes, memang butuh usaha ekstra untuk melawannya.

Sebenarnya, ada hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan ini.

Misalnya, pilih snack atau camilan yang kaya serat dan protein, seperti SOYJOY, yang terbuat dari kedelai. Kandungan serat dan proteinnya yang tinggi bisa membuat kenyang lebih lama sehingga jika dikonsumsi 2 jam sebelum makan utama bisa membantu mengurangi karbohidrat yang berlebihan saat makan utama tersebut.

Dengan demikian, bersenang-senang dengan snack pun tetap bisa dilakukan, dan kita tidak terjebak jajanan sarat karbohidrat penyebab diabetes.

Sejarah Nasi, Internet, dan Risiko Diabetes Orang Indonesia

Nasi dan ikan disebut sebagai dua makanan yang terus ada dari zaman ke zaman di Indonesia sejak masa Paleolitikum (50.000 hingga 100.000 tahun lalu), seperti dicatatkan dalam buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia.

Pada masa itu, makanan di Asia Tenggara telah terbentuk berdasarkan karakter geografisnya, termasuk padi-padian yang tumbuh subur di barat, sementara umbi-umbian subur di timur.

Saking suburnya, lahan tani di Jawa menjadi sumber beras bagi pulau-pulau lainnya, seperti yang terpantau oleh Thomas Raffles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Jawa (1811-1816), yang menuliskan kekaguman akan suburnya tanah Jawa dalam buku The History of Java.

Di sisi lain, faktor kerekatan masyarakat Indonesia dan nasi juga punya catatan tersendiri. Konsumsinya jauh tidak berimbang, setidaknya tercatat pada abad ke-19.

Saat itu, Dr CL van der Burg, ilmuwan yang merintis persoalan kesehatan dan higienitas di Hindia, mendapati konsumsi nasi (karbohidrat) orang Indonesia lebih banyak dibanding orang Eropa di Hindia Belanda, berdasarkan catatan Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia.

Orang Eropa mengonsumsi protein 15,4 persen, lemak 31,3 persen, dan karbohidrat 53,3 persen. Sementara itu, pribumi (orang Indonesia) hanya mengonsumsi protein 9,3 persen, lemak 9,9 persen saja, sedangkan karbohidrat terlampau tinggi hingga 80,8 persen.

Memang, ada banyak faktor yang membuat konsumsi nasi di Indonesia tinggi. Lahan pertaniannya subur dan melimpah, seperti sudah disebutkan di atas. Ada juga faktor kemiskinan sehingga nasi rentan digunakan untuk mengenyangkan diri.

Lalu faktor lainnya adalah kurang informasi di antara masyarakat soal pilihan karbohidrat. Oleh karena itu, tidak heran jika Presiden Soekarno pada 1960-an kemudian berpandangan untuk melahirkan buku Mustika Rasa.

Buku tersebut menjelaskan bahwa masyarakat punya alternatif makanan selain beras sebagai sumber karbohidrat, bahkan menciptakan makanan-makanan baru yang bahannya berasal dari daerah masing-masing, seperti juga negara lain memanfaatkan kacang kedelai sebagai penganan.

Internet dan isu diabetes

Nasi boleh terus ada dari zaman ke zaman. Namun, saat ini konsumsi nasi sering dikaitkan dengan terjadinya penyakit yang disebut diabetes melitus atau kencing manis.

Pandangan tersebut cukup umum pada masa kini. Walau demikian, dulu, ketika survei Van der Burg itu dibuat, diabetes belum menjadi isu penting.

Boleh jadi, hal ini karena orang Indonesia dan Belanda zaman dulu yang disurvei oleh Van der Burg merupakan para pekerja. Oleh sebab itu, meskipun karbohidrat yang dikonsumsi cukup besar, jumlahnya tetap sesuai dengan energi yang mereka keluarkan.

Ketika memasuki tahun 1995, barulah jumlah penyandang diabetes membengkak. Total terdapat 4,5 juta penderita diabetes di Indonesia menurut International Diabetes Federation (IDF), seperti tercatat dalam buku Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes, tanpa menyebutkan tingkatan usia.

IDF melalui situsnya kemudian memperbarui data pada tahun 2015 bahwa jumlah pasien (terdaftar berdasarkan usia 20-79 tahun) sudah sebanyak 10,021 juta jiwa. Angka ini pun hanya mewakilkan mereka yang terdata menderita diabetes, tidak termasuk mereka yang belum terdiagnosis menderita diabetes.

Mengapa penderita diabetes terus bertambah? Langsung atau tidak langsung, ini ada hubungannya dengan perkembangan teknologi.

Alat transportasi kian berkembang sehingga kita tidak harus bergerak aktif untuk berpindah tempat. Kita juga bahkan tidak perlu banyak bergerak lagi dan cukup diam saja di rumah untuk, misalnya, sekadar memesan makanan lewat smartphone.

Perkembangan dunia internet membuat segala segi kehidupan menjadi lebih mudah dan cepat hanya dengan sentuhan jari.

Tahun 2016 saja, data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet dari total penduduk 256,2 juta jiwa. Pendek kata, separuh lebih dari jumlah total orang Indonesia kini menjalani sebagian aktivitasnya hanya dengan mengandalkan tenaga jari.

“Kurang olahraga, terlalu banyak duduk, dan pola makan yang salah merupakan penyebab penyakit ini (diabetes),” kata dr Rochismandoko, spesialis penyakit dalam, dalam peluncuran aplikasi Dokter Diabetes, seperti dikutip dari Kompas.com.

Diabetes melitus secara umum terjadi karena tingginya kadar gula dalam darah yang terjadi akibat kelainan metabolisme karbohidrat akibat ketidakmampuan secara mutlak atau relatif dari aktivitas hormon insulin.

Persoalannya, kini yang diwanti-wanti dalam urusan diabetes bukan lagi jumlah pasien. WHO menunjukkan data jumlah angka kematian karena diabetes semakin meningkat.

Pada tahun 2016 saja, di Indonesia sudah ada 99.400 kasus kematian akibat diabetes. Angka tersebut menunjukkan bahwa diabetes merupakan penyebab kematian nomor 4 terbesar di Indonesia, setelah penyakit jantung, kanker, dan kecelakaan.

Walau demikian, tentu bukan berarti nasi dan teknologi patut untuk disalahkan. Nasi atau sumber karbohidrat lain masih kita butuhkan, tetapi jumlahnya jangan berlebihan.

Di samping itu, internet memang kian mempermudah segala urusan, tetapi jangan lupa untuk tetap bergerak aktif dengan berolahraga. Dalam hal ini, kontrol di diri masing-masinglah yang diperlukan, termasuk soal makanan.

Misalnya, coba snacking 2 jam sebelum makan untuk membantu mengurangi porsi karbohidrat berlebih. Lirik snack yang kaya serat dan protein, seperti SOYJOY yang terbuat dari kedelai. Kandungan serat dan protein yang tinggi membuat kenyang lebih lama.

Pada intinya, nasi bisa tetap eksis dari zaman ke zaman. Teknologi pun terus berkembang dari zaman ke zaman. Karena itu pula, kontrol diri juga harus membuat kita bertahan dari zaman ke zaman.

Tips Bijak Pilih Camilan bagi Penyandang Diabetes

Snacking atau ngemil sering dimaknai negatif sebagai hal yang tidak sehat. Padahal ngemil merupakan salah satu cara untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil, khususnya bagi penyandang diabetes.

Jadwal makan menjadi hal yang harus dipatuhi oleh penyandang diabetes. Melewatkan waktu makan bisa memicu gula darah menjadi tidak terkontrol. Jadwal makan yang disarankan untuk penyandang diabetes adalah 5 -6 kali sehari, dengan rincian 3 kali makan besar dan 2-3 kali makanan selingan.

Makan besar dapat dilakukan pukul 07.00, makan siang pukul 12.00 dan makan malam pada pukul 19.00.Sedangkan makanan selingan (Snacking) dianjurkan disantap di antara jam makan besar. Waktu yang disarankan untuk snacking bagi penyandang diabetes adalah pukul 09.00, pukul 15.00 dan pukul 21.00 jika masih lapar. Dengan menjaga pola makan seperti ini, gula darah menjadi terjaga.

Diabetesi juga penting untuk mengetahui tentang Indeks glikemik (GI) yaitu indeks yang mengukur seberapa cepat suatu makanan yang mengandung karbo dapat meningkatkan kadar gula darah dibandingkan dengan konsumsi glukosa murni. Makanan dengan indeks glikemik tinggi seperti Karbo dapat meningkatkan gula darah dengan cepat, sebaliknya makanan dengan indeks glikemik rendah tidak cepat meningkatkan kadar gula darah setelah dikonsumsi. Beberapa contoh makanan yang masuk low GI antara lain oatmeal, kacang-kacangan, kedelai, sebagian besar sayuran dan buah, juga havermut (1).

Strategi Snacking pada Penyandang Diabetes

Mengapa Snacking di antara jam makan besar disarankan bagi penyandang diabetes? Fungsi snacking adalah untuk memberikan rasa kenyang agar tidak terlalu kelaparan sehingga bisa memicu turunnya kadar gula darah (hipoglikemik), hal yang harus dihindari pada penyandang diabetes.

Namun, pemilihan camilan harus bijak, tidak boleh ngasal. Perhatikan porsi dan jenis makanan. Salah memilih camilan malah bisa berpotensi meningkatkan gula darah secara dratis, hal yang juga harus dihindari pada penyandang diabetes.

Berikut ini strategi snacking cerdas yang bisa dilakukan penyandang diabetes:

1. Pilih makanan kaya serat dan Low GI

Hal harus dipertimbangkan bagi penyandang diabetes saat memilih makanan adalah, pilihlah makanan yang kaya serat dan Low GI. Mengapa ini penting? karena makanan kaya serat dan Low GI akan membantu meningkatkan rasa kenyang, sehingga membuat kita tidak gampang lapar hingga jam makan besar tiba.

Salah satu contoh makanan yang tinggi serat serta low GI adalah kedelai. Sumber protein nabati dan serat pada kedelai dapat membantu kita merasa kenyang lebih lama dan mengendalikan nafsu makan. Kedelai bisa dikonsumsi dalam bentuk utuh atau produk olahan yang berbahan kedelai.

Memperhatikan jumlah asupan serat dalam makanan ringan (snack) dan memilih makanan dengan indeks glikemik rendah, keduanya merupakan cara yang baik dalam memilih camilan cerdas. Camilan tersebut tidak akan membuat gula darah meningkat drastis saat dikonsumsi, malah akan membantu Menjaga gula darah tetap stabil, demikian yang diinformasikan oleh Akademi Nutrisi dan Diet (Academy of Nutrition and Dietetics),

2. Tambahkan protein

Protein memiliki efek yang kuat pada nafsu makan, yaitu dapat meningkatkan rasa kenyang, mengurangi rasa lapar dan membantu mengurangi asupan kalori. Hal ini terjadi karena protein mempengaruhi beberapa hormon yang berperan dalam lapar dan kenyang.Beberapa contoh makanan yang kaya protein yaitu dada ayam, ikan, kacang-kacangan, tempe dan kedelai.

3. Pilih Snack dengan Kalori yang Pas

Hal yang tak boleh diabaikan saat snacking bagi penyandang diabetes adalah memperhatikan jumlah kalori yang masuk. Menurut dr. Tjandraningrum, M.Gizi, SpGK. jumlah kalori snack untuk penyandang diabetes direkomendasikan antara 60 110 kkal per sekali makan.

SOYJOY80 merupakan salah satu alternatif pilihan snack bagi penyandang diabetes. SOYJOY80 yang hanya mengandung 80 Kalori, terbuat dari kedelai, tinggi serat dan protein serta low GI, sangat cocok dikonsumsi bagi diabetisi. Konsumsi SOYJOY80 dua jam sebelum makan besar, membantu mengendalikan nafsu makan dan mengurangi porsi berlebih saat makan besar.

Sumber referensi:

1. http://www.diabetes.org/food-and-fitness/food/what-can-i-eat/understanding-carbohydrates/glycemic-index-and-diabetes.html?loc=ff-slabnav

2. http://www.eatright.org/resource/health/diseases-and-conditions/diabetes/diabetes-and-diet

3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18469287

4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16400055

5. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16002798

6. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23885994

7. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17092830

Minimalkan Risiko Diabetes Dengan Aktif Bergerak

Dalam keluarga ada yang terkena diabetes dan kamu berada dalam risiko terkena penyakit ini? Berisiko diabetes tidak otomatis akan pasti mengalami penyakit ini. Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk menghindari diri terkena diabetes mellitus tipe 2, antara lain dengan menjalani pola hidup sehat dan menjaga berat badan ideal.

Menjalani gaya hidup aktif dengan bergerak setiap hari tidak hanya mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2, namun juga dapat membantu tidur lebih nyenyak, mengelola stres serta memperbaiki suasana hati.Ingatlah, melakukan perubahan kecil ke arah yang lebih baik akan menjadi awal yang baik.

Berapa banyak aktivitas yang perlu dilakukan setiap hari? Mulailah dengan 30 menit sehari latihan intensitas sedang setidaknya lima hari dalam seminggu. Intensitas sedang berarti bahwa pernapasan meningkat, namun masih bisa berbicara.

Sejumlah hal sederhana dapat dilakukan untuk memulai aktivitas fisik yang mendorong kita menjalani gaya hidup lebih aktif, antara lain:

1. Memarkir kendaraan di area yang lebih jauh sehingga punya kesempatan berjalan.

2. Memilih menggunakan tangga bukan eskalator atau lift.

3. Usahakan berjalan kaki saat janji temu dengan teman apabila lokasinya dekat.

4. Saat membawa binatang piaraan berjalan-jalan, berilah tambahan ekstra 5 menit berjalan kaki.

5. Gunakan pedometer untuk melacak langkah yang telah dilakukan. Ini sekaligus menantang kita untuk melakukan lebih di hari berikutnya.

Penting juga untuk melakukan beberapa kegiatan yang meningkatkan kekuatan otot minimal dua hari dalam seminggu. Langkah ini tak harus dilakukan di pusat kebugaran: Lakukan kegiatan sehari-hari seperti berkebun atau membawa barang belanjaan.

Yang tak boleh dilupakan untuk memulai kebiasaan baik dalam upaya meminimalkan risiko terkena diabetes tipe 2 adalah dengan memahami apa yang sedang kita lakukan. Gunakan buku harian untuk mencatat apa yang dimakan dan aktivitas apa saja yang telah dilakukan selama seminggu.

Dengan mengisi jurnal, kita bisa melihat perubahan kecil untuk diet dan tingkat aktivitas yang akan membantu kita tetap sehat. Coba mulai sekarang ya.

Oh ya, selain melakukan aktivitas olahraga, imbangi juga dengan pola makan #CutCarbo ya. Mengapa mengurangi asupan karbohidrat penting, Karena kelebihan konsumsi karbo bisa memicu diabetes mellitus tipe 2.

Penjelasan singkatnya adalah: kelebihan konsumsi karbohidrat, pola makan yang tidak seimbang, jarang bergerak bisa mencetuskan obesitas yang menuntun pada terjadinya diabetes.

Agar karbohidrat kompleks dapat masuk ke dalam sel, harus dipecah menjadi gula sederhana yaitu glukosa darah. nah, apabila konsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebih, metabolisme karbohidrat dalam tubuh akan lebih berat. hal ini memicu diabetes melitus.

Konsumsi karbohidrat berlebihan dalam sekali makan menyebabkan tubuh memproduksi insulin dalam jumlah yang besar. Inilah yang membuat insulin mengubah karbohidrat yang masuk menjadi gula darah dalam jumlah yang besar pula. Dengan kapasitas dan kebutuhan tubuh yang terbatas, banyak dari gula dalam darah tersebut yang akhirnya tak terpakai, sehingga langsung tersimpan dalam bentuk sel lemak.

Karena alasan inilah, penting mengurangi asupan karbo dari sekarang. Mungkin ada yang takut, dengan mengurangi karbo membuat perut tidak kenyang. Hal ini bisa disiasati dengan memilih jenis karbohidrat yang tepat. Pilih karbohidrat yang mengandung serat tinggi, misalnya kacang kedelai dan kacang-kacangan, sayur, dan buah.

Agar tak merasa kelaparan saat #CutCarbo, konsumsilah camilan tinggi serat kira-kira dua jam sebelum makan. Konsumsi camilan tinggi serat ini bisa menjaga kadar gula darah tetap stabil dan nafsu makan tidak berlebih saat mengonsumsi karbohidrat di waktu makan besar.

Penelitian menunjukkan, konsumsi SOYJOY 2 jam sebelum makan terbukti mengontrol nafsu makan dan mencegah kita mengonsumsi makanan berlebih saat jam makan utama tiba.

Yuk kita coba!

7 Risiko Kesehatan Yang Mengintai Penyandang Diabetes

7 Risiko Kesehatan Yang Mengintai Penyandang Diabetes

Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis menjadi topik yang banyak diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir. Apabila sudah terkena diabetes, maka kondisi ini akan disandang seumur hidup.

Namun kabar baiknya adalah, risiko diabetes mellitus tipe 2 dapat dikurangi. Sekitar 3 dari 5 kasus diabetes tipe 2 dapat ditunda atau bahkan dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup.

Beberapa faktor risiko untuk diabetes tipe 2 – seperti usia, latar belakang etnis, atau sejarah keluarga – memang tidak dapat diubah, tetapi yang lain bisa. Kabar baiknya adalah bahwa kita semua dapat membuat perubahan kecil untuk membantu mengurangi risiko kita terkena diabetes tipe 2.

Apabila seseorang terkena diabetes meski penyakit ini tak bisa disembuhkan dengan obat -namun penyakit kencing manis ini bisa dikelola agar tak sampai menimbulkan komplikasi yang membahayakan.

Apabila diabetes tak dikendalikan dengan baik, maka tubuh bisa memetik dampak negatifnya. Terlalu banyak gula dalam darah bisa merusak saraf dan pembuluh darah, yang bermuara pada beragam masalah kesehatan.

Komplikasi diabetes bisa dihindari dengan melakukan sejumlah kebiasaan baik. Selain pengobatan, kebiasaan hidup sehat bisa membantu mencegah diabetes memunculkan komplikasi serius.

Apa saja risiko kesehatan serius yang mengancam penyandang diabetes? Gula darah tinggi dapat berdampak berbagai bagian tubuh, antara lain:

1.Mata


Diabetes meningkatkan peluang seseorang memiliki masalah penglihatan, termasuk kebutaan. Hal ini dapat menyebabkan beragam masalah terkait dengan mata, yaitu Katarak (lensa mata berawan atau keruh); Glaukoma (diabetes merusak saraf yang menghubungkan mata ke otak yang memungkinkan kita melihat dengan baik); Retinopati (diabetes bertanggung jawab pada perubahan retina di belakang mata).

2. Jantung


Gula darah tinggi yang berlangsung bertahun-tahun dapat membahayakan pembuluh darah tubuh. Hal ini membuka kesempatan penyandang diabetes memiliki penyakit jantung, yang dapat memicu serangan jantung atau stroke di kemudian hari. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, dan juga kolesterol tinggi membuat masalah kesehatan itu lebih mungkin terjadi.

3. Ginjal


Diabetes dapat mempengaruhi pembuluh darah di ginjal, sehingga membuat organ penting ini tidak bekerjadengan baik. Jika gangguan pada ginjal berlangsung selama bertahun-tahun, suatu saat organ ini bisa berhenti bekerja.

4. Kaki


Gula darah tinggi dapat membahayakan aliran darah dan kerusakan saraf, yang dapat menyebabkan luka, goresan, atau luka sembuh lebih lama. Penyandang diabetes mungkin merasakan mati rasa di bagian kaki. Hal ini berbahaya Karena bisa saja kaki terluka tanpa disadari, dan menimbulkan infeksi yang sulit sembuh. Bahkan jika infeksi ini serius, penyandang diabetes mungkin harus merelakan kakinya diamputasi.

5. Saraf


Jika gula darah tinggi merusak saraf, yang dikenal dengan istilah neuropati diabetes, penyandang diabetes mungkin merasa nyeri, kesemutan, atau mati rasa, terutama di kaki.

6. Kulit

Diabetes dapat membuat seseorang lebih mungkin untuk terkena infeksi ragi (yeast), gatal-gatal, muncul belang pada kulit seperti bersisik atau berwarna kecoklatan.

7. Masalah ereksi


Pria dengan diabetes mungkin berisiko mengalami gangguan seksual karena gula darah tinggi dapat membahayakan aliran darah dan merusak saraf yang dibutuhkan tubuh untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi.