by gl75FKPUUayArC | Jun 2, 2014 | Uncategorized
Bukan sekadar memangkas kualitas asupan gizi, gangguan makan juga bisa mengakibatkan akibat yang lebih buruk bagi penderitanya. Bisakah diatasi?
Terpengaruh tayangan iklan, memiliki tubuh ramping bagai supermodel adalah impian mayoritas orang saat ini. Padahal, tubuh langsing bukan jaminan bahwa fisik kita sehat dan kuat. Selain itu, tak sedikit pula di antara kita yang menjalani pola hidup tidak sehat dan minim bergerak sehingga sulit mencapai berat badan ideal. Lantaran didera obsesi tentang berat badan, muncullah berbagai jenis gangguan makan (eating disorders) yang mayoritas dialami oleh kaum wanita. Berikut tiga diantaranya:
1. Anoreksia
Penderita anoreksia memiliki sudut pandang yang terdistorsi akan kondisi tubuhnya sendiri. Mereka selalu merasa gemuk meski pada kenyataannya memiliki berat badan ideal atau bahkan terlampau kurus. Ciri penderita anoreksia yang paling bisa diamati adalah seringkali menolak untuk makan, giat (bahkan cenderung terlalu giat) berolahraga, dan malu bila kelihatan sedang makan di depan umum meski dalam porsi sedikit. Berdasarkan riset yang dilakukan di University of Zurich, Swiss, penderita anoreksia memiliki risiko kematian 18 kali lebih tinggi dibandingkan orang normal.
2. Bulimia
Sama seperti penderita anoreksia, pengidap bulimia juga terobsesi untuk memiliki tubuh ramping. Hanya saja, mereka yang mengidap bulimia menyalurkan obsesi tersebut dengan mengeluarkan kembali semua makanan yang sudah dikonsumsinya, entah dengan cara muntah (menggunakan bantuan sikat gigi yang ditekan ke pangkal lidah), minum obat pencahar, ataupun dengan olahraga berlebihan. Penderita bulimia senang makan dalam porsi normal, namun kemudian merasa bersalah karena telah memasukkan kalori ke dalam tubuhnya. Emosi negatif tersebut baru bisa diatasi setelah makanan berhasil dikeluarkan kembali dari tubuhnya.
3. Binge Eating Disorder (BED)
Gangguan BED ditandai dengan hilangnya kendali diri pada saat menyantap makanan. Serupa dengan pengidap bulimia, penderita gangguan BED punya kebiasaan untuk makan dalam jumlah berlebihan. Bedanya, jika penderita bulimia berusaha mengeluarkan makanan kembali, tidak demikian halnya dengan pengidap BED. Ketika sedang “kambuh” atau istilahnya sedang mengalami “binge episode”, penderita bisa makan terus-menerus hingga jauh melampaui batas kenyang dan kerap kali mengalami gangguan pencernaan akibat makan terlalu banyak.
Apa bahayanya bila seseorang dinyatakan positif menderita gangguan makan? Tak lain adalah meningkatnya risiko serangan berbagai jenis penyakit, mulai dari anemia (kekurangan sel darah merah), gangguan pencernaan, osteoporosis (tulang keropos), gigi lekas tanggal, tekanan darah tinggi, diabetes, hingga penyakit gagal jantung dan kerusakan otak.
Untungnya, pakar kesehatan sedunia percaya bahwa gangguan makan bisa diatasi dengan melibatkan dukungan dari psikolog, ahli nutrisi, serta keluarga dekat. Jika masalah psikis yang menjadi biang keladi munculnya gangguan makan bisa diatasi dengan baik, maka selanjutnya giliran pakar nutrisi turun tangan untuk membantu menerapkan pola makan sehat. Terakhir namun terpenting adalah dukungan dari keluarga dan orang terdekat untuk membantu menguatkan motivasi. Dengan komitmen yang kuat, maka kesembuhan yang diinginkan akan lekas tercapai.
Sumber: mayoclinic.org; nimh.nih.gov; psychiatry.org
by gl75FKPUUayArC | May 28, 2014 | Uncategorized
Bagi penyandang diabetes, kebiasaan merokok bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi penyakit yang berujung pada kematian.
Para pakar kesehatan sedunia sepakat bahwa merokok adalah kebiasaan buruk yang membahayakan kesehatan, terutama bagi Anda yang menyandang diabetes. Apa sebabnya? Berdasarkan penelitian, penyandang diabetes yang juga perokok memiliki kadar gula darah yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak merokok. Kadar gula darah yang amat tinggi tersebut pada akhirnya akan meningkatkan risiko komplikasi penyakit akibat diabetes, seperti kebutaan, kerusakan saraf, gagal ginjal, serta masalah pada jantung yang bisa mengakibatkan kematian.
Penelitian terbaru yang dilakukan di California State Polytechnic University, Amerika, menyatakan bahwa biang keladi kondisi tersebut adalah kandungan zat nikotin yang masuk ke dalam tubuh melalui asap rokok. Xiao-Chuan Liu, salah seorang peneliti yang juga profesor di bidang kimia, menyatakan bahwa kandungan nikotin di dalam darah orang sehat mampu meningkatkan kadar hemoglobin A1c (HbA1c)—kombinasi antara sel darah merah dan glukosa yang menjadi indikator kadar gula di dalam darah, hingga sebesar 34%. Liu mengatakan bahwa hasil serupa kemungkinan besar berlaku pula pada penyandang diabetes.
Apa bahaya tingginya kadar HbA1c di dalam tubuh? Kian tinggi kandungan HbA1c di dalam darah, maka akan semakin tinggi pula risiko timbulnya hambatan pada sirkulasi darah di seluruh tubuh. Jika aliran darah sudah terhambat, maka berbagai masalah bisa muncul pada organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, dan lain-lain. Pada pasien pradiabetes, konsentrasi HbA1c yang tinggi juga bisa memicu terjadinya resistensi insulin. Jika hal ini Anda alami, maka peran hormon insulin dalam menyeimbangkan kadar gula di dalam darah akan terganggu. Akibatnya, status pradiabetes akan dengan lekas berubah menjadi penyandang diabetes.
Karenanya, menghentikan kebiasaan merokok wajib menjadi prioritas utama bagi para penyandang diabetes maupun mereka yang masih berstatus pradiabetes. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, penggunaan plester nikotin ataupun permen karet yang mengandung nikotin juga perlu dihindari karena risiko masuknya nikotin ke dalam tubuh. Sebagai metode alternatif untuk menghentikan kebiasaan merokok, Anda bisa memanfaatkan hipnoterapi, aromaterapi, ataupun jenis terapi lainnya yang lebih bersahabat dengan kondisi tubuh.
Berbekal tekad yang kuat, Anda tentu bisa menghapuskan kebiasaan merokok dan menikmati kehidupan baru yang lebih berkualitas.
Sumber: diabetes.co.uk; webmd.com/diabetes
by gl75FKPUUayArC | May 26, 2014 | Uncategorized
Perjalanan dengan pesawat terbang terkadang menyisakan rasa lelah yang sulit disingkirkan. Atasi dengan cara ini!
Bepergian dengan transportasi udara memang bisa menghemat waktu sehingga Anda punya kesempatan lebih banyak untuk menikmati suasana di tempat tujuan. Hanya saja, suasana di dalam pesawat terbang terkadang menimbulkan ketidaknyamanan yang mengakibatkan Anda rentan terserang lelah. Tapi tak perlu khawatir, karena Anda bisa mencegahnya dengan beberapa langkah berikut ini:
1. Minum banyak cairan
Tingkat kelembaban di dalam kabin pesawat biasanya berada pada kisaran 25% RH (normalnya sekitar 60-70% RH). Kelembaban udara di bawah batas normal ini bisa mengakibatkan hidung, mata, dan tenggorokan terasa kering serta tidak nyaman. Untuk mengatasinya, minumlah banyak cairan—baik sebelum maupun selagi di dalam pesawat. Kurangi konsumsi kopi dan teh yang bersifat diuretik agar tubuh Anda terhindar dari dehidrasi.
2. Tingkatkan stamina
Berada di dalam ruangan tertutup bersama ratusan penumpang lainnya tentu akan mengakibatkan terjadinya pertukaran kuman penyakit melalui udara. Untuk mengantisipasi penularan penyakit, Anda perlu memelihara stamina dengan cara makan dalam jumlah cukup dan minum vitamin jika diperlukan. Yang perlu diingat, hindari makan dalam jumlah berlebihan beberapa saat menjelang keberangkatan, karena akan mengakibatkan perut Anda terasa tidak nyaman selama di perjalanan.
3. Siapkan cemilan
Dengan tujuan menekan harga tiket, kian sedikit saja maskapai penerbangan yang menyediakan konsumsi bagi penumpang. Padahal, perjalanan selama beberapa menit saja sudah bisa membuat Anda haus atau lapar. Untuk menghindarinya, bawa bekal cemilan yang mudah disantap seperti potongan buah-buahan seperti apel atau kacang-kacangan seperti kacang almond atau kedelai, ditambah dengan minuman seperti yogurt. Selain berguna untuk di perjalanan, cemilan ringan ini juga bisa berperan sebagai “ransum darurat” pada saat penerbangan Anda mengalami delay.
4. Olahraga ringan
Pernah dengan istilah “economy-class syndrome”? Ini adalah sebutan yang mengacu pada pembekuan darah di daerah kaki yang diakibatkan oleh posisi duduk dengan kaki menekuk dalam jangka waktu terlalu lama. Jika tidak segera diatasi, darah beku tersebut bisa terbawa aliran darah menuju organ-organ tubuh yang penting seperti paru-paru, jantung, dan otak. Jika sudah begitu, maka akibatnya bisa fatal. Untuk menghindarinya, lakukan olahraga ringan seperti berjalan-jalan menyusuri lorong pesawat atau menggerakkan anggota tubuh Anda sambil duduk di atas kursi.
5. Kenakan baju berlapis
Suhu udara di dalam pesawat terkadang terasa terlalu dingin atau justru terlalu panas. Untuk mengantisipasinya, kenakan baju berlapis sehingga Anda bisa menyesuaikan busana dengan kebutuhan. Jika kedinginan, Anda tinggal menambahkan jaket dan syal yang sudah dibawa di dalam tas. Sebaliknya, jika terasa gerah, Anda bisa menanggalkannya satu per satu hingga terasa nyaman.
Selamat mencoba. Bon Voyage!
?
Sumber: readersdigest.ca; nbcnews.com; wikitravel.org/en
by gl75FKPUUayArC | May 21, 2014 | Uncategorized
Sama seperti kepribadian, setiap orang memiliki kebiasaan makan yang berbeda pula. Berbeda kebiasaan berbeda pula pengaruhnya terhadap kesehatan masing-masing. Jadi, ada baiknya untuk mengenali pola makan dari sekarang, because you are what you eat. Apalagi jika pola makan tersebut terbukti buruk untuk kesehatan.
Luangkan waktu menjawab lima pertanyaan berikut untuk mengetahui apakah Anda sudah memiliki kebiasaan makan yang ideal atau belum.
by gl75FKPUUayArC | May 14, 2014 | Uncategorized
Ingin menikmati perjalanan dengan nyaman? Jangan sampai perut lapar mengganggu suasana di perjalanan.
Bukan hanya bisa membuat tubuh pegal-pegal, duduk manis di dalam kendaraan dalam waktu lama bisa membuat perut Anda meronta-ronta. Bisa sih, memesan makanan dari dapur pesawat atau singgah di rest area untuk menikmati kudapan dan secangkir kopi. Tetapi, menu yang tersedia di restoran biasanya bukanlah tergolong jenis makanan yang bersahabat dengan program diet Anda—menu yang serba digoreng ataupun terlalu banyak mengandung garam. Bagaimana cara menyiasatinya?
1. Jangan lewatkan sarapan
Pukul berapa pun Anda memulai perjalanan, jangan lupa mengawali hari dengan sarapan. Menyantap sarapan sehat di pagi hari amat berguna untuk mengisi cadangan energi Anda guna beraktivitas sepanjang hari. Pilih menu sarapan yang low GI untuk mempertahankan rasa kenyang lebih lama, misalnya beras merah, beras pera, atau roti kaya serat. Lengkapi sarapan Anda dengan buah dan sayuran sebagai sumber vitamin untuk membantu mempertahankan stamina selama di perjalanan.
2. Bawa cemilan sehat
Ngemil adalah pilihan tepat untuk mengusir rasa bosan dan kantuk selama di perjalanan. Hanya saja, Anda perlu cermat memilih jenis camilan agar acara ngemil tidak mengakibatkan lingkar pinggang bertambah. Apa jenis camilan yang bisa dinikmati di perjalanan? Selain potongan buah-buahan, Anda juga bisa memilih kacang-kacangan sebagai cemilan selama perjalanan. Bahkan bisa saja Anda membawa dua-duanya dalam bungkusan SOYJOY. Rasa kenyang tahan lebih lama dan juga lebih praktis dibawa. Simpel!
3. Minum banyak cairan
Selain dompet, ponsel, dan power bank, lengkapi pula tas Anda dengan botol berisi air minum. Minum banyak cairan amat berguna untuk menghindari dehidrasi selama di perjalanan. Nah, untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuh selama dalam perjalanan, Anda bisa memilih jus buah tanpa gula atau menyantap buah-buahan yang banyak mengandung air seperti semangka, pir, dan jeruk. Selain berguna membuat tubuh terasa segar, minum banyak cairan juga dapat membantu mempertahankan rasa kenyang lebih lama.
4. Cerdas memilih menu
Meski restoran cepat saji bukanlah pilihan ideal, namun bukan berarti Anda harus mengabaikan perut yang melilit apabila gerai fast food adalah satu-satunya alternatif yang tersedia. Yang perlu Anda lakukan adalah teliti saat memilih menu. Misalnya, pilih omelet sayuran daripada ayam goreng, minum jus buah daripada minuman ringan, atau memilih salad dengan dressing yang dikurangi. Memilih asupan serat dibandingkan lemak akan membuat perut Anda kenyang tanpa berisiko menambah berat badan.
5. Memperbaiki pola pikir
Banyak orang makan dalam jumlah berlebihan saat menikmati perjalanan di waktu liburan. Padahal, liburan adalah waktunya untuk melepaskan beban pikiran, tetapi bukan melepaskan program diet. Dengan mengubah pola pikir bahwa pola makan saat sedang berlibur sama saja dengan pola makan di saat-saat lainnya, Anda akan terhindar dari keinginan untuk selalu mengisi perut dengan makanan.
Selamat menikmati perjalanan Anda!
Sumber: nutrition.about.com; traveltips.usatoday.com; webmd.com
by gl75FKPUUayArC | May 12, 2014 | Uncategorized
Meski tak sama, diabetes dan hipertensi saling berhubungan. Kehadiran salah satu bisa menjadi pemicu kemunculan yang lainnya.
Bagai sahabat karib, diabetes dan tekanan darah tinggi (hipertensi) kadang hadir berdampingan. Ya, dibandingkan mereka yang sehat, para penyandang diabetes lebih mungkin mengalami hipertensi. Di Amerika, angka prevalensi hipertensi pada penyandang diabetes mencapai 2 dari 3 orang. Demikian pula sebaliknya, kondisi tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi akibat diabetes, seperti masalah pada ginjal serta kerusakan fungsi mata. Bagaimana keduanya saling berhubungan?
Tingginya kandungan gula di dalam aliran darah yang dialami oleh penyandang diabetes bisa membuat darah menjadi lebih kental sehingga aliran darah melambat. Perlambatan aliran darah ini dapat mengakibatkan terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah. Penumpukan plak yang berlebihan mampu mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan mengeras (aterosklerosis) sehingga tekanan darah meningkat. Jika tidak segera diatasi, aterosklerosis bisa mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah, serangan jantung, stroke, gagal jantung, ataupun gagal ginjal.
Bukan hanya itu, riset terbaru menyatakan bahwa kondisi diabetes yang disertai hipertensi juga bisa mengakibatkan berkurangnya jumlah sel-sel otak serta gangguan memori pada mereka yang berusia paruh baya. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology tersebut, penderita memiliki volume total otak berukuran 2,9% lebih kecil dan volume hippocampus (area otak yang berhubungan dengan memori) berukuran 4% lebih kecil dibandingkan orang yang sehat. Penyandang diabetes di usia paruh baya yang juga mengidap hipertensi pun berisiko menderita kerusakan pada sejumlah area otak dibandingkan orang yang sehat.
Itu sebabnya, upaya mengendalikan nilai tekanan darah selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam penanganan kondisi diabetes. Apa yang bisa dilakukan untuk memelihara agar tekanan darah selalu berada dalam skala normal (di bawah 130/80 mmHg)? Selain mengonsumsi obat sesuai petunjuk dokter, terapkan pula gaya hidup sehat dengan cara berhenti merokok, menerapkan pola makan seimbang, mempertahankan berat badan ideal, berolahraga secara teratur, serta membatasi konsumsi lemak dan garam dalam makanan sehari-hari.
Dengan melakukannya secara teratur dan konsisten, maka para penyandang diabetes pun bisa menikmati hidup yang lebih berkualitas dan terhindar dari ancaman komplikasi serta penyakit berat yang diakibatkan oleh tingginya kadar gula darah dan tekanan darah tinggi.
Sumber: diabetes.org, webmd.com, medicalnewstoday.com