6 Tips Aman Bersepeda untuk Diabetesi

Hidup dengan menyandang diabetes bukan berarti Anda terbebas dari kewajiban berolahraga. Sebaliknya, penyandang diabetes justru perlu berolahraga secara rutin untuk memelihara stamina dan berat badan ideal. Menurut pakar kebugaran, bersepeda adalah salah satu jenis olahraga yang dianjurkan bagi penyandang diabetes, karena bersifat low impact sehingga bisa meminimalisir risiko cedera. Agar segalanya berjalan lancar, ikuti langkah berikut sebelum Anda mulai mengayuh pedal:

1. Konsultasi pada dokter

Dokter biasanya akan memberikan saran yang diperlukan, seperti menganjurkan saat yang tepat untuk berolahraga, durasi dan frekuensi bersepeda, serta cara untuk menyeimbangkan kadar gula darah selama beraktivitas. Bisa jadi, Anda memerlukan dosis ataupun jenis obat tambahan yang wajib diminum menjelang atau setelah bersepeda.

2. Cek kadar gula darah

Menurut Michael Riddell, Ph.D, pengajar di School of Kinesiology and Health Science, York University di Toronto, Kanada, cek kadar gula darah perlu dilakukan sebanyak dua kali—dengan jeda selama 20 menit, sebelum Anda mulai bersepeda. Selanjutnya, lakukanlah tes setiap 30-40 menit untuk memantau kondisi tubuh selama Anda bersepeda.

3. Peralatan yang tepat

Sama pentingnya dengan keamanan, kenyamanan kala bersepeda pun perlu diutamakan. Pilih jenis sepeda yang memiliki dudukan lebar dan empuk serta posisi stang yang nyaman dikendalikan. Kenakan pula jenis pakaian dan sepatu yang tepat untuk menghindari risiko cedera—misalnya kaki lecet karena sepatu yang sempit atau Anda terjatuh karena bahan celana terjerat roda sepeda.

4. Konsumsi snack

Carol Guber, penulis buku Type 2 Diabetes Life Plan, menyarankan Anda untuk menyantap snack yang mengandung karbohidrat dan protein sebelum berolahraga, terutama jika kadar gula darah Anda berada di bawah rata-rata. Bekal snack—seperti SOYJOY, juga perlu dibawa kala bersepeda untuk berjaga-jaga apabila kadar gula darah turun lebih cepat daripada yang diperkirakan.

5. Cukup minum

Lengkapi bekal Anda dengan air minum untuk dikonsumsi selama perjalanan. Menurut pakar nutrisi Charlotte Hayes, RD, CDE, Anda perlu minum 2-3 gelas air sebelum berolahraga dan minum kembali setiap 20-25 menit selama berolahraga. Cukup minum akan membantu menstabilkan suhu tubuh dan menghindari risiko dehidrasi.

6. Lakukan bertahap

Lakukan kegiatan bersepeda secara bertahap agar tubuh mampu menyesuaikan diri dengan baik. Pada minggu pertama, cukup kayuh pedal Anda selama 10 menit per hari. Jika tubuh sudah terbiasa, maka durasi waktu bisa ditingkatkan lagi secara perlahan, dari waktu ke waktu.

 

Selamat berolahraga! J

 

Sumber :
– www.livestrong.com
– www.diabeticlivingonline.com

Bahaya Gaya Hidup “Lembam”

Sedentary lifestyle bukan hanya bisa membuat berat badan melambung, tetapi juga berisiko menurunkan usia harapan hidup! 

Anda pernah menonton film WALL-E yang menyandang predikat “Best Movies of the Decade” versi majalah Times tahun 2009? Dalam film tersebut kita bisa menyaksikan proyeksi “horor” masa depan kehidupan manusia di bumi, dimana kemajuan teknologi telah menggantikan beraneka pekerjaan yang melibatkan otot, bahkan termasuk berjalan dan memegang gelas untuk minum! Hasilnya? Semua orang menyandang obesitas berat dan usia harapan hidup manusia tidak melampaui 50 tahun.

Yang memprihatinkan, saat ini para pakar kesehatan sedunia menyatakan bahwa sedentary lifestyle alias gaya hidup lembam yang minim aktivitas fisik telah menjadi semacam “virus” yang menjangkiti penduduk di seluruh dunia. Aktivitas berjalan kaki telah digantikan oleh kendaraan bermotor, acara bermain di luar rumah bagi anak-anak telah digantikan oleh video game, kegiatan di alam bebas telah digantikan dengan duduk manis di depan televisi, dan sebagainya.

Berbagai penelitian juga telah membuktikan bahaya gaya hidup “mematung” yang membuat seseorang lebih banyak berdiam diri ketimbang bergerak. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Harvard School of Public Health, Amerika, kebiasaan duduk dalam jangka waktu terlalu lama ketika menonton televisi, mengemudi, ataupun duduk bekerja di depan computer bisa meningkatkan kemungkinan seseorang menderita obesitas. Setiap kali duduk diam selama 2 jam, risiko obesitas meningkat hingga 23% dan risiko terkena diabetes pun meningkat sampai 14%!

Penelitian lain yang dilakukan oleh Australian Diabetes, Obesity, and Lifestyle Study juga menyatakan bahwa orang yang terlalu banyak duduk memiliki kemungkinan lebih besar untuk meninggal di usia muda. Lamanya waktu yang dihabiskan untuk duduk menurut para peneliti, adalah indikator yang bisa menunjukkan tingkat sedentary lifestyle seseorang. Berdasarkan penelitian, duduk selama berjam-jam bisa mengubah metabolisme seseorang sehingga tubuhnya lebih mudah terserang obesitas, penyakit jantung, diabetes, serta berbagai penyakit kronis lainnya. 

Tidak ingin mengalami hal tersebut? Solusinya adalah bangkit dari tempat duduk dan mulai membuat diri Anda lebih aktif secara fisik. Simpan kunci kendaraan dan pilihlah sepeda atau sepatu keds untuk menemani Anda menempuh perjalanan dari rumah ke minimarket. Ajak anak-anak menghirup udara segar dan menikmati hangatnya sinar matahari di taman kota untuk menggantikan udara dari pendingin ruangan di dalam rumah. Terakhir, jadwalkan waktu olahraga setiap hari, meskipun Anda hanya sempat melakukannya selama 15 menit. 

Dengan menjalani kehidupan yang lebih aktif ditambah menerapkan pola makan sehat, masa depan Anda tentu akan jauh dari proyeksi “horor” di masa depan ala film animasi WALL-E. Ayo memulainya sejak hari ini!

Sumber:
http://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/staying-active-full-story/
http://www.nhs.uk/Livewell/fitness/Pages/Activelifestyle.aspx

5 Kesalahan Pasien Pra-Diabetes

Menyandang status pra-diabetes merupakan peringatan keras untuk mulai menjalani pola hidup sehat. Ayo lakukan sesuatu untuk mencegahnya berkembang menjadi diabetes!

Sesuai namanya, yang disebut pra-diabetes adalah suatu kondisi dimana nilai kadar gula darah melebihi batas normal, namun masih belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes. Karenanya, ibarat mendapatkan “kartu kuning”, penyandang status pra-diabetes masih memiliki satu kesempatan lagi untuk melakukan perbaikan dan menghindari ancaman penyakit diabetes.

Sayangnya, tak sedikit penyandang status pra-diabetes yang masih melakukan 5 kesalahan berikut sehingga terpaksa mendapat ganjaran “kartu merah” alias menjadi penyandang diabetes tipe 2:

1. Mengabaikan Diagnosis Pra-diabetes
Meski belum memasuki fase diabetes, diagnosis pradiabetes saja sudah merupakan suatu peringatan keras agar Anda memperbaiki gaya hidup selama ini. Karena itu, jangan pernah sekali pun menyepelekan diagnosis pradiabetes dan mengabaikan masukan dari dokter. Faktanya, antara 10-15% pasien pradiabetes akan “naik kelas” dan memasuki fase diabetes dalam tempo 8- 10 tahun kemudian. Jangan sampai Anda menjadi salah seorang diantaranya!

2. Tidak Menjaga Berat Badan Ideal
Obesitas merupakan salah satu penyebab utama berkembangnya penyakit diabetes. Menurut Dr. Armand Krikorian, spesialis endokrinologi dari University Hospitals Case Medical Center di Ohio, Amerika, semakin tinggi berat badan kita, maka kerja insulin untuk mempertahankan keseimbangan kadar gula darah akan bertambah berat. Karenanya, upaya pencapaian berat badan ideal merupakan tindak pencegahan yang amat perlu dilakukan oleh para pasien pradiabetes.

3. Tidak Berolahraga
Menurut organisasi Centers for Disease Control and Prevention di Amerika, gaya hidup masyarakat perkotaan yang serba sibuk mengakibatkan semakin sedikitnya jumlah aktivitas fisik—terutama olahraga, yang mereka lakukan. Akibatnya, risiko serangan penyakit berat—termasuk diabetes, juga kian meningkat. Padahal, olahraga mampu membuat tubuh lebih sensitif terhadap insulin sehingga sel-sel tubuh mampu menyerap gula dalam jumlah lebih banyak. Olahraga juga mampu melancarkan peredaran darah menuju ke seluruh tubuh sehingga memperbanyak jumlah gula yang mampu diserap ke dalam sel-sel tubuh.

4. Tidak Mengonsumsi Serat
Serat adalah jenis nutrisi yang banyak  gunanya bagi tubuh kita. Selain bermanfaat melancarkan proses pencernaan, serat juga dapat membantu mempertahankan rasa kenyang lebih lama sehingga amat baik untuk mendukung program pencapaian berat badan ideal Anda. Serat juga dapat membantu mengikat sel-sel lemak di dalam darah sehingga menghindari terjadinya penyempitan pembuluh darah. Jika aliran darah lancar, maka distribusi gula menuju sel-sel tubuh pun akan berlangsung dengan lancar pula. Serat juga bisa diperoleh dari sayuran, buah, kacang-kacangan seperti kedelai, atau Anda bisa mengonsumsi cemilan sehat seperti fruit soy bar.

5. Tenggelam Dalam Stres
Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Gothenburg, Swedia, menemukan bahwa orang yang mengalami stres secara terus-menerus memiliki risiko terserang diabetes sebesar 45% lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah atau jarang mengalami stres. Pasalnya, ketika stres, tubuh akan melepaskan hormon stres yang disebut kortisol ke dalam darah. Hormon ini akan mengirimkan banyak gula ke dalam darah dengan maksud menyediakan “bahan bakar” untuk membuat energi, sehingga kadar gula darah pun meningkat. Selain kortisol, beberapa hormon stres lainnya juga dapat menyebabkan resistensi insulin.

Dengan menghindari kelima pantangan di atas, Anda yang berstatus pradiabetes pun dapat terhindar dari ancaman diabetes yang sudah di “ambang pintu”.

 

Sumber:

http://www.rd.com/slideshows/prediabetes-mistakes-to-avoid/#slideshow=slide7
http://edition.cnn.com/2010/HEALTH/11/23/diabetes.prevention/index.html
http://www.livestrong.com/article/84099-exercise-prevent-diabetes/
http://health.kompas.com/read/2011/12/22/13325682/3.Cara.Stres.Memengaruhi.Diabetes

Marah-marah Sebabkan Diabetes

 

Selain karena kelebihan berat badan dan gaya hidup tidak sehat, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kebiasaan marah-marah bisa meningkatkan risiko penyakit diabetes!

Anda termasuk golongan orang-orang “bersumbu pendek” alias punya hobi marah-marah? Jika ya, maka kini adalah saat yang tepat untuk belajar mengendalikan emosi. Pasalnya, bukan hanya bisa membuat wajah tampak sepuluh tahun lebih tua, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Behavioral Medicine baru-baru ini menyatakan bahwa kebiasan marah-marah juga dapat meningkatkan risiko Anda terserang penyakit diabetes tipe 2. 

Menurut peneliti Vera Tsenkova, Ph.D, dari University of Wisconsin School of Medicine and Public Health, orang-orang yang lebih sering meledakkan kemarahannya lebih rentan mengalami resistensi insulin dibandingkan mereka yang mampu mengontrol emosi. Pasalnya, ketika marah, tubuh kita melepaskan hormon-hormon tertentu yang dapat menghalangi proses pengendalian gula darah. Mengapa bisa demikian?

Ketika marah, tubuh kita akan memproduksi hormon-hormon stres seperti adrenalin dan kortisol untuk mempersiapkan reaksi alamiah tubuh terhadap amarah: untuk berkelahi atau melarikan diri. Menurut Beverleigh H. Piepers, penulis buku The Diabetes Detectives Guide to Staying on Your Diabetes Diet, hormon-hormon stres tadi bertugas melepaskan gula dan lemak ke dalam aliran darah, sehingga tubuh kita memiliki cadangan energi siap pakai.

Jika cadangan energi tersebut tidak segera digunakan, maka gula dan lemak yang sudah terlanjur dilepaskan akan dibiarkan terus berada di sana, mengakibatkan peningkatan kadar gula darah di dalam tubuh. Selanjutnya, tubuh akan meningkatkan produksi insulin untuk mengembalikan gula yang berada di aliran darah ke tempatnya semula. Lemak yang sudah dilepaskan juga akan disimpan di dalam lapisan perut, yang kemudian membuat lingkar perut bertambah tebal. Kedua kondisi inilah yang berpotensi menimbulkan resistensi insulin dan penyakit diabetes tipe 2. 

Karenanya, mulai sekarang, biasakanlah mengontrol emosi Anda agar terhindar dari ancaman penyakit diabetes. Imbangi pula dengan menerapkan pola makan sehat dan aktif berolahraga. Salam sehat selalu! ?

 

Sumber:

http://news.menshealth.com/what-your-bad-mood-does-to-your-health/2013/04/01/

http://ezinearticles.com/?Type-2-Diabetes—Does-Anger-Have-A-Role-in-Causing-Diabetes?&id=7340978