5 Tips Merawat Penyandang Diabetes

Penyandang diabetes terutama mereka yang sudah berusia lanjut, memiliki sejumlah keterbatasan yang terkadang menjadi hambatan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Agar segalanya dapat berjalan lebih mulus, ada hal-hal yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka dalam keseharian. Berikut beberapa di antaranya:

 

1. Gali informasi tentang diabetes

Kala mendampingi penyandang diabetes, hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai seluk-beluk penyakit tersebut melalui buku, internet, ataupun konsultasi dengan pakar kesehatan. Pengetahuan tersebut akan banyak gunanya sebagai bekal dalam menghadapi berbagai kondisi, seperti saat terjadi serangan hipoglikemia atau hiperglikemia, mengatur menu harian, serta memastikan bahwa pengobatan telah dilakukan sesuai ketentuan.

 

2. Jadi alarm berjalan

Bentuk dukungan terhadap orang tercinta yang menyandang diabetes bisa diwujudkan dengan cara memastikan bahwa mereka telah mendapatkan berbagai hal yang dibutuhkan, mulai dari menyantap makanan dengan gizi seimbang, memenuhi jadwal minum obat atau suntik insulin, melakukan cek kadar gula darah secara berkala, dan lain-lain. Jika terpisahkan oleh jarak, maka Anda bisa mendelegasikan bentuk dukungan tersebut kepada anggota keluarga lain atau perawat yang sudah dipercaya.

 

3. Tunjukkan empati

Kondisi diabetes kerap kali menimbulkan perasaan sedih dan frustasi pada diri penyandangnya. Jika ini terjadi, maka Anda sebagai pendamping, perlu menunjukkan empati tanpa ikut terseret masuk ke dalam pusaran stres. Menurut Wiliam Polonsky, Ph.D. penulis buku Diabetes Burnout, dalam kondisi terpuruk, penyandang diabetes bisa melakukan hal-hal tak masuk akal, seperti sengaja mengabaikan jadwal minum obat, makan berlebihan, dan sebagainya. Jika ini terjadi, cobalah memandang peristiwa itu dari sudut pandang orang yang bersangkutan. Hindari menegur secara kasar, menceramahi, mengeluh, dan sikap negatif lain yang bisa memperburuk situasi.

 

Cobalah memandang mereka dari sudut pandang orang yang bersangkutan.

 

4. Selalu cari sesuatu yang baru

Diabetes merupakan penyakit jangka panjang. Beberapa orang yang terkena diabetes mungkin akan cepat merasa bosan dengan keadaan mereka. Memahami anggota keluarga yang menyandang diabetes kadang tak bisa hanya dengan satu cara saja. Anda harus mencari metode-metode baru untuk dapat lebih memahami mereka. Carilah referensi dari internet ataupun dari para ahli.

 

5. Dapatkan bantuan

Sebesar apa pun keinginan untuk dapat memahami kondisi orang tercinta yang menyandang diabetes, pada akhirnya Anda tak akan pernah tahu secara persis apa yang sedang dialami olehnya. Karena itu, tak ada salahnya mencari dukungan dari support group penyandang diabetes, dokter, ataupun psikolog, untuk bersama dengan Anda memberikan bantuan kepada orang tercinta. Jangan lupa, sebagai pendamping, diri Anda pun terkadang memerlukan dukungan serupa dari orang lain karena kegiatan mendampingi penyandang diabetes bisa terasa amat menguras waktu dan tenaga.

 

Berbekal kesabaran dan kesungguhan, maka upaya Anda akan secara bertahap menunjukkan hasil yang menggembirakan.

 

Sumber: ndep.nih.gov; rd.com; mayoclinic.org

5 Tips Merawat Penyandang Diabetes

Penyandang diabetes—terutama mereka yang sudah berusia lanjut, memiliki sejumlah keterbatasan yang terkadang menjadi hambatan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Agar segalanya dapat berjalan lebih mulus, ada hal-hal yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka dalam keseharian. Berikut beberapa di antaranya:

 

1. Gali informasi tentang diabetes

Kala mendampingi penyandang diabetes, hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai seluk-beluk penyakit tersebut melalui buku, internet, ataupun konsultasi dengan pakar kesehatan. Pengetahuan tersebut akan banyak gunanya sebagai bekal dalam menghadapi berbagai kondisi, seperti saat terjadi serangan hipoglikemia atau hiperglikemia, mengatur menu harian, serta memastikan bahwa pengobatan telah dilakukan sesuai ketentuan.

 

2. Jadi “alarm berjalan”

Bentuk dukungan terhadap orang tercinta yang menyandang diabetes bisa diwujudkan dengan cara memastikan bahwa mereka telah mendapatkan berbagai hal yang dibutuhkan, mulai dari menyantap makanan dengan gizi seimbang, memenuhi jadwal minum obat atau suntik insulin, melakukan cek kadar gula darah secara berkala, dan lain-lain. Jika terpisahkan oleh jarak, maka Anda bisa mendelegasikan bentuk dukungan tersebut kepada anggota keluarga lain atau perawat yang sudah dipercaya.

 

3. Tunjukkan empati

Kondisi diabetes kerap kali menimbulkan perasaan sedih dan frustasi pada diri penyandangnya.  Jika ini terjadi, maka Anda—sebagai pendamping, perlu menunjukkan empati tanpa ikut terseret masuk ke dalam pusaran stres. Menurut Wiliam Polonsky, Ph.D.—penulis buku Diabetes Burnout, dalam kondisi terpuruk, penyandang diabetes bisa melakukan hal-hal tak masuk akal, seperti sengaja mengabaikan jadwal minum obat, makan berlebihan, dan sebagainya. Jika ini terjadi, cobalah memandang peristiwa itu dari sudut pandang orang yang bersangkutan. Hindari menegur secara kasar, menceramahi, mengeluh, dan sikap negatif lain yang bisa memperburuk situasi.

 

“Cobalah memandang mereka dari sudut pandang orang yang bersangkutan.”

 

4. Selalu cari sesuatu yang baru

Diabetes merupakan penyakit jangka panjang. Beberapa orang yang terkena diabetes mungkin akan cepat merasa bosan dengan keadaan mereka. Memahami anggota keluarga yang menyandang diabetes kadang tak bisa hanya dengan satu cara saja. Anda harus mencari metode-metode baru untuk dapat lebih memahami mereka. Carilah referensi dari internet ataupun dari para ahli.

 

5. Dapatkan bantuan

Sebesar apa pun keinginan untuk dapat memahami kondisi orang tercinta yang menyandang diabetes, pada akhirnya Anda tak akan pernah tahu secara persis apa yang sedang dialami olehnya. Karena itu, tak ada salahnya mencari dukungan dari support group penyandang diabetes, dokter, ataupun psikolog, untuk bersama dengan Anda memberikan bantuan kepada orang tercinta. Jangan lupa, sebagai pendamping, diri Anda pun terkadang memerlukan dukungan serupa dari orang lain karena kegiatan mendampingi penyandang diabetes bisa terasa amat menguras waktu dan tenaga.

 

Berbekal kesabaran dan kesungguhan, maka upaya Anda akan secara bertahap menunjukkan hasil yang menggembirakan.

 

Sumber: ndep.nih.gov; rd.com; mayoclinic.org

Diet Low Carb vs Low GI, Pilih Mana?

Diet Low Carb vs Low GI, Pilih Mana?

Sesuai namanya, diet low carb mewajibkan pesertanya untuk menyantap karbohidrat dalam porsi amat sedikit setiap hari. Sedangkan, diet low GI dilakukan dengan cara menyortir jenis karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh, sehingga hanya makanan yang bernilai GI rendah saja yang boleh dikonsumsi.

Apa yang dimaksud dengan nilai GI? Ini adalah angka yang menunjukkan kecepatan peningkatan kadar gula darah di dalam tubuh seseorang setelah menyantap jenis makanan tertentu. Kian rendah nilainya, maka semakin kecil pula pengaruh makanan yang dikonsumsi terhadap peningkatan kadar gula darah.

Sebaliknya, nilai GI yang tinggi menandakan bahwa kecepatan peningkatan kadar gula darah yang diakibatkan juga semakin besar. Karena hubungannya yang erat dengan kadar gula darah inilah, diet low GI seringkali diidentikkan dengan upaya pengendalian diabetes, dan kerap dipandang sebelah mata oleh mereka yang mendambakan penurunan berat badan.

 

BACA JUGA: Klasifikasi Makanan Low GI

Padahal, sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Harvard University, Amerika, membuktikan bahwa diet low GI justru lebih efektif memangkas berat badan dibandingkan diet low carb. David S. Ludwig, MD, PhD, direktur program Obesitas dari Children s Hospital di Boston, menyatakan bahwa konsumsi makanan bernilai GI rendah dalam porsi normal justru bisa menghasilkan penurunan berat badan lebih signifikan dibandingkan mengurangi porsi konsumsi makanan berkarbohidrat dengan nilai GI tinggi.

Yang sebenarnya wajib disingkirkan bukanlah karbohidratnya, melainkan jenis karbohidrat yang memiliki nilai GI tinggi.

Lanjut Ludwig, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karbohidrat bukanlah musuh dalam program diet. Yang sebenarnya wajib disingkirkan bukanlah karbohidratnya, melainkan jenis karbohidrat yang memiliki nilai GI tinggi. Sama dengan anggapan bahwa tidak semua jenis lemak itu buruk bagi tubuh kita, karena ada pula jenis lemak yang justru baik untuk kesehatan. Contoh jenis karbohidrat yang memiliki nilai GI rendah adalah kacang-kacangan dan makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh seperti roti dan pasta wholegrain, beras merah, kedelai dan sebagainya, ujar Ludwig.

Setelah mengetahui jenis diet yang lebih ideal bagi kesehatan, kini tiba waktunya bagi Anda untuk menerapkannya di rumah. Selamat mencoba!

 

Sumber: webmd.com; mayoclinic.org;

Hawthorn Berry, Si Buah Pembawa Kebahagiaan

Hawthorn Berry, Si Buah Pembawa Kebahagiaan

Di Indonesia, hawthorn berry memang belum populer. Namun di Eropa, buah ini sudah terkenal sejak ribuan tahun lalu. Orang Yunani kuno bahkan menjadikannya sebagai lambang kebahagiaan.

Kok bisa? Hal tersebut bisa jadi karena hawthorn berry memiliki banyak khasiat untuk kesehatan kita.

Turunkan kadar kolesterol

Buah, bunga, dan daun hawthorn berry mengandung zat flavonoid bernama antosianidin dan proantosianidin yang merupakan jenis antioksidan kuat, sehingga ampuh digunakan untuk memerangi efek buruk radikal bebas di dalam tubuh. Penelitian menyebutkan bahwa kandungan zat proantosianidin di dalam hawthorn berry mampu membantu menurunkan kadar kolesterol di dalam darah serta mengurangi jumlah lapisan plak di dalam pembuluh darah.

BACA JUGA: Kenali Kolesterol Tinggi

Stabilkan tekanan darah

Hawthorn berry mengandung zat yang dapat menghalangi pelepasan enzim yang memproduksi angiotensin (zat yang dapat mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah) di dalam tubuh. Dengan terhentinya produksi angiotensin, maka tekanan darah dapat distabilkan secara bertahap sehingga memungkinkan otot-otot pembuluh darah untuk berada dalam kondisi relaks. Penelitian menyatakan bahwa nilai tekanan darah akan berangsur normal setelah mengonsumsi hawthorn berry dalam waktu 2 hingga 4 minggu.

Atasi sakit jantung & stroke

Kombinasi antara kemampuan menstabilkan kadar kolesterol dan tekanan darah membuat hawthorn berry ideal dikonsumsi untuk mengatasi penyakit kardiovaskular termasuk serangan jantung dan stroke. Bukan hanya itu, sejumlah penelitian juga menyatakan bahwa menyantap buah hawthorn berry mampu memperbaiki fungsi jantung dalam memompa darah sekaligus meredakan gejala penyakit jantung seperti keluhan sakit pada dada, rasa lelah berlebihan, serta napas pendek. Dalam situs University of Maryland Medical Center, Amerika, juga disebutkan bahwa konsumsi hawthorn berry selama 2 bulan mampu mengurangi dosis obat yang wajib dikonsumsi oleh penderita penyakit jantung.

A hawthorn berry a day keeps heart problems away. Semakin sehat tubuh kita, kebahagiaan tentu akan semakin sering menghampiri.

 

Buy SOYJOY Hawthorn Berry

 

Sumber: umm.edu; wellnessresources.com; livestrong.com

Diet Low Carb vs Low GI, Pilih Mana?

Diet Low Carb vs Low GI, Pilih Mana?

Sesuai namanya, diet low carb mewajibkan pesertanya untuk menyantap karbohidrat dalam porsi amat sedikit setiap hari. Sedangkan, diet low GI dilakukan dengan cara menyortir jenis karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh, sehingga hanya makanan yang bernilai GI rendah saja yang boleh dikonsumsi.

Apa yang dimaksud dengan nilai GI? Ini adalah angka yang menunjukkan kecepatan peningkatan kadar gula darah di dalam tubuh seseorang setelah menyantap jenis makanan tertentu. Kian rendah nilainya, maka semakin kecil pula pengaruh makanan yang dikonsumsi terhadap peningkatan kadar gula darah.

Sebaliknya, nilai GI yang tinggi menandakan bahwa kecepatan peningkatan kadar gula darah yang diakibatkan juga semakin besar. Karena hubungannya yang erat dengan kadar gula darah inilah, diet low GI seringkali diidentikkan dengan upaya pengendalian diabetes, dan kerap dipandang sebelah mata oleh mereka yang mendambakan penurunan berat badan.

BACA JUGA: Klasifikasi Makanan Low GI

Padahal, sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Harvard University, Amerika, membuktikan bahwa diet low GI justru lebih efektif memangkas berat badan dibandingkan diet low carb. David S. Ludwig, MD, PhD, direktur program Obesitas dari Children’s Hospital di Boston, menyatakan bahwa konsumsi makanan bernilai GI rendah dalam porsi normal justru bisa menghasilkan penurunan berat badan lebih signifikan dibandingkan mengurangi porsi konsumsi makanan berkarbohidrat dengan nilai GI tinggi.

“Yang sebenarnya wajib disingkirkan bukanlah karbohidratnya, melainkan jenis karbohidrat yang memiliki nilai GI tinggi.”

Lanjut Ludwig, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karbohidrat bukanlah “musuh” dalam program diet. “Yang sebenarnya wajib disingkirkan bukanlah karbohidratnya, melainkan jenis karbohidrat yang memiliki nilai GI tinggi. Sama dengan anggapan bahwa tidak semua jenis lemak itu buruk bagi tubuh kita, karena ada pula jenis lemak yang justru baik untuk kesehatan. Contoh jenis karbohidrat yang memiliki nilai GI rendah adalah kacang-kacangan dan makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh seperti roti dan pasta wholegrain, beras merah, kedelai dan sebagainya,” ujar Ludwig.

Setelah mengetahui jenis diet yang lebih ideal bagi kesehatan, kini tiba waktunya bagi Anda untuk menerapkannya di rumah. Selamat mencoba!

 

Sumber: webmd.com; mayoclinic.org;