SOYJOY NUTRITION AWARD 2025

SOYJOY NUTRITION AWARD 2025

Jakarta, 28 Juni 2025 — Untuk ketiga kalinya, SOYJOY Nutrition Award (SNA) kembali diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi kepada para nutrisionis dan dietisien yang telah berkontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia. Tahun ini SNA berlangsung langsung dari Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta, dan dihadiri oleh 132 peserta secara offline serta 389 peserta secara online dari berbagai daerah di Indonesia.

SNA 2025 berhasil menarik partisipasi dari 106 program dari nutrisionis, dietisien dan mahasiswa gizi dari Aceh hingga Papua, yang mengangkat beragam program inovatif di bidang gizi—mulai dari penanganan stunting, nutripreneurship, penelitian, hingga implementasi aplikasi gizi berbasis komunitas.

Sejak awal digagas, SOYJOY Nutrition Award memiliki misi untuk mendukung dan memberi panggung kepada nutrisionis/dietisien berprestasi, baik yang berkarya di rumah sakit, puskesmas, maupun di tengah masyarakat. Di tahun ketiganya ini, SNA memperluas jangkauan apresiasinya dengan menghadirkan tiga kategori penghargaan:

  • Clinical Nutrition Excellence
  • Community Nutrition Impact
  • Innovation in Nutrition Practice

Penjurian dilakukan oleh tokoh-tokoh terkemuka di bidang gizi, yaitu:
Prof. Dr. Hardinsyah, MS, PhD – Guru Besar Ilmu Gizi, IPB University
• Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes – Ahli Gizi & Konsultan Nutrisi
• Dr. Marudut Sitompul, B.Sc., MP – Ketua Bidang Ilmiah DPP Persagi

“Inovasi adalah salah satu hal penting untuk menuju sesuatu yang lebih baik. SOYJOY selama tiga tahun ini telah membangkitkan semangat untuk mencari inovasi dari tenaga gizi, kampus, hingga praktisi. Kami bertiga, sebagai bagian dari masyarakat gizi Indonesia yang diberi kepercayaan oleh SOYJOY, sangat mengapresiasi upaya ini. Harapannya, ajang ini tak hanya menjadi penghargaan, tapi juga motivasi bagi tenaga gizi muda—baik di rumah sakit, masyarakat, maupun kampus—untuk terus mengembangkan inovasi demi menyelesaikan masalah gizi di Indonesia,” ujar Prof. Hardinsyah.

“Penyelenggaraan tahun ini juga lebih baik dari sebelumnya, dan program-program yang ditampilkan semakin inovatif,” tambahnya.

Dr. Rita Ramayulis menambahkan bahwa SOYJOY Nutrition Award memiliki dampak nyata dalam mendorong pendokumentasian kegiatan para ahli gizi yang selama ini belum banyak terekspos.

“SNA tidak sekadar penghargaan, tapi juga motivasi agar ahli gizi terdorong untuk mendokumentasikan kegiatan mereka. Banyak sekali kegiatan yang telah dilakukan, namun belum terdokumentasi dengan baik. Sekarang, kita bisa lihat hasilnya—dulu hanya puluhan, sekarang lebih dari seratus program yang masuk dan jauh lebih bervariasi.”
“Saya cukup terharu ketika memasuki ruangan dan melihat wajah teman-teman ahli gizi terpajang di wall of fame. Harapannya, lebih banyak lagi program baik yang terdokumentasi dan bisa dikembangkan bersama. Jaya terus ahli gizi Indonesia!”

Sementara itu, Dr. Marudut Sitompul menyoroti kualitas program yang luar biasa.

“Saat menilai program yang masuk, saya benar-benar kagum. Harapannya, program-program ini tidak berhenti hanya di ajang penghargaan, tapi bisa terus dilanjutkan dan dikembangkan ke depannya. Bangga menjadi ahli gizi, dan mari terus menggizikan Indonesia!”

SNA 2025 juga didukung oleh Bapak Kolonel (Purn). Muharam, SKM, selaku Ketua 1 DPP PERSAGI, yang turut hadir memberikan speech sebagai bentuk dukungan terhadap para nutrisionis yang terus berinovasi di bidang pelayanan gizi. Bapak Kolonel (Purn). Muharam, SKM juga menyampaikan bahwa acara ini bukan sekadar seremoni, melainkan bagian dari upaya berkelanjutan dalam mengembangkan bidang gizi di Indonesia.

Kami, mewakili DPP PERSAGI, memandang bahwa kegiatan ini bukan hanya sebuah seremoni, tetapi merupakan rangkaian yang berkesinambungan dan memiliki dampak positif dalam memberdayakan potensi seluruh anggota PERSAGI maupun masyarakat yang peduli terhadap isu gizi. Kami mengapresiasi penyelenggaraan acara SOYJOY Nutrition Award yang dikemas secara menarik

Para peserta diseleksi berdasarkan lima kriteria utama: tantangan, inovasi, dampak positif, nilai inspiratif, serta kemampuan komunikasi. Proses seleksi pun dilakukan secara ketat melalui tahapan administrasi, penilaian dewan juri, hingga presentasi langsung para finalis.

Acara puncak SNA 2025 tidak hanya menjadi momen pengumuman pemenang, namun juga menyajikan sesi edukatif bertajuk “Nutrition Leading the Future of Health” yang disampaikan oleh para dewan juri.

Berikut adalah para pemenang SOYJOY Nutrition Award 2025:

  • Clinical Nutrition Excellence
    Rena Budiyatri, S.Gz., M.Gz
    RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
    Program: KUSIMAK DIGITAL (Kurangi Sisa Makan Anak Digital)

  • Community Nutrition Impact
    Siti Endah Wahyuningsih, SKM, M.Si, M.Gz
    Dinas Kesehatan Kota Semarang
    Program: Daycare Rumah Pelita – Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Balita

  • Innovation in Nutrition Practice
    Herni Endah W, S.Tr.Gz, Dietisien
    Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
    Program: Pengembangan Anthropometri Kidz Anthroziyo – Fitur Grafik Pertumbuhan untuk Deteksi Dini Stunting dan Wasting di Posyandu

Selain penghargaan dan hadiah dari SOYJOY, para finalis juga diundang ke Jakarta untuk mempresentasikan langsung program mereka. Sebagai bentuk penghargaan lebih lanjut, para pemenang turut diajak mengunjungi pabrik SOYJOY di Kejayan, Jawa Timur, untuk mengenal lebih dekat proses produksi snack bar berbahan dasar kedelai utuh ini.

Semoga para pemenang SNA 2025 dapat terus menginspirasi rekan-rekan sejawat di seluruh Indonesia. SOYJOY berkomitmen untuk terus mendukung para nutrisionis Indonesia dalam memberi kontribusi terbaik bagi kemajuan gizi bangsa.

Sampai jumpa di SOYJOY Nutrition Award 2026!

Tetap sehat dan jangan lupa MAKAN SOYJOY.

Author : Anjani Miranti Putri – SOYJOY

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing Food SOYJOY

Spreading the JOY with SOYJOY Almond Chocolate – SOYJOY Rayakan Momen World Chocolate Day

Spreading the JOY with SOYJOY Almond Chocolate – SOYJOY Rayakan Momen World Chocolate Day

Jakarta, 7 Juli 2025 – Dalam rangka menyambut perayaan World Chocolate Day, PT Amerta Indah Otsuka melalui brand SOYJOY kembali menginspirasi gaya hidup sehat melalui aktivitas bertajuk “Sharing the JOY of SOYJOY Almond Chocolate”. Kampanye ini diwujudkan untuk memberikan dukungan kepada para pekerja kantoran, seperti Edward, Dzaldy Mastira, dan Mila Karina yang bekerja di industri kecantikan, e-commerce, dan teknologi, untuk berbagi kebaikan SOYJOY Almond Chocolate secara langsung.

 

Sebagai snack bar berbahan dasar kedelai utuh, SOYJOY Almond Chocolate bukan hanya dinikmati karena rasa cokelat yang lezat, tapi juga memberikan manfaat nyata untuk kesehatan: membantu kenyang lebih lama berkat kandungan protein dan serat tinggi, serta memiliki indeks glikemik rendah (Low GI) sehingga dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil yang akan berpengaruh pada kestabilan energi sepanjang hari.

Kehadiran SOYJOY dapat menjadi salah satu solusi snacking sehat di tengah kesibukan kantor. Kandungan kedelai utuh dengan perpaduan rasa almond dan coklat yang lezat di dalam SOYJOY Almond Chocolate juga membawa banyak kebaikan dari kedelai seperti isoflavone. Jadi tidak hanya menawarkan rasa yang lezat, tetapi SOYJOY juga memberikan kebaikan kedelai yang dapat mendukung produktivitas karena memberikan rasa kenyang lebih lama.

Dalam kunjungan ke kantor-kantor ini, SOYJOY tak hanya memberikan edukasi benefit dari kebaikan kedelai, tapi juga mengajak para pekerja untuk lebih peduli terhadap gaya hidup sehat, terutama dalam pemilihan camilan yang mereka konsumsi setiap hari.

“Enak nih, ngenyangin” ucap salah satu teman @dzaldy.mastira, yang bekerja di startup teknologi. Dzaldy juga menambahkan, “Enak dan ngenyangin karena SOYJOY terbuat dari kedelai utuh dan gluten-free.”

Imelda, yang bekerja di salah satu perusahaan modern trade terbesar di Indonesia dan pemilik akun @imelldayy, menambahkan, “Kemarin semua lagi sibuk banget untuk persiapan campaign dan nggak sempat makan proper. Untung ada SOYJOY Almond Chocolate yang bisa jadi solusi snacking cepat tapi tetap sehat. Kedelainya juga bantu kenyang lebih lama, jadi nggak gampang lapar lagi.”

Berdasarkan riset dari berbagai sumber kesehatan, gaya hidup kantoran yang minim aktivitas fisik (sedentary lifestyle) cenderung meningkatkan risiko kenaikan berat badan. Salah satu cara sederhana untuk menanganinya adalah dengan mengganti camilan harian menjadi camilan sehat, seperti SOYJOY, yang mampu memberikan energi stabil dan mendukung performa kerja.

“Memilih snack dengan bijak adalah salah satu cara untuk menjaga berat badan. Pilihlah snack yang mengandung tinggi serat dan juga protein, karena dapat memberikan efek kenyang lebih lama dan energi yang stabil karena tidak ada lonjakan gula darah yang signifikan setelah mengkonsumsinya. Efek snacking tinggi serat dan protein tentu juga akan membantu menurunkan porsi makanan pada jam makan utama selanjutnya.”, ucap Dian Rahma, S.Gz., Dietisien selaku Scientific Expert PT. Amerta Indah Otsuka

Tentang SOYJOY
SOYJOY merupakan pelopor snack sehat yang terbuat dari kedelai utuh. Kedelai sebagai bahan dasar SOYJOY memiliki kandungan protein dan serat yang tinggi serta termasuk dalam kategori snack Low GI, sehingga mampu memberikan rasa kenyang lebih lama, membantu mengontrol nafsu makan, dan menjaga gula darah tetap stabil. Tersedia dalam berbagai varian rasa seperti Almond Chocolate, Raisin Almond, dan Strawberry, SOYJOY adalah #Soylution bagi siapa saja yang ingin menjalani gaya hidup sehat tanpa kompromi rasa.

Tentang PT Amerta Indah Otsuka
PT Amerta Indah Otsuka berdiri sejak 1997 sebagai bagian dari Otsuka Pharmaceutical Co., Ltd., Jepang. Perusahaan ini menghadirkan produk-produk unggulan seperti POCARI SWEAT, ION WATER, SOYJOY, ORONAMIN C, dan FIBE MINI.

 

Author : SOYJOY Team

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing Food SOYJOY

Diet Bebas Gluten tapi Tetap Bergizi? Bisa Banget!

Diet Bebas Gluten tapi Tetap Bergizi? Bisa Banget!

     Seiring dengan maraknya beberapa jenis diet akhir-akhir ini, kita semakin sering mendengar istilah gluten-free diet. Di Indonesia sendiri, terdapat populasi orang yang mengalami sensitivitas atau bahkan intoleransi terhadap gluten—protein yang ditemukan pada gandum, barley, dan rye. Orang dengan kondisi ini dapat mengalami gejala seperti gangguan pencernaan, sakit kepala, kelelahan, hingga reaksi peradangan setelah mengonsumsi makanan mengandung gluten1.

Nah, untuk kamu yang mengalami sensitivitas gluten, jangan khawatir! Diet bebas gluten bisa tetap berjalan aman tanpa mengorbankan prinsip gizi seimbang. Yuk, simak panduannya di bawah ini.

Apa itu diet bebas gluten? 

Diet bebas gluten atau gluten-free diet adalah pola makan yang menghindari semua jenis makanan yang mengandung gluten. Hal ini mencakup makanan berbahan dasar tepung terigu, seperti roti, pasta, mie instan, hingga sebagian besar kue-kue komersial. Namun, hal yang perlu digarisbawahi adalah tidak semua orang memerlukan diet bebas gluten. Diet ini umumnya ditujukan untuk mereka yang mengalami celiac disease, non-celiac gluten sensitivity, atau alergi terhadap gandum2

Jika tidak dilakukan dengan benar dan seimbang, alih-alih membawa manfaat kesehatan, diet bebas gluten meningkatkan potensi kekurangan zat gizi tertentu, seperti serat, zat besi, folat, dan vitamin B lainnya3

 

Prinsip diet bebas gluten yang tetap gizi seimbang

Agar diet bebas gluten kamu tetap memenuhi prinsip gizi seimbang, yuk simak beberapa tips berikut ini:

  • Pilih karbohidrat kompleks non-gluten
    Prioritaskan karbohidrat kompleks bebas gluten, seperti nasi merah atau nasi putih, singkong, ubi, kentang, jagung. Karbohidrat ini tetap bisa memberi energi optimal sekaligus menjaga kadar gula darah lebih stabil karena kandungan seratnya yang lebih tinggi. Namun apabila harus mengonsumsi tepung-tepungan, pilihan bebas gluten seperti tepung beras, tepung tapioka, atau tepung sorgum.
  • Cukupi kebutuhan protein
    Meskipun beberapa produk berbasis gandum mengandung tinggi protein, kamu tetap bisa mencukupi kebutuhan protein dari sumber lain seperti, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging tanpa lemak, dan kacang-kacangan (kacang kedelai, edamame, kacang hijau, kacang merah). Pastikan proses mengolahnya tidak menggunakan tepung terigu atau bahan lain yang mengandung gluten ya!
  • Sayur dan buah berwarna-warni
    Sayur dan buah tetap jadi bagian penting untuk penuhi kebutuhan vitamin, mineral, dan serat. Semua sayur dan buah secara alami bebas gluten, jadi jangan ragu untuk memperbanyak porsinya di piringmu.
  • Perhatikan asupan serat dan mikronutrien
    Jika kamu mengganti produk olahan biasa dengan produk gluten-free kemasan, pastikan pilih yang juga mengandung zat gizi tambahan, seperti serat, protein, dan lain-lain. Baca label kemasan dengan detail, terutama pada bagian informasi nilai gizi dan komposisi. Misalnya pada kemasan SOYJOY, terdapat claim bahwa SOYJOY merupakan camilan bebas gluten yang tinggi serat dan protein karena terbuat dari kedelai utuh.

 

Contoh menu harian gluten-free ala masakan Indonesia

Agar lebih ada gambaran, kamu bisa coba contoh menu harian gizi seimbang – bebas gluten di bawah ini:

Pagi : Nasi putih + telur dadar + tumis bayam

Snack pagi : Buah potong + edamame rebus 

Siang : Nasi liwet + pepes ikan + tempe goreng + lalapan 

Sore : SOYJOY Kurma Nastar

Malam : Lontong + sate ayam bumbu kacang 

 

Jadi, menjalani diet bebas gluten bukan berarti harus makan hambar atau kekurangan gizi. Apabila pemilihan bahan makanannya tepat dan tetap mengacu pada prinsip gizi seimbang, tubuh tetap bisa sehat, aktif, dan bebas dari gejala yang mengganggu. Ingat, gluten-free bukan gaya hidup kekinian semata—tapi jalan sehat untuk mereka yang benar-benar membutuhkannya.

Jika kamu merasa memiliki gejala yang mungkin berkaitan dengan gluten, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter atau ahli gizi, ya!

 

Author: Dian Rahma, S.Gz, Dietisien
Editor: Deny Nurkhaedi Ramadhani –  Graphic Design Marketing Food SOYJOY

 

Referensi:

  1. Losurdo, G., Principi, M., Iannone, A., Amoruso, A., Ierardi, E., Di Leo, A., & Barone, M. (2018). Extra-intestinal manifestations of non-celiac gluten sensitivity: An expanding paradigm. World journal of gastroenterology, 24(14), 1521.
  2. Reilly, N. R. (2016). The gluten-free diet: recognizing fact, fiction, and fad. The Journal of pediatrics, 175, 206-210.
  3. Zingone, F., Bartalini, C., Siniscalchi, M., Ruotolo, M., Bucci, C., Morra, I., … & Ciacci, C. (2017). Alterations in diets of patients with nonceliac gluten sensitivity compared with healthy individuals. Clinical Gastroenterology and Hepatology, 15(1), 63-68.
Ketika Tubuh Berbisik “No” pada Gluten

Ketika Tubuh Berbisik “No” pada Gluten

Akhir-akhir ini sudah mulai banyak orang yang mulai tertarik bahkan mencoba menjalani pola makan yang lebih sehat. Seiring dengan hal tersebut, muncul pula perhatian soal gluten sensitivity atau sensitivitas gluten yang semakin sering dibicarakan. Hal ini menarik banyak orang untuk mencoba mengurangi gluten pada pola makannya, dan kebanyakan dari mereka merasa lebih sehat setelahnya. Nah disinilah ternyata ditemukan fenomena gluten sensitivity  walaupun sering kali “tidak terlihat”.

 

Gluten sensitivity

Gluten sensitivity, atau lebih tepatnya disebut Non-Celiac Gluten Sensitivity (NCGS), adalah kondisi ketika tubuh menunjukkan reaksi negatif terhadap gluten, tetapi tanpa bukti kerusakan pada usus halus seperti pada penyakit celiac, dan tanpa reaksi alergi seperti alergi gandum. Artinya, seseorang dengan NCGS akan mengalami ketidaknyamanan setelah mengonsumsi gluten, tapi hasil tes celiac disease dan alergi gandum mereka tetap normal1

 

Gejala gluten sensitivity yang sering muncul bisa sangat bervariasi dari orang ke orang. Namun beberapa keluhan yang sering dilaporkan antara lain, perut kembung, sakit atau kram perut, diare atau konstipasi, sakit kepala, kelelahan kronis, nyeri sendi atau otot, brain fog (merasa ‘lambat’ dalam berpikir), perubahan suasana hati (mudah cemas atau depresi ringan). Menariknya, tidak seperti celiac disease yang berdampak utama pada sistem pencernaan, gluten sensitivity justru sering menunjukkan gejala yang lebih luas, termasuk efek pada mood dan energi2.

 

Hingga saat ini, belum ada tes laboratorium khusus untuk mendeteksi gluten sensitivity. Diagnosis biasanya ditegakkan melalui beberapa pengamatan panjang oleh tenaga medis atau kesehatan. Sehingga sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional daripada ‘mendiagnosis’ secara mandiri3.

 

Penanganan gluten sensitivity

Solusi terbaik untuk orang dengan gluten sensitivity adalah menerapkan diet bebas gluten. Tapi ingat, ini bukan sekadar menghindari roti atau mie saja, ya! Gluten bisa “bersembunyi” dalam banyak produk olahan seperti saus (terutama soy sauce), sup instan, makanan ringan, dan produk olahan daging. Pilihan makanan alami seperti nasi, jagung, quinoa, buah, sayuran, kacang-kacangan, daging segar, dan ikan menjadi teman terbaik untuk kamu yang ingin menjalani pola makan bebas gluten. Namun pola makan bebas gluten juga harus tetap seimbang ya! 

 

Pola makan bebas gluten tetap harus memegang prinsip gizi seimbang karena ternyata diet bebas gluten yang salah bisa berisiko menyebabkan kekurangan zat gizi, seperti serat, protein, zat besi, dan vitamin B4. Selain itu, produk olahan bebas gluten atau gluten-free sering kali tidak mengandung komposisi yang seimbang, seperti tinggi gula atau rendah serat. Sehingga kita harus teliti dalam membaca label kemasan dan lebih bijak dalam memilih produk olahan bebas gluten yang ada di pasaran.

 

SOYJOY sebagai camilan bebas gluten

Tahukah kamu kalau ternyata SOYJOY adalah camilan yang bebas gluten? Ketika kamu membaca label kemasan SOYJOY, kamu akan menemukan tulisan bebas gluten ini loh!

 

SOYJOY merupakan camilan bebas gluten karena terbuat dari kedelai utuh dengan campuran buah-buahan dan bahan lain yang tentunya sudah dipastikan bebas dari kandungan atau kontaminasi gluten. Tidak hanya itu, SOYJOY mengandung gizi yang lengkap, seperti tinggi protein dan serat, sehingga akan membawa manfaat lain jika dikonsumsi. Misalnya bisa membantu kamu jadi kenyang lebih lama, dan bisa membantu menjaga kadar gula darah juga. Jadi SOYJOY bisa menjadi opsi terbaik camilan bergizi praktis buat kamu yang menjalankan pola makan atau diet bebas gluten.

 

Author: Dian Rahma, S.Gz, Dietisien
Editor: Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing Food SOYJOY

 

Referensi:

  1. Ontiveros, N., Hardy, M. Y., & Cabrera-Chavez, F. (2015). Assessing of celiac disease and nonceliac gluten sensitivity. Gastroenterology research and practice, 2015(1), 723954.
  2. Losurdo, G., Principi, M., Iannone, A., Amoruso, A., Ierardi, E., Di Leo, A., & Barone, M. (2018). Extra-intestinal manifestations of non-celiac gluten sensitivity: An expanding paradigm. World journal of gastroenterology, 24(14), 1521.
  3. Roszkowska, A., Pawlicka, M., Mroczek, A., Bałabuszek, K., & Nieradko-Iwanicka, B. (2019). Non-celiac gluten sensitivity: a review. Medicina, 55(6), 222.
  4. Zingone, F., Bartalini, C., Siniscalchi, M., Ruotolo, M., Bucci, C., Morra, I., … & Ciacci, C. (2017). Alterations in diets of patients with nonceliac gluten sensitivity compared with healthy individuals. Clinical Gastroenterology and Hepatology, 15(1), 63-68.
Mindful Eating saat Lebaran: Makan Enak Tanpa Takut Lebar-an

Mindful Eating saat Lebaran: Makan Enak Tanpa Takut Lebar-an

 Lebaran identik dengan momen kebersamaan dan juga aneka hidangan lezat seperti opor ayam, rendang, ketupat, dan beragam kue kering. Namun, di balik kelezatannya, makanan khas Lebaran umumnya mengandung kalori yang tinggi karena kaya akan santan, gula, dan lemak. Misalnya, dalam 1 porsi opor ayam, kalori yang terkadung ±400 kkal, 1 potong rendang ±120 kkal, 1 buah ketupat ±180 kkal, 3 buah kastengel ±60 kkal, dan 3 buah nastar ±230 kkal. Apabila hidangan khas lebaran tersebut tidak kita konsumsi secara mindful, maka akan berpotensi menimbulkan kondisi surplus kalori. 

Surplus kalori adalah kondisi dimana asupan kalori harian lebih banyak dibandingkan jumlah kalori yang digunakan oleh tubuh untuk aktivitas dan metabolisme. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh, yang jika terjadi secara terus-menerus, akan meningkatkan berat badan1. Jika tidak dikontrol, total asupan kalori dari makanan Lebaran dalam sehari bisa dengan mudah melebihi kebutuhan harian, yang berkisar pada 2.100 kkal tergantung pada usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik2. 

Nah, agar tetap bisa menikmati makanan khas lebaran favoritmu tanpa khawatir berat badan melonjak, menerapkan mindful eating bisa menjadi solusi yang tepat, loh! 

Mindful eating adalah praktik makan dengan penuh kesadaran, di mana kita benar-benar menikmati makanan dan mendengarkan sinyal tubuh saat lapar dan kenyang. Ini membantu mengontrol nafsu makan, menghindari kebiasaan makan berlebihan, dan tetap menikmati hidangan favorit tanpa rasa bersalah3. 

Yuk coba tips berikut untuk menerapkan mindful eating saat Lebaran: 

1. Makan secara perlahan 

Nikmati setiap gigitan, kunyah dengan baik, dan rasakan rasa serta tekstur makanan. Makan secara perlahan dapat memberikan waktu untuk tubuh mengenali sinyal kenyang dengan lebih cepat. 

2. Gunakan piring kecil 

Mengambil makanan dengan menggunakan piring kecil dapat membantu mengontrol porsi makan agar tidak berlebihan. 

3. Mulai dengan makanan berserat tinggi 

Konsumsi makanan tinggi serat, seperti kacang-kacangan, sayur, atau buah sebelum makanan utama dapat membantu meningkatkan rasa kenyang lebih lama sehingga risiko kalap makan dapat diminimalisir. 

4. Makan tanpa distraksi dan berhenti makan sebelum terlalu kenyang 

Hindari makan sambil menonton TV dan distraksi lainnya. Makan dalam kondisi fokus penuh akan membantu kita untuk lebih sadar akan porsi makanan yang kita konsumsi. Selain itu, penting untuk mengenali tanda kenyang dan jangan memaksakan makan berlebihan. 

5. Perhatikan komposisi makanan yang dikonsumsi 

Kita dapat mengestimasikan kandungan kalori dalam makanan yang kita konsumsi dengan mengenali komposisinya. Misalnya makanan yang mengandung kacang-kacangan, buah-buahan, dan protein kemungkinan akan memiliki kalori yang lebih rendah dan serat yang lebih tinggi jika dibandingkan makanan yang hanya mengandung tepung dan gula. 

 

Misalnya, dalam 1 bar (30 gram) SOYJOY Kurma Nastar mengandung 150 kkal dan 3 gram serat, sedangkan dalam jumlah yang sama, 2 buah (30 gram) Nastar mengandung 153 kkal dan 0,6 gram serat. Kandungan seratnya cukup jauh berbeda bukan? 

Apabila kita bisa menerapkan mindful eating dan memilih makanan yang tepat baik secara jenis dan jumlahnya, Lebaran tidak harus selalu identik dengan kenaikan berat badan kok. Ingat, Lebaran adalah momen kebersamaan, bukan ajang makan tanpa batas! Selamat menikmati hidangan dengan bijak!  

Author: Dian Rahma, S.Gz, Dietisien
Editor: Deny Nurkhaedi Ramadhani. (Graphic Design Marketing Food)

Referensi: 

1. Leaf, A., & Antonio, J. (2017). The Effects of Overfeeding on Body Composition: The Role of Macronutrient Composition – A Narrative Review. International journal of exercise science, 10(8), 1275–1296. https://doi.org/10.70252/HPPF5281 

2. Kemenkes, R. I. (2019). Permenkes No. 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 28, 13. 

3. Nelson J. B. (2017). Mindful Eating: The Art of Presence While You Eat. Diabetes spectrum : a publication of the American Diabetes Association, 30(3), 171–174. https://doi.org/10.2337/ds17-0015 

Diabetesi ingin Berpuasa Ramadan? Pastikan Hal-hal berikut Terpenuhi!

Diabetesi ingin Berpuasa Ramadan? Pastikan Hal-hal berikut Terpenuhi!

Ramadan adalah salah satu bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat islam di seluruh dunia, tak terkecuali penyadang diabetes atau yang kita kenal dengan diabetesi. Pada bulan ini umat islam memiliki kewajiban untuk menjalankan ibadah puasa yang dilakukan sejak sebelum terbitnya Fajar hingga terbenamnya matahari. Berdasarkan beberapa penelitian, orang-orang mungkin akan mengalami beberapa perubahan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kebiasaan makan, kebiasaan tidur, dan mungkin juga perubahan metabolisme tubuh1. 

Pertanyaan terbesar yang kerap kali muncul adalah “apakah diabetesi boleh berpuasa?”. Kekhawatiran utama yang sering muncul adalah bagaimana cara menjaga kadar gula darah tetap stabil selama menjalani puasa seharian. Kabar baiknya, menurut Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan International Diabetes Federation (IDF), diabetesi tetap dapat menjalankan ibadah puasa asalkan memenuhi beberapa prasyarat penting berikut: 

1. Gula darah terkontrol dengan baik 

Sebelum memutuskan untuk berpuasa, diabetesi perlu melakukan pemeriksaaan kesehatan seperti pemeriksaan kadar gula darah, tekanan darah, lemak darah. Umumnya, apabila gula darah terkontrol dengan baik, kesempatan untuk berpuasa akan lebih besar. Selain itu, diabetesi juga akan dinilai kategori risikonya, apabila termasuk dalam kategori rendah, maka diperbolehkan untuk berpuasa2,3. 

2. Tidak memiliki komplikasi diabetes berat 

Diabetesi yang mengalami komplikasi seperti gangguan ginjal, penyakit jantung, atau riwayat hipoglikemia berulang sebaiknya menghindari puasa. Komplikasi ini bisa memperburuk kondisi tubuh saat tidak mendapat asupan makanan dan minuman dalam waktu lama4. 

3. Mendapat persetujuan dari dokter 

Sebelum berpuasa, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi agar mendapatkan rekomendasi pola makan dan pengaturan obat yang sesuai. Dokter mungkin akan melakukan beberapa penyesuaian dalam dosis atau jenis obat yang dikonsumsi. 

4. Mampu mengenali tanda-tanda hipoglikemia dan hiperglikemia 

Saat berpuasa, diabetesi harus peka terhadap kondisi tubuhnya. Jika merasa lemas, berkeringat dingin, pusing, atau gemetar, itu bisa menjadi tanda hipoglikemia (gula darah terlalu rendah). Sebaliknya, jika merasa haus berlebihan, sering buang air kecil, atau kelelahan ekstrem, itu bisa menjadi tanda hiperglikemia (gula darah terlalu tinggi). Jika gejala ini muncul, sebaiknya segera membatalkan puasa dan mengonsumsi makanan yang tepat2,3. 

Pengaturan makan untuk diabetesi saat berpuasa 

Setelah memenuhi prasyarat di atas, hal yang tidak kalah penting bagi diabetesi adalah mengetahui pengaturan makan saat berpuasa. Diabetesi disarankan untuk mengakhirkan makan sahur dan segera berbuka ketika waktu buka tiba4. Selain itu diabetesi juga harus memilih jenis makanan yang tepat saat sahur dan berbuka. Salah satu prinsip utama yang harus diperhatikan adalah konsumsi makanan tinggi serat dan rendah indeks glikemik (IG). 

  • Makanan tinggi serat, seperti sayuran hijau, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan, membantu memperlambat penyerapan glukosa di dalam usus sehingga kadar gula darah lebih stabil sepanjang hari5. 
  • Makanan dengan indeks glikemik rendah, seperti beras merah, oatmeal, dan ubi, tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang drastis setelah makan, sehingga energi lebih bertahan lama. Penerapan pola makan rendah indeks glikemik (GI) adalah salah satu strategi yang disarankan untuk penyandang diabetes selama Ramadan6. 

Salah satu camilan yang dapat menunjang pola makan rendah indeks glikemik adalah SOYJOY. Camilan ini memiliki indeks glikemik yang rendah, dan juga kandungan 

serat yang tinggi, sehingga cocok untuk menemani diabetesi baik saat sahur, berbuka, maupun setelah tarawih karena bantu jaga gula darah tetap stabil, loh! Apalagi kini telah hadir variasi rasa baru, yaitu SOYJOY Kurma Nastar yang merupakan kombinasi dari kebaikan kedelai, kurma, dan nanas sehingga menimbulkan sensasi kelezatan kue nastar yang tidak hanya enak namun juga bisa bantu jaga gula darah tetap stabil. 

Sudah coba SOYJOY Kurma Nastar pada momen puasa kali ini? 

Author: Dian Rahma, S.Gz, Dietisien 

Referensi: 

1. Norhasanah, N., & Salman, Y. (2021). Penyuluhan Gizi Online dengan Media Video Audio Visual “Tetap Fit Saat Puasa dan Pasca Puasa dengan Gizi Seimbang”. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 3(1), 33-40. 

2. PERKENI. (2021). Pedoman pengelolaan dan pencegahan Diabetes melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PB Perkeni, 46. 

3. Hassanein, M., Afandi, B., Ahmedani, M. Y., Alamoudi, R. M., Alawadi, F., Bajaj, H. S., … & Zainudin, S. B. (2022). Diabetes and Ramadan: practical guidelines 2021. Diabetes research and clinical practice, 185, 109185. 

4. PERKENI. (2022). Pedoman Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Individu Dewasa di Bulan Ramadan. 

5. Mao, T., Huang, F., Zhu, X., Wei, D., & Chen, L. (2021). Effects of dietary fiber on glycemic control and insulin sensitivity in patients with type 2 diabetes: A systematic review and meta-analysis. Journal of Functional Foods, 82, 104500. 

6. Balzer, B. W., Atkinson, F. S., Bell, K. J., & Steinbeck, K. S. (2015). Low glycemic index dietary interventions in cystic fibrosis. Diet and Exercise in Cystic Fibrosis, 209-219.