by deny@soyjoy | Jul 10, 2025 | Gluten Free, Healthy Living, Soylution, Uncategorized
Jakarta, 28 Juni 2025 — Untuk ketiga kalinya, SOYJOY Nutrition Award (SNA) kembali diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi kepada para nutrisionis dan dietisien yang telah berkontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia. Tahun ini SNA berlangsung langsung dari Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta, dan dihadiri oleh 132 peserta secara offline serta 389 peserta secara online dari berbagai daerah di Indonesia.
SNA 2025 berhasil menarik partisipasi dari 106 program dari nutrisionis, dietisien dan mahasiswa gizi dari Aceh hingga Papua, yang mengangkat beragam program inovatif di bidang gizi—mulai dari penanganan stunting, nutripreneurship, penelitian, hingga implementasi aplikasi gizi berbasis komunitas.
Sejak awal digagas, SOYJOY Nutrition Award memiliki misi untuk mendukung dan memberi panggung kepada nutrisionis/dietisien berprestasi, baik yang berkarya di rumah sakit, puskesmas, maupun di tengah masyarakat. Di tahun ketiganya ini, SNA memperluas jangkauan apresiasinya dengan menghadirkan tiga kategori penghargaan:
- Clinical Nutrition Excellence
- Community Nutrition Impact
- Innovation in Nutrition Practice

Penjurian dilakukan oleh tokoh-tokoh terkemuka di bidang gizi, yaitu:
• Prof. Dr. Hardinsyah, MS, PhD – Guru Besar Ilmu Gizi, IPB University
• Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes – Ahli Gizi & Konsultan Nutrisi
• Dr. Marudut Sitompul, B.Sc., MP – Ketua Bidang Ilmiah DPP Persagi
“Inovasi adalah salah satu hal penting untuk menuju sesuatu yang lebih baik. SOYJOY selama tiga tahun ini telah membangkitkan semangat untuk mencari inovasi dari tenaga gizi, kampus, hingga praktisi. Kami bertiga, sebagai bagian dari masyarakat gizi Indonesia yang diberi kepercayaan oleh SOYJOY, sangat mengapresiasi upaya ini. Harapannya, ajang ini tak hanya menjadi penghargaan, tapi juga motivasi bagi tenaga gizi muda—baik di rumah sakit, masyarakat, maupun kampus—untuk terus mengembangkan inovasi demi menyelesaikan masalah gizi di Indonesia,” ujar Prof. Hardinsyah.
“Penyelenggaraan tahun ini juga lebih baik dari sebelumnya, dan program-program yang ditampilkan semakin inovatif,” tambahnya.
Dr. Rita Ramayulis menambahkan bahwa SOYJOY Nutrition Award memiliki dampak nyata dalam mendorong pendokumentasian kegiatan para ahli gizi yang selama ini belum banyak terekspos.
“SNA tidak sekadar penghargaan, tapi juga motivasi agar ahli gizi terdorong untuk mendokumentasikan kegiatan mereka. Banyak sekali kegiatan yang telah dilakukan, namun belum terdokumentasi dengan baik. Sekarang, kita bisa lihat hasilnya—dulu hanya puluhan, sekarang lebih dari seratus program yang masuk dan jauh lebih bervariasi.”
“Saya cukup terharu ketika memasuki ruangan dan melihat wajah teman-teman ahli gizi terpajang di wall of fame. Harapannya, lebih banyak lagi program baik yang terdokumentasi dan bisa dikembangkan bersama. Jaya terus ahli gizi Indonesia!”
Sementara itu, Dr. Marudut Sitompul menyoroti kualitas program yang luar biasa.
“Saat menilai program yang masuk, saya benar-benar kagum. Harapannya, program-program ini tidak berhenti hanya di ajang penghargaan, tapi bisa terus dilanjutkan dan dikembangkan ke depannya. Bangga menjadi ahli gizi, dan mari terus menggizikan Indonesia!”
SNA 2025 juga didukung oleh Bapak Kolonel (Purn). Muharam, SKM, selaku Ketua 1 DPP PERSAGI, yang turut hadir memberikan speech sebagai bentuk dukungan terhadap para nutrisionis yang terus berinovasi di bidang pelayanan gizi. Bapak Kolonel (Purn). Muharam, SKM juga menyampaikan bahwa acara ini bukan sekadar seremoni, melainkan bagian dari upaya berkelanjutan dalam mengembangkan bidang gizi di Indonesia.
“Kami, mewakili DPP PERSAGI, memandang bahwa kegiatan ini bukan hanya sebuah seremoni, tetapi merupakan rangkaian yang berkesinambungan dan memiliki dampak positif dalam memberdayakan potensi seluruh anggota PERSAGI maupun masyarakat yang peduli terhadap isu gizi. Kami mengapresiasi penyelenggaraan acara SOYJOY Nutrition Award yang dikemas secara menarik”
Para peserta diseleksi berdasarkan lima kriteria utama: tantangan, inovasi, dampak positif, nilai inspiratif, serta kemampuan komunikasi. Proses seleksi pun dilakukan secara ketat melalui tahapan administrasi, penilaian dewan juri, hingga presentasi langsung para finalis.
Acara puncak SNA 2025 tidak hanya menjadi momen pengumuman pemenang, namun juga menyajikan sesi edukatif bertajuk “Nutrition Leading the Future of Health” yang disampaikan oleh para dewan juri.
Berikut adalah para pemenang SOYJOY Nutrition Award 2025:

- Clinical Nutrition Excellence
Rena Budiyatri, S.Gz., M.Gz
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Program: KUSIMAK DIGITAL (Kurangi Sisa Makan Anak Digital)

- Community Nutrition Impact
Siti Endah Wahyuningsih, SKM, M.Si, M.Gz
Dinas Kesehatan Kota Semarang
Program: Daycare Rumah Pelita – Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Balita

- Innovation in Nutrition Practice
Herni Endah W, S.Tr.Gz, Dietisien
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Program: Pengembangan Anthropometri Kidz Anthroziyo – Fitur Grafik Pertumbuhan untuk Deteksi Dini Stunting dan Wasting di Posyandu
Selain penghargaan dan hadiah dari SOYJOY, para finalis juga diundang ke Jakarta untuk mempresentasikan langsung program mereka. Sebagai bentuk penghargaan lebih lanjut, para pemenang turut diajak mengunjungi pabrik SOYJOY di Kejayan, Jawa Timur, untuk mengenal lebih dekat proses produksi snack bar berbahan dasar kedelai utuh ini.

Semoga para pemenang SNA 2025 dapat terus menginspirasi rekan-rekan sejawat di seluruh Indonesia. SOYJOY berkomitmen untuk terus mendukung para nutrisionis Indonesia dalam memberi kontribusi terbaik bagi kemajuan gizi bangsa.
Sampai jumpa di SOYJOY Nutrition Award 2026!
Tetap sehat dan jangan lupa MAKAN SOYJOY.
Author : Anjani Miranti Putri – SOYJOY
Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing Food SOYJOY
by deny@soyjoy | Jul 7, 2025 | Gluten Free, Healthy Living, Soylution
Jakarta, 7 Juli 2025 – Dalam rangka menyambut perayaan World Chocolate Day, PT Amerta Indah Otsuka melalui brand SOYJOY kembali menginspirasi gaya hidup sehat melalui aktivitas bertajuk “Sharing the JOY of SOYJOY Almond Chocolate”. Kampanye ini diwujudkan untuk memberikan dukungan kepada para pekerja kantoran, seperti Edward, Dzaldy Mastira, dan Mila Karina yang bekerja di industri kecantikan, e-commerce, dan teknologi, untuk berbagi kebaikan SOYJOY Almond Chocolate secara langsung.
Sebagai snack bar berbahan dasar kedelai utuh, SOYJOY Almond Chocolate bukan hanya dinikmati karena rasa cokelat yang lezat, tapi juga memberikan manfaat nyata untuk kesehatan: membantu kenyang lebih lama berkat kandungan protein dan serat tinggi, serta memiliki indeks glikemik rendah (Low GI) sehingga dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil yang akan berpengaruh pada kestabilan energi sepanjang hari.
Kehadiran SOYJOY dapat menjadi salah satu solusi snacking sehat di tengah kesibukan kantor. Kandungan kedelai utuh dengan perpaduan rasa almond dan coklat yang lezat di dalam SOYJOY Almond Chocolate juga membawa banyak kebaikan dari kedelai seperti isoflavone. Jadi tidak hanya menawarkan rasa yang lezat, tetapi SOYJOY juga memberikan kebaikan kedelai yang dapat mendukung produktivitas karena memberikan rasa kenyang lebih lama.

Dalam kunjungan ke kantor-kantor ini, SOYJOY tak hanya memberikan edukasi benefit dari kebaikan kedelai, tapi juga mengajak para pekerja untuk lebih peduli terhadap gaya hidup sehat, terutama dalam pemilihan camilan yang mereka konsumsi setiap hari.
“Enak nih, ngenyangin” ucap salah satu teman @dzaldy.mastira, yang bekerja di startup teknologi. Dzaldy juga menambahkan, “Enak dan ngenyangin karena SOYJOY terbuat dari kedelai utuh dan gluten-free.”
Imelda, yang bekerja di salah satu perusahaan modern trade terbesar di Indonesia dan pemilik akun @imelldayy, menambahkan, “Kemarin semua lagi sibuk banget untuk persiapan campaign dan nggak sempat makan proper. Untung ada SOYJOY Almond Chocolate yang bisa jadi solusi snacking cepat tapi tetap sehat. Kedelainya juga bantu kenyang lebih lama, jadi nggak gampang lapar lagi.”
Berdasarkan riset dari berbagai sumber kesehatan, gaya hidup kantoran yang minim aktivitas fisik (sedentary lifestyle) cenderung meningkatkan risiko kenaikan berat badan. Salah satu cara sederhana untuk menanganinya adalah dengan mengganti camilan harian menjadi camilan sehat, seperti SOYJOY, yang mampu memberikan energi stabil dan mendukung performa kerja.

“Memilih snack dengan bijak adalah salah satu cara untuk menjaga berat badan. Pilihlah snack yang mengandung tinggi serat dan juga protein, karena dapat memberikan efek kenyang lebih lama dan energi yang stabil karena tidak ada lonjakan gula darah yang signifikan setelah mengkonsumsinya. Efek snacking tinggi serat dan protein tentu juga akan membantu menurunkan porsi makanan pada jam makan utama selanjutnya.”, ucap Dian Rahma, S.Gz., Dietisien selaku Scientific Expert PT. Amerta Indah Otsuka

Tentang SOYJOY
SOYJOY merupakan pelopor snack sehat yang terbuat dari kedelai utuh. Kedelai sebagai bahan dasar SOYJOY memiliki kandungan protein dan serat yang tinggi serta termasuk dalam kategori snack Low GI, sehingga mampu memberikan rasa kenyang lebih lama, membantu mengontrol nafsu makan, dan menjaga gula darah tetap stabil. Tersedia dalam berbagai varian rasa seperti Almond Chocolate, Raisin Almond, dan Strawberry, SOYJOY adalah #Soylution bagi siapa saja yang ingin menjalani gaya hidup sehat tanpa kompromi rasa.
Tentang PT Amerta Indah Otsuka
PT Amerta Indah Otsuka berdiri sejak 1997 sebagai bagian dari Otsuka Pharmaceutical Co., Ltd., Jepang. Perusahaan ini menghadirkan produk-produk unggulan seperti POCARI SWEAT, ION WATER, SOYJOY, ORONAMIN C, dan FIBE MINI.
Author : SOYJOY Team
Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing Food SOYJOY
by deny@soyjoy | Jun 9, 2025 | Gluten Free, Healthy Living, Soylution
Seiring dengan maraknya beberapa jenis diet akhir-akhir ini, kita semakin sering mendengar istilah “gluten-free diet“. Di Indonesia sendiri, terdapat populasi orang yang mengalami sensitivitas atau bahkan intoleransi terhadap gluten—protein yang ditemukan pada gandum, barley, dan rye. Orang dengan kondisi ini dapat mengalami gejala seperti gangguan pencernaan, sakit kepala, kelelahan, hingga reaksi peradangan setelah mengonsumsi makanan mengandung gluten1.
Nah, untuk kamu yang mengalami sensitivitas gluten, jangan khawatir! Diet bebas gluten bisa tetap berjalan aman tanpa mengorbankan prinsip gizi seimbang. Yuk, simak panduannya di bawah ini.
Apa itu diet bebas gluten? 
Diet bebas gluten atau gluten-free diet adalah pola makan yang menghindari semua jenis makanan yang mengandung gluten. Hal ini mencakup makanan berbahan dasar tepung terigu, seperti roti, pasta, mie instan, hingga sebagian besar kue-kue komersial. Namun, hal yang perlu digarisbawahi adalah tidak semua orang memerlukan diet bebas gluten. Diet ini umumnya ditujukan untuk mereka yang mengalami celiac disease, non-celiac gluten sensitivity, atau alergi terhadap gandum2.
Jika tidak dilakukan dengan benar dan seimbang, alih-alih membawa manfaat kesehatan, diet bebas gluten meningkatkan potensi kekurangan zat gizi tertentu, seperti serat, zat besi, folat, dan vitamin B lainnya3.
Prinsip diet bebas gluten yang tetap gizi seimbang
Agar diet bebas gluten kamu tetap memenuhi prinsip gizi seimbang, yuk simak beberapa tips berikut ini:
- Pilih karbohidrat kompleks non-gluten
Prioritaskan karbohidrat kompleks bebas gluten, seperti nasi merah atau nasi putih, singkong, ubi, kentang, jagung. Karbohidrat ini tetap bisa memberi energi optimal sekaligus menjaga kadar gula darah lebih stabil karena kandungan seratnya yang lebih tinggi. Namun apabila harus mengonsumsi tepung-tepungan, pilihan bebas gluten seperti tepung beras, tepung tapioka, atau tepung sorgum.
- Cukupi kebutuhan protein
Meskipun beberapa produk berbasis gandum mengandung tinggi protein, kamu tetap bisa mencukupi kebutuhan protein dari sumber lain seperti, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging tanpa lemak, dan kacang-kacangan (kacang kedelai, edamame, kacang hijau, kacang merah). Pastikan proses mengolahnya tidak menggunakan tepung terigu atau bahan lain yang mengandung gluten ya!
- Sayur dan buah berwarna-warni
Sayur dan buah tetap jadi bagian penting untuk penuhi kebutuhan vitamin, mineral, dan serat. Semua sayur dan buah secara alami bebas gluten, jadi jangan ragu untuk memperbanyak porsinya di piringmu.
- Perhatikan asupan serat dan mikronutrien
Jika kamu mengganti produk olahan biasa dengan produk gluten-free kemasan, pastikan pilih yang juga mengandung zat gizi tambahan, seperti serat, protein, dan lain-lain. Baca label kemasan dengan detail, terutama pada bagian informasi nilai gizi dan komposisi. Misalnya pada kemasan SOYJOY, terdapat claim bahwa SOYJOY merupakan camilan bebas gluten yang tinggi serat dan protein karena terbuat dari kedelai utuh.

Contoh menu harian gluten-free ala masakan Indonesia
Agar lebih ada gambaran, kamu bisa coba contoh menu harian gizi seimbang – bebas gluten di bawah ini:

Pagi : Nasi putih + telur dadar + tumis bayam
Snack pagi : Buah potong + edamame rebus
Siang : Nasi liwet + pepes ikan + tempe goreng + lalapan
Sore : SOYJOY Kurma Nastar
Malam : Lontong + sate ayam bumbu kacang
Jadi, menjalani diet bebas gluten bukan berarti harus makan hambar atau kekurangan gizi. Apabila pemilihan bahan makanannya tepat dan tetap mengacu pada prinsip gizi seimbang, tubuh tetap bisa sehat, aktif, dan bebas dari gejala yang mengganggu. Ingat, gluten-free bukan gaya hidup kekinian semata—tapi jalan sehat untuk mereka yang benar-benar membutuhkannya.
Jika kamu merasa memiliki gejala yang mungkin berkaitan dengan gluten, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter atau ahli gizi, ya!
Author: Dian Rahma, S.Gz, Dietisien
Editor: Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing Food SOYJOY
Referensi:
- Losurdo, G., Principi, M., Iannone, A., Amoruso, A., Ierardi, E., Di Leo, A., & Barone, M. (2018). Extra-intestinal manifestations of non-celiac gluten sensitivity: An expanding paradigm. World journal of gastroenterology, 24(14), 1521.
- Reilly, N. R. (2016). The gluten-free diet: recognizing fact, fiction, and fad. The Journal of pediatrics, 175, 206-210.
- Zingone, F., Bartalini, C., Siniscalchi, M., Ruotolo, M., Bucci, C., Morra, I., … & Ciacci, C. (2017). Alterations in diets of patients with nonceliac gluten sensitivity compared with healthy individuals. Clinical Gastroenterology and Hepatology, 15(1), 63-68.
by deny@soyjoy | Jun 9, 2025 | Healthy Living, Soylution
Akhir-akhir ini sudah mulai banyak orang yang mulai tertarik bahkan mencoba menjalani pola makan yang lebih sehat. Seiring dengan hal tersebut, muncul pula perhatian soal gluten sensitivity atau sensitivitas gluten yang semakin sering dibicarakan. Hal ini menarik banyak orang untuk mencoba mengurangi gluten pada pola makannya, dan kebanyakan dari mereka merasa lebih sehat setelahnya. Nah disinilah ternyata ditemukan fenomena gluten sensitivity walaupun sering kali “tidak terlihat”.
Gluten sensitivity
Gluten sensitivity, atau lebih tepatnya disebut Non-Celiac Gluten Sensitivity (NCGS), adalah kondisi ketika tubuh menunjukkan reaksi negatif terhadap gluten, tetapi tanpa bukti kerusakan pada usus halus seperti pada penyakit celiac, dan tanpa reaksi alergi seperti alergi gandum. Artinya, seseorang dengan NCGS akan mengalami ketidaknyamanan setelah mengonsumsi gluten, tapi hasil tes celiac disease dan alergi gandum mereka tetap normal1.
Gejala gluten sensitivity yang sering muncul bisa sangat bervariasi dari orang ke orang. Namun beberapa keluhan yang sering dilaporkan antara lain, perut kembung, sakit atau kram perut, diare atau konstipasi, sakit kepala, kelelahan kronis, nyeri sendi atau otot, brain fog (merasa ‘lambat’ dalam berpikir), perubahan suasana hati (mudah cemas atau depresi ringan). Menariknya, tidak seperti celiac disease yang berdampak utama pada sistem pencernaan, gluten sensitivity justru sering menunjukkan gejala yang lebih luas, termasuk efek pada mood dan energi2.
Hingga saat ini, belum ada tes laboratorium khusus untuk mendeteksi gluten sensitivity. Diagnosis biasanya ditegakkan melalui beberapa pengamatan panjang oleh tenaga medis atau kesehatan. Sehingga sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional daripada ‘mendiagnosis’ secara mandiri3.
Penanganan gluten sensitivity
Solusi terbaik untuk orang dengan gluten sensitivity adalah menerapkan diet bebas gluten. Tapi ingat, ini bukan sekadar menghindari roti atau mie saja, ya! Gluten bisa “bersembunyi” dalam banyak produk olahan seperti saus (terutama soy sauce), sup instan, makanan ringan, dan produk olahan daging. Pilihan makanan alami seperti nasi, jagung, quinoa, buah, sayuran, kacang-kacangan, daging segar, dan ikan menjadi teman terbaik untuk kamu yang ingin menjalani pola makan bebas gluten. Namun pola makan bebas gluten juga harus tetap seimbang ya!
Pola makan bebas gluten tetap harus memegang prinsip gizi seimbang karena ternyata diet bebas gluten yang salah bisa berisiko menyebabkan kekurangan zat gizi, seperti serat, protein, zat besi, dan vitamin B4. Selain itu, produk olahan bebas gluten atau gluten-free sering kali tidak mengandung komposisi yang seimbang, seperti tinggi gula atau rendah serat. Sehingga kita harus teliti dalam membaca label kemasan dan lebih bijak dalam memilih produk olahan bebas gluten yang ada di pasaran.
SOYJOY sebagai camilan bebas gluten

Tahukah kamu kalau ternyata SOYJOY adalah camilan yang bebas gluten? Ketika kamu membaca label kemasan SOYJOY, kamu akan menemukan tulisan bebas gluten ini loh!
SOYJOY merupakan camilan bebas gluten karena terbuat dari kedelai utuh dengan campuran buah-buahan dan bahan lain yang tentunya sudah dipastikan bebas dari kandungan atau kontaminasi gluten. Tidak hanya itu, SOYJOY mengandung gizi yang lengkap, seperti tinggi protein dan serat, sehingga akan membawa manfaat lain jika dikonsumsi. Misalnya bisa membantu kamu jadi kenyang lebih lama, dan bisa membantu menjaga kadar gula darah juga. Jadi SOYJOY bisa menjadi opsi terbaik camilan bergizi praktis buat kamu yang menjalankan pola makan atau diet bebas gluten.
Author: Dian Rahma, S.Gz, Dietisien
Editor: Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing Food SOYJOY
Referensi:
- Ontiveros, N., Hardy, M. Y., & Cabrera-Chavez, F. (2015). Assessing of celiac disease and nonceliac gluten sensitivity. Gastroenterology research and practice, 2015(1), 723954.
- Losurdo, G., Principi, M., Iannone, A., Amoruso, A., Ierardi, E., Di Leo, A., & Barone, M. (2018). Extra-intestinal manifestations of non-celiac gluten sensitivity: An expanding paradigm. World journal of gastroenterology, 24(14), 1521.
- Roszkowska, A., Pawlicka, M., Mroczek, A., Bałabuszek, K., & Nieradko-Iwanicka, B. (2019). Non-celiac gluten sensitivity: a review. Medicina, 55(6), 222.
- Zingone, F., Bartalini, C., Siniscalchi, M., Ruotolo, M., Bucci, C., Morra, I., … & Ciacci, C. (2017). Alterations in diets of patients with nonceliac gluten sensitivity compared with healthy individuals. Clinical Gastroenterology and Hepatology, 15(1), 63-68.
by deny@soyjoy | May 7, 2025 | Soylution, Sport
Saat momen lebaran berakhir, banyak dari kita merasa perlu untuk kembali ke gaya hidup sehat setelah menikmati berbagai hidangan lezat sekaligus berlemak dan berkalori tinggi selama lebaran dengan cara berolahraga. Kementrian Kesehatan RI juga selalu merekomendasikan untuk menjalankan pola hidup sehat dengan melakukan olahraga selama 30 menit per hari atau 150 menit per minggu (1).
Salah satu pertanyaan umum yang sering muncul adalah manakah yang lebih baik antara olahraga kardio dan olahraga kekuatan untuk membakar lemak setelah lebaran? Yuk kita bahas lebih lanjut.

Olahraga Kardio (Cardio/Aerobic Training)
Olahraga kardio atau dapat disebut cardio/aerobic training adalah jenis olahraga yang dapat menyehatkan jantung dan meningkatkan kebugaran. American College of Sports Medicine (ACSM) mendefinisikan olahraga kardio sebagai aktivitas fisik yang menggunakan kelompok otot besar, dapat dipertahankan secara terus menerus, dan berirama (2). Contoh olahraga aerobik antara lain bersepeda, senam, mendaki gunung, joging/lari jarak jauh, berenang, dan berjalan kaki (3).
Olahraga kardio terbukti dapat menurunkan lemak tubuh paling besar jika dibandingkan dengan olahraga kekuatan. Latihan tabata dengan intensitas 90-95% denyut nadi maksimal dan latihan kardio dengan intensitas 55-70% denyut nadi maksimal yang dilakukan 3 kali seminggu selama 6 minggu dapat menurunkan berat badan dan persentase lemak hingga 8% pada penderita overweight maupun obesitas (4). Selain itu, olahraga kardio juga dapat meningkatkan kebugaran karena oksigen di dalam tubuh menjadi lebih maksimal loh5!
Olahraga Kekuatan (Strength Training)
Olahraga Kekuatan (Strength Training) adalah latihan yang dilakukan secara sistematis dengan mengunakan beban sebagai alat untuk menambah kekuatan fungsi otot. Beban yang digunakan dapat berupa beban dari berat badan sendiri ataupun beban tambahan dari dumbell, barbell, atau mesin beban (gym machine). Bentuk olahraganya seperti chin-up, push-up, back-up, maupun latihan beban (6).
Jenis olahraga ini terbukti paling efektif dalam membentuk otot tubuh, sehingga cocok digunakan untuk kamu yang memiliki otot tubuh rendah dan lemak tubuh yang tinggi (5).
Meskipun pembakaran kalori langsung mungkin lebih rendah daripada kardio, olahraga kekuatan dapat meningkatkan metabolisme jangka panjang sehingga risiko penyakit seperti diabetes dapat menurun. Melakukan olahraga kekuatan dengan durasi 30 hingga 60 menit per minggu dapat menurunkan risiko terkena diabetes hingga 17% (7).
Kombinasi olahraga kardio dan kekuatan
Nah ternyata pilihan terbaik sebenarnya adalah dengan mengombinasikan olahraga kardio dengan olahraga kekuatan. Kombinasi latihan kardio dan latihan kekuatan menghasilkan peningkatan massa tubuh tanpa lemak, peningkatan kekuatan, dan kebugaran jantung serta paru-paru (8). Selain itu sebuah riset juga menunjukkan bahwa kombinasi olahraga kardio dan kekuatan dapat membantu menurunkan tekanan darah sehingga menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah loh (9)!
–
Ternyata olahraga kardio dan kekuatan memiliki manfaat uniknya sendiri dan dapat saling melengkapi ya. Pada akhirnya yang terbaik adalah melalukan keduanya secara seimbang dan menyesuaikan dengan kebutuhan atau preferensi pribadi. Hal yang tidak kalah penting adalah menjaga makan setelah berolahraga.
Waktu setelah berolahraga menjadi krusial karena umumnya orang merasa lapar setelah berolahraga. Agar olahragamu tidak sia-sia kamu harus bijak dalam memilih makanan setelah berolahraga, baik dari kandungan kalorinya yang rendah, proteinnya yang tinggi, dan memiliki indeks glikemik yang rendah. Penelitian membuktikan konsumsi makanan yang rendah indeks glikemik ternyata dapat membakar lemak 5,3 gram lebih banyak (10),(11). Selain itu konsumsi protein setelah berolahraga dapat membantu pembentukan otot dan membantu proses pemulihan otot (12).

SOYJOY dapat menjadi pilihan terbaik untuk cegah kalap setelah berolahraga. Hal ini karena SOYJOY terbuat dari kedelai utuh sehingga memiliki serat dan protein yang tinggi jadi bantu kamu kenyang lebih lama deh setelah berolahraga. SOYJOY juga memiliki indeks glikemik yang rendah, jadi bisa bantu bakar lemak kamu lebih banyak setelah berolahraga loh. Jadi, udah mulai makan SOYJOY belum nih setelah berolahraga?
Author: Dian Rahma, S.Gz, Dietisien
Editor: Deny Nurkhaedi Ramadhani. (Graphic Design Marketing Food)
Referensi:
- Kemenkes, R. I. (2014). Permenkes No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan RI, 97.
- Patel, H., Alkhawam, H., Madanieh, R., Shah, N., Kosmas, C. E., & Vittorio, T. J. (2017). Aerobic vs anaerobic exercise training effects on the cardiovascular system . World Journal of Cardiology, 9(2), 134. https://doi.org/10.4330/wjc.v9.i2.134
- Yakubovich, M. (2017). Aerobic and anaerobic exercise: analyzing the benefits of different forms of exercise for adults diagnosed with type 2 diabetes. University Honors Theses, 442. https://doi.org/10.15760/honors.439
- Taufikkurrachman, T., Wardathi, A. N., Rusdiawan, A., Sari, R. S., & Kusumawardhana, B. (2021). Olahraga kardio dan tabata: Rekomendasi untuk menurunkan lemak tubuh dan berat badan. Jendela Olahraga, 6(1), 197-212.
- Schwingshackl, L., Dias, S., Strasser, B., & Hoffmann, G. (2013). Impact of different training modalities on anthropometric and metabolic characteristics in overweight/obese subjects: a systematic review and network meta-analysis. PloS one, 8(12), e82853.
- Zamroni, M. H., & Sulistyarto, S. (2016). Pengaruh Latihan Beban dengan Alat Mekanis dan Non Mekanis Terhadap Kekuatan Otot Perut Mahasiswa FIK UNESA Surabaya. Jurnal Kesehatan Olahraga, 6(2).
- Momma, H., Kawakami, R., Honda, T., & Sawada, S. S. (2022). Muscle-strengthening activities are associated with lower risk and mortality in major non-communicable diseases: a systematic review and meta-analysis of cohort studies. British journal of sports medicine, 56(13), 755-763.
- Schroeder, E. C., Franke, W. D., Sharp, R. L., & Lee, D. C. (2019). Comparative effectiveness of aerobic, resistance, and combined training on cardiovascular disease risk factors: A randomized controlled trial. PloS one, 14(1), e0210292. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0210292
- Corso, L. M., Macdonald, H. V., Johnson, B. T., Farinatti, P., Livingston, J. I. L. L., Zaleski, A. L., … & Pescatello, L. S. (2016). Is concurrent training efficacious antihypertensive therapy? A meta-analysis. Medicine & Science in Sports & Exercise, 48(12), 2398-2406.
- Kaur, B., Chin, R. Q. Y., Camps, S., & Henry, C. J. (2016). The impact of a low glycaemic index (GI) diet on simultaneous measurements of blood glucose and fat oxidation: A whole body calorimetric study. Journal of clinical & translational endocrinology, 4, 45-52.
- Sun, F. H., O’Reilly, J., Li, L., & Wong, S. H. S. (2013). Effect of the glycemic index of pre-exercise snack bars on substrate utilization during subsequent exercise. International journal of food sciences and nutrition, 64(8), 1001-1006.
- Jäger, R., Kerksick, C. M., Campbell, B. I., Cribb, P. J., Wells, S. D., Skwiat, T. M., … & Antonio, J. (2017). International society of sports nutrition position stand: protein and exercise. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 14, 1-25.
by deny@soyjoy | May 2, 2025 | SOYJOY Kurma Nastar, Soylution, Uncategorized
Puasa Ramadan sering dianggap sebagai momen yang tepat untuk menurunkan berat badan karena pola makan bisa lebih terbatas sehingga penurunan berat badan menjadi lebih mudah dicapai. Namun sayangnya, fenomena yo-yo effect sering menghantui setelah Ramadan, terutama saat Lebaran. Berat badan yang turun bisa kembali naik, bahkan melebihi sebelum puasa1. Fenomena ini sangat disayangkan, terutama bagi mereka yang berada dalam kategori overweight atau obesitas dan sedang berusaha menurunkan berat badan.
Apa itu Yo-Yo Effect?
Yo-yo effect adalah kondisi ketika seseorang mengalami penurunan berat badan, tetapi kemudian kembali naik dalam waktu singkat akibat pola makan yang tidak terkontrol. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola makan yang signifikan serta pengaruh hormon leptin, yang berperan dalam mengatur nafsu makan dan rasa kenyang. Selama puasa, kadar leptin menurun, sehingga setelah Ramadan, tubuh cenderung merasa lebih lapar dan mendorong konsumsi makanan dalam jumlah lebih besar, terutama makanan tinggi kalori dan gula2.
Kenapa berat badan bisa naik lagi setelah lebaran?
Setelah Lebaran, pola makan kembali berubah drastis. Pada saat berpuasa tubuh kita terbiasa oleh konsumsi makanan utama yang mungkin hanya 2 kali dalam sehari. Namun setelah lebaran, tubuh kita harus kembali beradaptasi dengan pola makan 3 kali makan utama dalam sehari.
Selain itu, makanan khas lebaran, seperti opor, rendang, ketupat, dan kue kering cenderung memiliki kandungan kalori yang tinggi, sehingga mudah menyebabkan surplus kalori yang berujung pada peningkatan berat badan.
Cara Mencegah Yo-Yo Effect Setelah Lebaran
Apabila ingin berat badan tetap stabil setelah Lebaran, berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan:
1. Tetap mengontrol porsi makan
Gunakan piring kecil dan pilih makanan dengan porsi yang seimbang. Jangan langsung mengambil banyak makanan dalam sekali waktu.
2. Pilih makanan dengan indeks glikemik rendah
Makanan rendah indeks glikemik dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil dan mengurangi rasa lapar yang berlebihan. Kamu bisa mulai memilih makanan yang memiliki indeks glikemik rendah seperti SOYJOY Kurma Nastar.

Snack bar ini terbuat dari kebaikan kedelai utuh dan kombinasi nanas serta kurma yang tinggi serat dan memiliki indeks glikemik rendah. Tidak hanya itu, sensasi rasa nastarnya pun dapat menambah kenikmatan saat kamu konsumsi SOYJOY Kurma Nastar loh! Kamu bisa dapatkan SOYJOY Kurma Nastar di Indomaret terdekat dan Toko Otsuka di Tokopedia dan Shopee.
3. Perbanyak serat dan protein
Konsumsi kacang-kacangan, sayur, buah, dan protein seperti tahu, tempe, serta ikan terbukti dapat memberikan hasil yang baik dalam hal berat badan, seperti BMI yang lebih rendah, lingkar pinggang, atau persen lemak tubuh, dan mengurangi risiko obesitas3. Selain itu, serat dan protein yang terkandung dalam makanan-makanan tersebut dapat membantu meningkatkan rasa kenyang lebih lama dan mencegah kalap makan4.
4. Praktikkan Mindful Eating
Makanlah dengan perlahan dan nikmati setiap suapan. Hindari makan sambil menonton TV atau mengobrol terlalu banyak agar tetap sadar dengan jumlah makanan yang dikonsumsi.
5. Stay active!
Jangan lupakan aktivitas fisik setelah Lebaran! Mulailah dengan jalan santai, bersepeda, atau olahraga ringan agar tubuh tetap membakar kalori secara optimal.
Jangan sampai usaha menurunkan berat badan selama Ramadan sia-sia akibat pola makan yang tidak terkontrol saat Lebaran. Harapannya, dengan memahami fenomena yo-yo effect dan menerapkan pola makan yang lebih sehat setelah Lebaran, kita bisa menjaga berat badan tetap stabil. Lebaran adalah waktu untuk berkumpul dan berbagi kebahagiaan, bukan sekadar pesta makan tanpa kendali. Mari nikmati hidangan dengan penuh kesadaran agar tubuh tetap sehat dan bugar!
Author: Dian Rahma, S.Gz, Dietisien
Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing Food
Referensi:
1. Majid, A., Osama, M., Noman, M., Nisa, U., & Haider, I. (2023). Effect of Ramadan Fasting on Body Weight and Body Mass Index (BMI) in Public Sector Undergraduate Medical Students of Peshawar. Pakistan journal of medical sciences, 39(3), 662–666. https://doi.org/10.12669/pjms.39.3.7017
2. Muhammad, H. F. L., Latifah, F. N., & Susilowati, R. (2018). The yo-yo effect of Ramadan fasting on overweight/obese individuals in Indonesian: A prospective study. Mediterranean Journal of Nutrition and Metabolism, 11(2), 127-133.
3. Boushey, C., Ard, J., Bazzano, L., Heymsfield, S., Mayer-Davis, E., Sabaté, J., … & Obbagy, J. (2022). Dietary patterns and growth, size, body composition, and/or risk of overweight or obesity: a systematic review.
4. Listyarani, H., Prayudani, A. P. G., Prihandari, R., Prangdimurti, E., & Astawan, M. (2024, June). Effect of snack bar type on satiation and sensory acceptance in young adults. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 1359, No. 1, p. 012005). IOP Publishing.
Page 1 of 1012345...10...»Last »