Bulan Ramadan adalah bulan keberkahan yang dinantikan seluruh umat muslim di dunia. Pada bulan tersebut, umat muslim akan berpuasa dari mulai waktu subuh hingga matahari terbenam. Makan sahur adalah makan yang dilakukan sebelum waktu subuh dan momen ini merupakan poin yang penting selama bulan Ramadan. Makan sahur dapat memberikan energi yang dibutuhkan untuk menjalani puasa seharian. Makanan yang dikonsumsi tentu juga harus diperhatikan dengan tepat agar kebutuhan gizi dapat terpenuhi dan kesehatan tubuh tetap terjaga. Lalu, hal apa saja yang sebaiknya dilakukan dan sebaiknya dihindari? Yuk simak penjelasan berikut mengenai do’s and don’ts pada saat makan sahur.

Do’s
Pertama: Tetap terapkan prinsip gizi seimbang
Usahakan untuk mengonsumsi makanan lengkap dan seimbang pada saat sahur, yaitu terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur, dan buah. Pilihlah makanan pokok yang tergolong karbohidrat kompleks, seperti roti gandum, nasi merah, atau kentang. Karbohidrat kompleks akan mencegah penurunan kadar gula darah secara drastis dan memberikan energi yang bertahan lebih lama¹

Selain itu utamakan sayur dan buah sebagai sumber serat karena serat akan melancarkan pencernaan dan membuat makanan dicerna lebih lama, sehingga perasaan kenyang pun akan lebih lama². Lauk-pauk tinggi protein seperti telur, daging tanpa lemak, atau kacang-kacangan juga harus menjadi prioritas karena protein akan melepaskan hormon kenyang sehingga membantu menjaga kenyang lebih lama dan menjadi cadangan energi sepanjang hari³ .

Kamu bisa melengkapi menu sahurmu agar menjadi gizi seimbang dengan mengonsumsi 1 hingga 2 bar SOYJOY. Kandungan protein dan seratnya yang tinggi karena terbuat dari kelai utuh, bisa bantu kamu buat kenyang lebih lama pada saat puasa loh!

Kedua: Penuhi kebutuhan cairan saat sahur
Saat puasa, tentu kita tidak boleh minum selama belasan jam, sedangkan aktivitas kita tetap berjalan seperti biasa. Hal ini lah yang akan meningkatkan risiko dehidrasi selama bulan puasa . Pilihlah buah-buahan dan sayur-sayuran yang tinggi air, seperti semangka, melon, timun, dan tomat agar membantu kamu memenuhi kebutuhan cairan saat puasa.

Ketiga: Mengakhirkan waktu sahur
Usahakan untuk memaksimalkan waktu sahur dengan mengonsumsi makan dan minuman hingga batas akhir (imsak atau sebelum subuh) waktu sahur. Hal ini akan membantu untuk mengonsumsi makanan dengan tenang dan nyaman, memenuhi kebutuhan gizi yang lebih lengkap, dan dapat memberikan energi lebih lama pada saat puasa.

Don’ts
Pertama: Imbalance food
Makanan dengan komposisi gizi yang tidak seimbang sebaiknya dihindari. Misalnya makan mie dan nasi tanpa telur dan sayur dapat mengakibatkan rasa lapar yang lebih cepat. Selain itu makanan tinggi lemak seperti santan atau gorengan juga sebaiknya dihindari karena rentan menimbulkan masalah pencernaan

Kedua: Minum minuman berkafein
Hindari konsumsi minuman berkafein seperti teh dan kopi pada saat sahur. Hal ini disebabkan karena minuman berkafein bersifat diuretik sehingga akan meningkatkan urin yang keluar. Hal ini tentu akan berdampak pada rasa haus dan risiko dehidrasi yang mengintai kita

Ketiga: Sahur sebelum tidur malam
Makan sahur sebelum tidur malam tidak dianjurkan karena dengan begitu artinya durasi puasa yang akan ditempuh akan semakin lama. Umumnya makan di waktu ini tidak bisa maksimal karena masih ada efek kenyang setelah berbuka. Selain itu, jeda makan malam dengan waktu tidur yang kurang dari 3 jam akan meningkatkan risiko penyakit GERD.

Nah, setelah tau do’s dan don’ts saat makan sahur, semoga ini bisa jadi #Soylution agar ibadah puasa dapat berjalan dengan lancar ya! Jangan lupa? Makan SOYJOY!

Referensi:

  1. Akbar A, Shreenath AP. High Fiber Diet. [Updated 2021 May 9]. In: StatPearls
    [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available
    from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559033/
  2. Brownlee, I. (2014). The impact of dietary fibre intake on the physiology and
    health of the stomach and upper gastrointestinal tract. Bioactive carbohydrates
    and dietary fibre, 4(2), 155-169.
  3. Morell, P., & Fiszman, S. (2017). Revisiting the role of protein-induced satiation
    and satiety. Food Hydrocolloids, 68, 199-210.
  4. Rouhani, M. H., & Azadbakht, L. (2014). Is Ramadan fasting related to health
    outcomes? A review on the related evidence. Journal of Research in Medical
    Sciences, 19(10), 987–992.
  5.  Zhang, M., & Yang, J. (2016). Effects of a high-fat diet on intestinal microbiota
    and gastrointestinal diseases. World Journal of Gastroenterology, 22(40),
    8905-8909. https://doi.org/10.3748/wjg.v22.i40.8905
  6.  Helmyati. (2022). Menjaga Hidrasi Selama Bulan Ramadan. Pusat
    Kesehatan Dan Gizi Manusia Universitas Gadjah Mada.
    https://pkgm.fk.ugm.ac.id/2022/04/12/menjaga-hidrasi-selama-bulanramadan/
  7.  Yang, J. H., Kang, H. S., Lee, S. Y., Kim, J. H., Sung, I. K., Park, H. S., … & Jin,
    C. J. (2014). Recurrence of gastroesophageal reflux disease correlated with a
    short dinner‐to‐bedtime interval. Journal of Gastroenterology and Hepatology,
    29(4), 730-735.
bandarqq http://origin-widgets-assets.stats.com/index.html http://planet.opennews.org/ https://farisfanani.id/wp-includes/bandarqq/ https://farisfanani.id/wp-includes/dominoqq/ https://ojs.stie-tdn.ac.id/pages/depo-25-bonus-25/ http://files.follettcommunity.com/index.html https://www.soyjoy.id/public/
bandarqq dominoqq https://www.bapelkesmataram.id/wp-includes/pkvqq/
http://files.theleague.coop/index.html
http://s1.onlinepictureproof.com/index.html