by gl75FKPUUayArC | May 17, 2013 | Uncategorized
Metode food combining awalnya diperkenalkan oleh Dr. William Howard Hay, seorang dokter dan ilmuwan asal Amerika. Yang dinamakan food combining sebenarnya adalah sebuah konsep tentang pola makan berdasarkan pengelompokan makanan. Konsep ini mengacu pada fakta bahwa setiap kelompok makanan memiliki waktu cerna dan serap yang berbeda-beda. Karenanya, menggabungkan konsumsi jenis-jenis makanan yang berada dalam satu kelompok akan dapat mengoptimalkan penyerapan nutrisi dan mencegah masalah pencernaan.
Oleh Hay, makanan dibagi atas dua kelompok berdasarkan jenis enzim dan suasana lambung yang dibutuhkan untuk mencernanya. Ada kelompok yang membutuhkan suasana asam dan ada pula yang membutuhkan suasana basa. Segala jenis protein (telur, daging, kacang-kacangan, dll) termasuk golongan asam dan segala jenis karbohidrat (nasi, roti, mie, tepung, pasta, dll) termasuk golongan basa. Konsumsi makanan dari kelompok yang berbeda ini tidak boleh dilakukan secara bersamaan. Logikanya, jika dikonsumsi bersamaan, maka sifat asam dan basa akan bertemu sehingga saling menetralisir satu sama lain. Akibatnya, kerja pencernaan menjadi terganggu sehingga penyerapan nutrisi tidak optimal dan justru berisiko menimbulkan gangguan seperti perut kembung, sakit maag, dan sebagainya.
Selain pembagian jenis makanan menjadi asam dan basa, ada satu lagi pengelompokan makanan yang dilakukan oleh Hay, yaitu jenis makanan yang mengandung gula (sayuran dan buah-buahan). Jenis makanan yang mengandung gula ini harus dikonsumsi secara terpisah dan didahulukan sebelum menyantap jenis makanan asam maupun basa. Menurut Hay, jenis makanan yang mengandung gula harus selalu dikonsumsi 20-30 menit sebelum makanan lain. Jadi, buah dan sayuran sebaiknya justru dikonsumsi sebelum Anda mulai makan “berat”, untuk mengoptimalkan penyerapan nutrisi di dalamnya.
Sudah siap menerapkan metode food combining dalam pola makan sehari-hari? Jangan lupa, imbangi juga pola makan sehat Anda dengan berolahraga sesuai kebutuhan.
Selamat mencoba! 🙂
by gl75FKPUUayArC | May 17, 2013 | Uncategorized
Bagi penyandang diabetes mellitus, pengendalikan kadar gula darah secara disiplin adalah kebiasaan yang tidak bisa ditawar lagi. Pasalnya, kadar gula darah yang senantiasa tinggi dapat menimbulkan berbagai komplikasi penyakit yang berbahaya, yaitu:
- Kerusakan retina mata (retinopati). Retina adalah lapisan tipis di bagian belakang mata. Di dalam retina terdapat jutaan pembuluh darah kecil. Kadar gula darah yang terus-menerus tinggi bisa menimbulkan sumbatan atau kebocoran pada pembuluh darah kecil tersebut sehingga mengakibatkan berbagai masalah penglihatan, mulai dari penurunan ketajaman mata, tidak mampu membedakan warna, bahkan kebutaan.
- Kerusakan ginjal (nefropati). Di dalam ginjal terdapat filter yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah halus. Filter ini berguna membuang sampah dari pembuluh darah menuju urin serta menahan zat-zat berguna untuk dikembalikan ke dalam aliran darah. Akibat diabetes kronis, pembuluh-pembuluh darah ini mengalami kebocoran sehingga meloloskan zat-zat yang berguna ke dalam urin. Bukan hanya itu, kadar gula darah yang tinggi juga bisa mengakibatkan sel-sel pembentuk pembuluh darah ini mati. Bila berlanjut, kerusakan sel-sel ini mengakibatkan kondisi gagal ginjal.
- Kerusakan saraf (neuropati). Kadar gula darah yang tinggi bisa mempercepat timbulnya plak pada pembuluh darah sehingga mengakibatkan sumbatan dan penurunan jumlah aliran darah ke seluruh tubuh. Kondisi kurangnya aliran darah ini bisa menimbulkan kerusakan pada sistem saraf tulang belakang dan tengkorak, yang ditandai dengan mati rasa permanen pada beberapa bagian tubuh (biasanya pada kaki).
- Serangan jantung & stroke. Seperti yang sudah dibahas di atas, tingginya kadar gula darah bisa menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah, termasuk pembuluh darah besar seperti aorta dan arteri koroner. Akibatnya, penyandang diabetes berisiko tinggi terkena serangan jantung dan stroke akibat pembuluh darah tersumbat ataupun bocor.
Untuk menghindari berbagai komplikasi tersebut, penyandang diabetes wajib memelihara keseimbangan kadar gula darah dengan cara mempertahankan berat badan ideal, berolahraga ringan, serta menyeleksi asupan makanan sehari-hari. Salah satu jenis makanan yang baik untuk menjaga kestabilan kadar gula darah adalah kedelai. Kedelai memiliki nilai indeks glikemik rendah sehingga tidak mengakibatkan lonjakan kadar gula darah secara drastis setelah dikonsumsi. Kandungan serat pangan di dalam kedelai juga bisa membantu mempertahankan rasa kenyang lebih lama sehingga Anda terhindar dari kebiasaan makan dalam porsi berlebihan.
Bagi Anda penyadang diabetes, mulailah mengonsumsi kedelai sejak sekarang agar tubuh senantiasa sehat dan terhindar dari komplikasi penyakit. Salam sehat!
by gl75FKPUUayArC | May 15, 2013 | Healthy Living
Berat badan berlebih memang bisa mendatangkan masalah bagi setiap orang, baik pria maupun wanita. Selain masalah dalam penampilan, berat badan berlebih juga bisa mendatangkan risiko munculnya penyakit seperti diabetes, stroke, dan penyakit jantung. Hanya saja, bagi sebagian besar orang, mendapatkan berat badan ideal bukanlah perkara mudah seperti membalik telapak tangan. Itu sebabnya, banyak orang berlomba-lomba ingin menurunkan berat badan secara instan dengan menggunakan obat pelangsing.
Yang menjadi masalah, tidak semua jenis obat pelangsing bisa memberikan hasil yang diinginkan tanpa mendatangkan efek samping yang merugikan kesehatan. Bahkan, ada cukup banyak jenis obat pelangsing yang mendapatkan predikat “tidak aman” dari otoritas kesehatan di banyak negara. Apa saja bahaya yang bisa ditimbulkan?
- Kebanyakan obat pelangsing bersifat diuretik (mengurangi cairan tubuh) yang membuat Anda lebih sering buang air kecil. Jadi, jangan senang dulu jika berat badan Anda terlihat menyusut. Pasalnya, hal itu sebenarnya disebabkan oleh penurunan jumlah cairan, dan bukannya penurunan jumlah lemak. Bukan hanya mengakibatkan penurunan berat badan semu, kondisi tubuh yang kekurangan cairan juga bisa membahayakan kesehatan jantung dan organ tubuh lainnya.
- Beberapa jenis obat pelangsing mengandung zat yang berguna menghalangi penyerapan lemak ke dalam tubuh. Masalahnya, zat tersebut bisa menimbulkan efek samping berupa gangguan pencernaan, kembung, bahkan diare. Bukan hanya itu, seringkali kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi yang dibutuhkan—seperti vitamin, juga ikut terhalang.
- Mayoritas obat pelangsing mengandung zat bernama sibutramine yang berguna memicu sistem saraf simpatik untuk menekan rasa lapar. Tetapi, bersamaan dengan itu, sibutramine juga dapat meningkatkan denyut jantung sehingga bisa berbahaya bagi mereka yang mengalami gangguan jantung. Meningkatnya tekanan darah secara tidak normal tersebut juga bisa mengakibatkan insomnia, hiperaktif, dan pembekuan darah.
- Penurunan berat badan secara drastis ternyata bisa berdampak buruk pada tubuh wanita. Pasalnya, menurunnya kadar lemak tubuh hingga 15% dalam jangka waktu singkat dapat mempengaruhi produksi hormon estrogen. Akibatnya, siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan proses regenerasi sel-sel tulang juga ikut terganggu.
Jadi, bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan berat badan yang diinginkan? Tentunya dengan berolahraga secara teratur dan menerapkan pola makan seimbang. Pilih jenis makanan yang dapat menunjang program diet Anda, seperti kedelai yang mengandung banyak serat dan memiliki nilai indeks glikemik rendah.
Tubuh langsing itu juga harus sehat, bukan?
by gl75FKPUUayArC | May 15, 2013 | Uncategorized
Berat badan berlebih memang bisa mendatangkan masalah bagi setiap orang, baik pria maupun wanita. Selain masalah dalam penampilan, berat badan berlebih juga bisa mendatangkan risiko munculnya penyakit seperti diabetes, stroke, dan penyakit jantung. Hanya saja, bagi sebagian besar orang, mendapatkan berat badan ideal bukanlah perkara mudah seperti membalik telapak tangan. Itu sebabnya, banyak orang berlomba-lomba ingin menurunkan berat badan secara instan dengan menggunakan obat pelangsing.
Yang menjadi masalah, tidak semua jenis obat pelangsing bisa memberikan hasil yang diinginkan tanpa mendatangkan efek samping yang merugikan kesehatan. Bahkan, ada cukup banyak jenis obat pelangsing yang mendapatkan predikat “tidak aman” dari otoritas kesehatan di banyak negara. Apa saja bahaya yang bisa ditimbulkan?
- Kebanyakan obat pelangsing bersifat diuretik (mengurangi cairan tubuh) yang membuat Anda lebih sering buang air kecil. Jadi, jangan senang dulu jika berat badan Anda terlihat menyusut. Pasalnya, hal itu sebenarnya disebabkan oleh penurunan jumlah cairan, dan bukannya penurunan jumlah lemak. Bukan hanya mengakibatkan penurunan berat badan semu, kondisi tubuh yang kekurangan cairan juga bisa membahayakan kesehatan jantung dan organ tubuh lainnya.
- Beberapa jenis obat pelangsing mengandung zat yang berguna menghalangi penyerapan lemak ke dalam tubuh. Masalahnya, zat tersebut bisa menimbulkan efek samping berupa gangguan pencernaan, kembung, bahkan diare. Bukan hanya itu, seringkali kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi yang dibutuhkan—seperti vitamin, juga ikut terhalang.
- Mayoritas obat pelangsing mengandung zat bernama sibutramine yang berguna memicu sistem saraf simpatik untuk menekan rasa lapar. Tetapi, bersamaan dengan itu, sibutramine juga dapat meningkatkan denyut jantung sehingga bisa berbahaya bagi mereka yang mengalami gangguan jantung. Meningkatnya tekanan darah secara tidak normal tersebut juga bisa mengakibatkan insomnia, hiperaktif, dan pembekuan darah.
- Penurunan berat badan secara drastis ternyata bisa berdampak buruk pada tubuh wanita. Pasalnya, menurunnya kadar lemak tubuh hingga 15% dalam jangka waktu singkat dapat mempengaruhi produksi hormon estrogen. Akibatnya, siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan proses regenerasi sel-sel tulang juga ikut terganggu.
Jadi, bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan berat badan yang diinginkan? Tentunya dengan berolahraga secara teratur dan menerapkan pola makan seimbang. Pilih jenis makanan yang dapat menunjang program diet Anda, seperti kedelai yang mengandung banyak serat dan memiliki nilai indeks glikemik rendah.
Tubuh langsing itu juga harus sehat, bukan?
by gl75FKPUUayArC | May 14, 2013 | 14
Kunci diet diabetes adalah menjaga kadar gula dalam darah. Untuk itu, seorang penyandang diabetes harus memperhatikan pola makannya dengan lebih teliti agar asupan nutrisi yang ia konsumsi seimbang dan sesuai dengan jumlah kalori yang ia butuhkan.
Tubuh manusia bekerja berdasarkan jam biologis tertentu. Ada teori yang menyatakan bahwa bila Anda menyesuaikan pola makan Anda dengan jam biologis tubuh tersebut, berarti Anda menyesuaikan makanan dengan hormon yang bekerja pada tubuh, sehingga kebutuhan hormon yang dibutuhkan untuk kinerjanya dapat terpenuhi dan Anda pun akan merasa kenyang. Diet diabetes berdasarkan pola makan yang disesuaikan dengan jam biologis tubuh adalah:
Sarapan (Pukul 06.00 – 07.00)
Saat tidur, hati menggunakan banyak gula untuk proses detoksifikasi. Itu sebabnya ketika bangun tidur kadar gula dalam darah biasanya menurun. Jadi, makanan yang tepat dikonsumsi di pagi hari adalah makanan manis, misalnya buah yang mengandung gula alami serta serat dan zat gizi lain yang membantu menjaga kestabilan kadar gula darah. Camilan pagi (Pukul 10.00) Makanan yang disarankan untuk camilan pagi adalah makanan yang mengandung low GI seperti kedelai dan buah. Selain membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil, makanan low GI pun dapat memberikan rasa kenyang lebih lama dan membantu menjaga porsi makan berikutnya.
Makan Siang (Pukul 12.00)
Hormon adrenaline aktif bekerja di siang hari dan membutuhkan zat gizi yang terdapat pada makanan sumber protein. Jadi, konsumsilah makanan sumber protein misalnya tahu, ikan, kacang-kacangan seperti kedelai, dan ayam tanpa kulit yang dilengkapi dengan sayuran segar. Agar proses pencernaan protein berjalan lebih lancar, kurangilah porsi nasi pada siang hari. Dianjurkan juga untuk mengonsumsi nasi merah. Camilan Sore (Pukul 15.00 – 16.00) Untuk camilan sore, Anda disarankan agar menghindari makanan yang mengandung high GI seperti donat, wafer, biskuit, cupcake, atau gorengan karena makanan tersebut dapat meningkatkan kadar gula darah secara drastis.
Makan Malam (Pukul 18.00 – 19.00)
Pada malam hari, hormon yang aktif adalah melatonin dan serotonin yang membantu tubuh lebih rileks. Aktivitas hormon ini dibantu oleh karbohidrat. Karena itu, Anda dianjurkan untuk mengonsumsi karbohidrat di malam hari dengan sedikit protein, misalnya nasi merah dengan banyak sayuran dan sedikit daging ayam tanpa kulit.
Jam makan Anda sebaiknya disesuaikan dengan jadwal kegiatan Anda sehari-hari. Sarapan dianjurkan sekitar 1-2 jam sesudah Anda bangun di pagi hari, sedangkan makan siang sekitar 4-5 jam setelah Anda sarapan. Setelah itu, Anda dianjurkan makan malam sekitar 6-7 jam setelah Anda makan siang. Misalnya, bila Anda bangun pukul 6 pagi, Anda disarankan sarapan pada pukul 7.00-8.00 pagi. Setelah itu, sebaiknya Anda makan siang pada pukul 12.00-1.00, dan makan malam pada pukul 6.00-7.00 malam. Bila Anda akan terlambat makan, cemilan ringan akan membantu mengganjal perut sekaligus menjaga kadar gula dalam darah.
Dengan pola makan di atas sebagai dasar dari diet diabetes yang Anda jalani, keseimbangan pola makan Anda bisa dijaga dengan lebih mudah. Walaupun awalnya tampak sulit, namun semakin lama Anda akan mampu menjalaninya dengan mudah.
Sumber:
Diabetes di Usia Muda – Holistic Health Solution (halaman 131)
http://www.sharecare.com/question/best-time-to-eat-meals