Perbanyak Protein dan Serat agar Puasa Kuat Seharian

Perbanyak Protein dan Serat agar Puasa Kuat Seharian

Puasa Ramadan merupakan ibadah wajib bagi umat Muslim yang mampu. Beruntung di Indonesia berpuasa, tidak makan dan minum selama 12 hingga 13 jam saja. Di bagian negara lain, ada umat Muslim yang harus berpuasa hingga 18 jam.

Bisa dibayangkan betapa kita membutuhkan persiapan prima agar puasa berjalan lancar, tidak tergoda lapar dan haus hingga jam berbuka tiba. Saat berpuasa, kita hanya memiliki dua waktu makan, yaitu ketika makan sahur dan berbuka puasa. Bandingkan dengan hari-hari biasa dengan waktu makan tiga kali sehari. Perubahan waktu ini akan mempengaruhi porsi serta pemilihan jenis makanan, saat buka dan sahur.

Puasa sebenarnya hanya memindahkan jam makan, dari makan pagi, siang dan malam ‘diringkas’ menjadi sahur dan berbuka. Penting dicatat untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang agar puasa lancar dan tubuh bugar, mencakup karbohidrat, protein, lemak, serat dan air.

Saat sahur, karbohidrat tetap harus dikonsumsi sebagai sumber zat gizi makro dan sebagai sumber energi. Pilihlah karbohidrat kompleks yang membutuhkan waktu lebih panjang dicerna tubuh sehingga tidak gampang lapar.

Zat gizi lain yang perlu diperhatikan asupannya adalah protein dan serat. Protein termasuk dalam kategori bahan pangan yang paling lama dicerna dibandingkan zat makanan lain semisal karbohidrat. Dampak positifnya adalah, karena butuh proses pencernaan yang panjang sehingga konsumsi protein dalam jumlah cukup akan membuat kenyang lebih lama, jadi kita lebih tahan lapar seharian.

Hal yang sama juga berlaku pada serat yang mengirimkan sensasi ‘kenyang’ pada otak. Itulah mengapa pada saat puasa disarankan untuk meningkatkan asupan protein dan serat.

Manfaat asupan serat yang cukup dapat meminimalkan kemungkinan sulit buang air besar (sembelit) pada bulan puasa. Serat dalam buah-buahan dan sayuran berfungsi sebagai pelancar pencernaan.

Sejumlah makanan memang bisa mempertahankan rasa kenyang lebih lama dari yang lain. Makanan-makanan ini seringkali memiliki karakteristik tertentu yangmembuat kita tahan lapar, misalnya banyak mengandung protein, seperti telur, daging atau ikan tanpa lemak, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak.

Pada 1995, para peneliti di University of Sydney menyusun indeks rasa kenyang untuk mengukur seberapa efektif berbagai makanan mencapai rasa kenyang. Ada sejumlah makanan dengan skor kenyang tinggi yang dapat membantu kita merasa kenyang lebih lama jika mengonsumsinya, antara lain:

1. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan lebih mengenyangkan daripada makanan hewani seperti daging sapi dan babi, demikian menurut studi yang dilakukan oleh University of Copenhagen’s Department of Nutrition, Excercise and Sports. Konsisten mengonsumsi kacang-kacangan menunjukkan tren penurunan berat badan.

Studi  menunjukkan bahwa makanan kaya protein, seperti kacang dan kacang polong meningkatkan rasa kenyang lebih banyak pada peserta penelitian dibandingkan makanan protein hewani. Alasannya, makanan protein nabati yang terdiri dari kacang-kacangan mengandung lebih banyak serat secara signifikan daripada makanan kaya protein hewani, yang mungkin berkontribusi pada peningkatan rasa kenyang.

Kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, buncis, dan lentil juga mengandung karbohidrat yang lambat dicerna. Jenis kacang-kacangan ini juga mengandung protein dan serat yang tinggi. Ini berarti kacang-kacangan adalah makanan yang baik untuk mengimbangi rasa lapar dan mengelola asupan kalori,demikian menurut sebuah studi 2010 yang dipublikasikan di jurnal Advances in Nutrition.

2. Makanan tinggi serat

Serat adalah komponen makanan yang penting, antara lain berfungsi untuk membantu mengontrol kadar gula darah dan kolesterol. Jangan lupa, serat juga bermanfaat dalam mempertahankan rasa kenyang. Contoh makanan tinggi serat antara lain gandum, roti gandum, serealia, sayuran seperti wortel atau bit, dan buah-buahan seperti pisang dan jeruk.

3. Produk susu rendah lemak

Peningkatan konsumsi produk susu rendah lemak dapat meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi asupan makanan berlebih. Satu studi di jurnal Appetite menemukan bahwa yogurt Yunani protein tinggi efektif dalam mengimbangi kelaparan, meningkatkan rasa kenyang, dan mengurangi keinginan mengemil.

4. Telur

Telur adalah sumber protein, vitamin, dan mineral yang sangat baik. Protein hewani ini memiliki efek untuk mengurangi rasa lapar dan membuat kita kenyang lebih lama. Sebuah studi International Journal of Food Sciences and Nutrition (2011) menemukan, peserta yang mengonsumsi  telur dadar memiliki rasa kenyang yang lebih besar daripada mereka yang makan makanan karbohidrat 4 jam kemudian.

5. Daging tanpa lemak dan ikan

Daging tanpa lemak dan ikan mengandung protein hewani  dan rendah lemak jenuh. Diet yang mengandung protein tinggi efektif mengendalikan nafsu makan.

Bagi mereka yang tidak mengonsumsi protein hewani, kedelai merupakan sumber protein yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan nafsu makan karena mempertahankan rasa kenyang lebih lama, demikian menurut riset yang dipublikasikan di The American Journal of Clinical Nutrition.

Nah, untuk membantu memenuhi kebutuhan protein dan serat yang cukup selama puasa, coba deh konsumsi SOYJOY, snack bar #soylution yang terbuat dari kedelai utuh yang mengandung protein nabati dan serat yang membantu kenyang lebih lama.

 

Referensi

https://www.sciencedaily.com/releases/2016/12/161209100227.htm

https://www.medicalnewstoday.com/articles/324078.php

Kapan Penyandang Diabetes Harus Hentikan Puasa? Kenali Tandanya

Kapan Penyandang Diabetes Harus Hentikan Puasa? Kenali Tandanya

Ramadan merupakan bulan mulia yang dinantikan umat Islam di seluruh di dunia. Selama bulan Ramadan, umat Muslim di penjuru dunia menjalani ibadah puasa, bahkan bagi mereka yang menyandang diabetes mellitus tipe 2. Hasil studi EPIDIAR pada tahun 2001 di 13 negara dengan populasi Muslim yang besar (dengan sampel sebanyak 12.914 orang) menunjukkan setidaknya 79% dari sampel tersebut menjalani ibadah puasa saat Ramadan.

Bagi penyandang diabetes, berpuasa dalam jangka waktu yang cukup lama akan meningkatkan timbulnya risiko hipoglikemia, dehidrasi juga hiperglikemia. Hipoglikemia terjadi ketika penyandang diabetes tipe 2 mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis.

Hipoglikemia menjadi hal yang perlu diwaspadai bagi para pasien diabetes mellitus tipe 2 yang ingin menjalankan ibadah puasa Ramadan. Risiko hipoglikemia (gula darah turun) pada pasien diabetes tipe 2 meningkat hingga 7,5 kali lipat sepanjang bulan Ramadan. Karena alasan inilah penting bagi pasien untuk mengontrol gula darah dengan baik agar puasa lancar.

Meski berpuasa di bulan Ramadan merupakan keputusan pribadi yang sangat penting sesuai dengan perintah agama, namun sebaiknya pasien diabetes berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan berpuasa. Dan ajaran agama pun tidak memberatkan sesorang untuk berpuasa, apabila kondisi kesehatannya tidak memadai.

Ada pertimbangan medis tentang risiko tinggi yang terkait dengan puasa sehingga pasien diabetes disarankan untuk tidak menjalankan puasa. Pertimbangan medis tersebut adalah 1) kadar gula darah sangat tinggi : gula darah puasa >250 mg/dL atau gula darah sewaktu >300 mg/dL; 2) penderita diabetes melitus dengan komplikasi penyakit jantung yang tidak stabil, stroke, dan gagal ginjal; 3) penderita diabetes melitus dengan penyakit penyerta akut seperti demam, diare, dan infeksi; 4) penderita diabetes melitus yang sedang hamil, usia lanjut, atau tinggal sendiri; 5) menggunakan suntikan insulin lebih dari 2x sehari.

Mengingat puasa Ramadan menjadi tantangan bagi penyandang diabetes, semua pasien diabetes yang akan menjalankan ibadah puasa seharusnya mempersiapkan diri untuk pemeriksaan medis, yang bertujuan untuk kenyamanan pasien, mempertahankan kendali glikemik/gula darah, tekanan darah, serta lemak darah. Selama pemeriksaan medis dokter akan memberitahukan informasi tentang potensi terjadinya risiko yang mungkin dihadapi terkait dengan puasa Ramadan.

Penilaian medis tersebut sebaiknya dilaksanakan 1–2 bulan sebelum puasa Ramadan, agar dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian diet, aktivitas fisik dan/atau terapi obat yang digunakan.

Mengapa pasien diabetes harus mempersiapkan diri dengan baik sebelum bulan Ramadan tiba? Alasanya, selama bulan Ramadan sering terjadi perubahan besar dalam pola makan. Sebagian besar masalah kesehatan di bulan Ramadan merupakan akibat dari diet yang tidak tepat, makan berlebih, atau kurang tidur. Perubahan diet yang sering terjadi selama Ramadan adalah meningkatnya jumlah makanan dengan kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi, khususnya saat buka puasa.

Mestinya pola makan penyandang diabetes selama Ramadan tidak terlalu berbeda dengan hari biasa, namun disesuaikan dengan keadaan klinis serta kebutuhan khas tiap individu. Pengaturan makanan bertujuan mempertahankan masa tubuh yang konstan. Diet yang dianjurkan pada saat sahur adalah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, tinggi serat dan protein yang dikonsumsi sedekat mungkin dengan waktu imsak. Penyandang diabetes juga mesti mencukupi asupan cairan.

Ada sejumlah rambu-rambu yang harus ditaati penyandang diabetes saat menjalankan puasa, yaitu tahu kapan harus membatalkan puasa jika kondisi tidak memungkinkan. Tanda pasien diabetes harus menghentikan puasa adalah:

*Terjadi hipoglikemia (glukosa darah

* Pasien diabetes juga harus menghentikan puasa jika kadar adar glukosa mencapai  >300 mg/dL (hiperglikemia), atau pasien sakit.

Upaya yang dapat dilakukan pasien diabetes tipe 2 dalam menghindari hipoglikemia adalah menjalankan pola diet seimbang; beraktivitas fisik ringan; rutin memantau kadar gula darah secara berkala; serta mengonsumsi obat sesuai instruksi dokter.

Yang perlu diingat, penyandang diabetes perlu mempertimbangkan makanan dengan indeks glikemik (GI) rendah untuk memcegah lonjakan gula darah dengan cepat – hal yang tak diharapkan terjadi pada penyandang diabetes. Kedelai memiliki indeks glikemik 18, tinggi protein nabati, vitamin E, nutrisi dan serat, yang dapat memperbaiki metabolisme lemak, menurunkan kolesterol jahat, juga memiliki manfaat antioksidan. Kandungan isoflavon dan serat pangan pada kedelai dapat membantu memperbaiki resistensi insulin dan menjaga kestabilan kadar gula darah.

Nah, kini penyandang diabetes dapat menikmati kedelai dengan cara praktis dan enak, yaitu SOYJOY. Kandungan kedelai yang tinggi serat dan protein pada SOYJOY dicerna secara perlahan sehingga membantu kenyang lebih lama, membuat nafsu makan lebih terkendali sehingga dapat menjaga gula darah tetap stabil.

Referensi

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hypoglycemia/symptoms-causes/syc-20373685

Panduan-penatalaksanaan-DM-Tipe-2-pada-individu-dewasa-di-bulan-Ramadan-PERKENI-2015(2).pdf

https://www.diabetes.co.uk/diet/fasting-and-diabetes.html

Kebiasaan Salah Orang Indonesia saat Sahur: Lebih Mementingkan Karbohidrat

Kebiasaan Salah Orang Indonesia saat Sahur: Lebih Mementingkan Karbohidrat

Orang Indonesia tanpa disadari kerap mengonsumsi karbohidrat berlebih. “Belum makan deh kalau belum ketemu nasi..” begitu ungkapan sejumlah orang, meskipun beberapa jam sebelumnya ia sudah makan roti atau ubi, yang juga sumber karbohidrat.

Ketergantungan terhadap nasi orang Indonesia bisa dibilang cukup mencemaskan. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, meski tren konsumsi beras mengalami penurunan, namun jumlahnya masih di atas rata-rata negara lain. Pada tahun 2010, konsumsi beras di Indonesia mencapai 130 kilogram per kapita per tahun, dan tahun 2014 mencapai 124 kilogram per kapita per tahun, jumlah ini menurun menjadi 117 kilogram per kapita per tahun pada 2017.

Kendati demikian, angka tersebut masih jauh di atas konsumsi negara-negara Asia, seperti Korea Selatan 40 kilogram per kapita per tahun, Jepang 50 kilogram per kapita per tahun, Malaysia 80 kilogram per kapita per tahun, dan Thailand 70 kilogram per kapita per tahun.

Nah, bagaimana konsumsi karbohidrat jika dikaitkan dengan puasa Ramadan? Masih muncul anggapan bahwa agar kenyang lebih lama, maka sahur sebaiknya banyak makan karbohidrat. Memang, karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber energi saat sahur, namun dalam jumlah secukupnya.

Konsumsi terlalu banyak karbohidrat malah memicu rasa lapar lho. Kok bisa? Pasalnya tubuh akan mengolah karbohidrat dalam jumlah banyak sekaligus. Kondisi ini akan membuat kadar gula darah naik dengan cepat. Karena terlalu banyak kadar gula darah justru akan cepat menurun kembali dan akhirnya kita gampang merasa lapar saat itu. Kondisi ini akan terus seperti itu siklusnya.

Nah, saat tubuh berusaha melawan rasa lapar yang muncul tersebut, gula darah akan tetap rendah sampai waktu makan jam makan berikutnya. Jika ini terjadi saat berpuasa, maka akan dipenuhi saat buka puasa (iftar). Pada saat ini, tubuh akan memproduksi hormon ghrelin, hormon yang meningkatkan nafsu makan. Ini membuat kita cenderung ‘balas dendam’ alias makan berlebihan lagi pada waktu buka puasa.

Bijak Konsumsi Karbohidrat saat Sahur

Nah, agar tidak mudah lapar, pilihlah jenis karbohidrat yang tepat saat sahur, yaitu karbohidrat kompleks yang mengandung serat lebih banyak sehingga kita merasa kenyang lebih lama. Kelebihan lainnya adalah karbohidrat kompleks juga memberikan vitamin mineral untuk tubuh dan membantu menstabilkan kadar gula darah lebih baik dibandingkan karbohidrat sederhana, atau olahan.

Contoh karbohidrat kompleks adalah nasi putih, namun akan lebih baik lagi jika suka nasimerah, yang memiliki indeks glikemik rendah sehingga cocok dikonsumsi untuk mereka yang sedang diet atau puasa. Beras merah mengandung serat yang lebih tinggi. Menyantap nasi merah dan putih dengan porsi yang sama akan memberikan rasa kenyang yang berbeda. Makan nasi merah jauh lebih mengenyangkan.

Selain karbohidrat kompleks, perbanyak juga konsumsi buah dan sayur tinggi serat. Buah-buahan dan sayuran segar, beku dan kalengan tanpa tambahan gula merupakan pilihan yang baik. Buah-buahan dan sayuran utuh juga menjadi sumber serat dan air yang membantu kita kenyang  lebih lama namun hanya sedikit mengandung kalori.

Penting untuk meningkatkan konsumsi sayuran dan buah selama berpuasa. Penelitian Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) yang diselenggarakan Balitbangkes pada 2015 menunjukkan, saat ini rata-rata konsumsi penduduk buah dan sayuran sangat rendah, yaitu hanya 91 gr per hari. Padahal, sayuran dan buah mengandung serat yang tinggi, sehingga lambat dicerna dan membuat rasa kenyang yang lebih lama. Selain itu, buah-buahan dan sayuran mengandung vitamin dan mineral, karena berfungsi membantu metabolisme zat gizi lainnya.

Sebagai sumber protein, konsumsilah produk susu rendah lemak. Susu, keju, yogurt, dan produk susu lainnya adalah sumber kalsium dan protein yang baik, yang juga mengandung vitamin dan mineral lainnya. Pertimbangkan untuk mengonsumsi versi rendah lemak, untuk membantu membatasi kalori dan lemak jenuh. Dan waspadalah terhadap produk susu yang telah ditambahkan gula.

Selain susu, legum ( termasuk kacang-kacangan, kacang polong, dan lentil) adalah sumber protein yang baik dan dapat menjadi pengganti yang sehat untuk daging (yang memiliki lebih banyak lemak jenuh dan kolesterol). Pangan ini biasanya rendah lemak dan tinggi folat, kalium, zat besi dan magnesium. Legum juga mengandung lemak dan serat yang bermanfaat.

Untuk membantu memenuhi kebutuhan protein dan serat yang cukup saat sahur, lengkapi menu sahurmu dengan SOYJOY, snack bar #soylution yang terbuat dari kedelai utuh yang mengandung protein nabati dan serat yang membantu kenyang lebih lama.

Kurangi asupan gula dan asupan gorengan atau makanan asin saat sahur karena bisa memicu rasa haus selama berpuasa. Pastikan selama puasa kita mengonsumsi menu bergizi seimbang agar tubuh bisa kuat menahan lapar dan haus. Selain karbo, sahur juga harus diimbangi dengan asupan protein, serat dan cairan yang cukup.

 

Referensi

https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/carbohydrates/art-20045705

https://www.healthline.com/nutrition/good-carbs-bad-carbs

Tips saat Sahur agar Kenyang Lebih Lama

Tips saat Sahur agar Kenyang Lebih Lama

Saat puasa kita menahan lapar sekitar 12 jam. Terkadang rasa lapar di siang hari dapat menghambat jalannya ibadah maupun pekerjaan. Mungkin salah satu sebabnya ialah mengabaikan asupan makan saat sahur. Padahal, sahur merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan energi pada tubuh. Ingin puasamu berjalan dengan lancar?  Simak video berikut ini:

 

Saat sahur pastikan makanan mengandung komponen berikut ini:

1. Protein

Protein termasuk kategori zat gizi yang dicerna perlahan oleh tubuh dibandingkan zat makanan lain, misalnya tepung dan gula. Karena dicerna perlahan oleh tubuh, konsumsi protein akan menyebabkan rasa untuk kenyang lebih lama. Oleh karena itu, protein wajib dikonsumsi saat sahur. Selain itu, usaha untuk memadukan protein hewani dan nabati saat sahur untuk mendapatkan manfaat yang optimal. Protein hewani dapat diperoleh dari ayam, ikan, telur, dan juga daging. Sedangkan protein nabati dapat diperoleh dari makanan berbahan dasar kedelai.

2. Serat

Sebaiknya menu sahur yang paling ideal itu adalah yang mengandung banyak serat. Serat hampir sama seperti karbohidrat karena mampu memberikan energi pada tubuh, namun kalori pada serat lebih rendah. Serat merupakan jenis mineral yang dicerna perlahan dan sangat penting untuk membantu system pencernaan tubuh. Perbanyak konsumsi serat saat sahur selain lebih sehat, juga akan bikin kenyang lebih lama. Pastikan ada serat di menu sahurmu, seperti sayur, buah dan kacang-kacangan seperti kedelai.

Untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh saat berpuasa, pastikan ada protein dan serat di menu sahurmu dan lengkapi dengan SOYJOY, snack bar yang terbuat dari kedelai, tinggi protein dan serat sehingga menjadi #Soylution saat sahur agar kenyang lebih lama. Nah mulai sekarang, lengkapi sahurmu dengan SOYJOY supaya bantu kamu kenyang lebih lama!

Mengendalikan Pradiabetes Agar Tak Menjadi Diabetes

Mengendalikan Pradiabetes Agar Tak Menjadi Diabetes

Jangan biarkan istilah pradiabetes membuat Anda lengah karena pradiabetes adalah kondisi kesehatan yang serius yang bisa menempatkan kita pada peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan stroke.

Masih banyak orang yang sulit membedakan antara diabetes melitus (DM) tipe 1 dan tipe 2. Keduanya tidak sama. Sekitar 90% -95% dari penyandang diabeter merupakan DM tipe 2, hanya 5% yang DM tipe 1. Jika tak dikelola, pradiabetes dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2, tetapi bukan tipe 1. Pradiabetes bisa dibilang merupakan “pra-diagnosis” diabetes — kita bisa menganggapnya sebagai tanda peringatan. Kondisi ini muncul ketika kadar glukosa darah (kadar gula darah) lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dianggap diabetes.

Pradiabetes adalah indikasi awal sebelum terkena diabetes tipe 2, terutama jika Anda tidak melakukan perubahan gaya hidup secepatnya. Kabar baiknya adalah, sangat mungkin untuk mencegah pradiabetes agar tidak berkembang menjadi diabetes tipe 2.

Sejumlah cara bisa dilakukan untuk mencapai tujuan ini, antara lain mengonsumsi makanan yang lebih sehat seperti makanan yang tinggi serat, protein dan mengurangi makanan berlemak tinggi,  mengatasi kelebihan berat badan dan mempertahankan berat badan yang sehat, melakukan beberapa aktivitas fisik yang bertujuan untuk membantu mengembalikan kadar glukosa darah ke kisaran normal.

Rekomendasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Pradiabetes

Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) menyebut, bahwa perubahan gaya hidup yang serius efektif dalam mencegah diabetes tipe 2 (bahkan setelah seseorang didiagnosis pradiabetes), yaitu:

1. Bijak pilih makanan

Mulailah membuat rencana makan yang sesuai dengan kadar glukosa darah. Tujuan dari rencana makan adalah memastikan gula darah terkendali dengan menjaganya dalam kisaran normal dan sehat. Pilih makanan rendah lemak dan kalori dan tinggi serat. Fokus pada buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Upayakan variasi makanan untuk membantu mencapai tujuan tanpa mengurangi rasa atau nutrisi.

2. Aktivitas fisik/olahraga

Ketika berolahraga, tubuh menggunakan lebih banyak glukosa, itulah alasan mengapa olahraga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dengan berolahraga maka tubuh tidak membutuhkan insulin dalam jumlah banyak untuk mengangkut glukosa, sehingga dapat menghindari resistensi insulin yang merupakan awal terjadinya diabetes/prediabetes. Olahraga juga memiliki manfaat dalam membantu turun berat badan, menjaga kesehatan jantung, membuat tidur lebih baik, dan bahkan meningkatkan suasana hati. Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) merekomendasikan setidaknya 150 menit aktivitas sedang selama seminggu, atau 30 menit hingga 60 menit minimal 5 hari dalam seminggu. Hal yang bisa dilakukan misalnya berjalan, naik sepeda, atau berenang.

3. Menurunkan berat badan

Mereka yang kelebihan berat badan sebaiknya berusaha menurunkannya. Mengurangi 5 hingga 10% dari berat badan (hanya 4,5 hingga 9 kilogram jika memiliki berat 90 kg) – secara signifikan mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2.  Untuk menjaga berat badan dalam kisaran yang sehat, fokuslah pada perubahan permanen pada kebiasaan makan dan olahraga. Motivasi diri sendiri dengan mengingat manfaat penurunan berat badan, seperti jantung yang lebih sehat, lebih banyak energi, dan peningkatan rasa percaya diri. Kombinasi antara makan dengan baik dan berolahraga adalah cara yang bagus untuk menurunkan berat badan — dan selanjutnya mempertahankan berat badan itu di kisaran sehat.

4. Berhenti merokok

Merokok telah terbukti menjadi faktor risiko bagi diabetes dan meningkatkan risiko komplikasi pada pasien diabetes. Merokok dapat menyulitkan kontrol gula darah penyandang pradiabetes/diabetes. Gula darah yang tidak terkontrol dalam waktu lama dapat menyebabkan penderita diabetes terkena komplikasi.

Anak-anak yang didiagnosis pradiabetes harus melakukan perubahan gaya hidup yang direkomendasikan untuk orang dewasa dengan diabetes tipe 2, termasuk menurunkan berat badan (jika kegemukan), kurangi konsumsi makanan manis yang bergula tinggi dan lemak, misalnya gorengan, dan lebih banyak serat, dan rutin melakukan aktivitas fisik.

Gaya hidup yang lebih sehat dapat membantu mengembalikan kadar gula darah ke level normal, atau setidaknya menjaga agar kadar gula tidak berkembang menjadi diabetes tipe 2.

Referensi:

http://www.diabetes.org/diabetes-basics/diagnosis/

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/prediabetes/diagnosis-treatment/drc-20355284

https://www.cdc.gov/features/diabetesprevention/index.html

https://www.endocrineweb.com/conditions/pre-diabetes/pre-diabetes