by gl75FKPUUayArC | Apr 11, 2019 | Healthy Living
Diagnosis pradiabetes tak perlu membuat kamu berkecil hati. Masih ada waktu untuk mencegahnya berkembang menjadi diabetes dengan cara mengubah pola makan menjadi lebih sehat.
Pradiabetes adalah kondisi saat kadar gula darah puasa seseorang berada di kisaran 100-125 mg/dL dan gula darah 2 jam setelah makan 140-199 mg/dL atau kadar HbA1c 5,7-6,4%. Menurut pakar kesehatan, sejak awal terdiagnosis, kondisi pradiabetes bisa berkembang menjadi diabetes dalam kisaran waktu 10 tahun atau bahkan bisa lebih cepat. Tak perlu berkecil hati bila kamu atau anggota keluarga didiagnosis mengalami pradiabetes. Pasalnya, tindakan preventif yang tepat bisa mengurangi risiko diabetes hingga 40-75%, seperti yang terungkap dari hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal The Lancet.
Salah satu langkah pencegahan yang paling efektif, menurut pakar kesehatan, adalah dengan menerapkan pola makan sehat dan lebih aktif bergerak dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja jenis makanan yang dianjurkan dan yang harus dihindari? Sebagai pedoman, berikut jenis-jenis makanan yang aman dikonsumsi dan perlu dihindari oleh penyandang pradiabetes.
(√) Pilih makanan bernilai IG rendah

Nilai IG (Indeks Glikemik) menandakan seberapa cepat kenaikan kadar gula darah setelah mengonsumsi makanan tertentu. Karenanya, untuk memelihara keseimbangan kadar gula darah, penyandang pradiabetes perlu sebisa mungkin memilih jenis-jenis makanan dengan nilai IG rendah. Makanan bernilai IG rendah akan dicerna tubuh secara perlahan sehingga melepaskan gula secara bertahap ke dalam darah. Jenis makanan bernilai IG rendah contohnya adalah nasi merah, nasi hitam, serta aneka produk whole grain, mulai dari roti, pasta, dan sereal whole grain.
(X) Hindari minuman manis

Kamu suka minum soda, kopi dan teh manis, jus yang diberi gula, serta sirup? Mulai sekarang, hapus segala jenis minuman manis tersebut dan gantikan dengan air putih. Minumlah kopi, teh, dan jus tanpa tambahan gula. Jika ingin menambah cita rasa pada minuman, cobalah aneka resep infused water yang mudah ditemukan di internet. Gemar mengonsumsi minuman manis adalah salah satu pemicu utama kondisi obesitas yang bisa meningkatkan risiko diabetes.
(√) Perbanyak konsumsi serat

Konsumsi serat yang terdapat dalam sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan, akan membantu melancarkan proses pencernaan dan menghadirkan rasa kenyang lebih lama. Ini penting untuk mendukung program pencapaian berat badan ideal, terutama bagi mereka yang mengalami obesitas. Penelitian menyatakan bahwa penyandang pradiabetes yang sukses menurunkan berat badan antara 5-7% dari bobot tubuhnya, akan bisa memangkas risiko diabetes hingga 58%.
(X) Singkirkan lemak tak sehat

Tubuh kita memerlukan asupan lemak untuk membantu proses pembuatan hormon dan membran sel, mengangkut vitamin A, D, E, dan K ke seluruh tubuh, dan berbagai fungsi lainnya. Tapi hati-hati, salah memilih asupan lemak malah bisa memperbesar lingkar pinggang dan meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Karenanya, pilih jenis lemak sehat untuk konsumsi sehari-hari, seperti yang terdapat dalam minyak zaitun, buah alpukat, ikan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
(√) Pilih camilan sehat

Menerapkan pola makan sehat bukan berarti kamu harus menghindari camilan. Hanya saja, sebisa mungkin, pilih jenis camilan kaya gizi dan tidak mengandung zat-zat yang bisa merugikan kesehatan. Kamu mungkin sudah menyadari bahwa camilan sehat itu penting, namun pilihannya jadi terbatas. Nah, untuk memenuhi gaya hidup sehat dan selera kamu, SOYJOY hadir dengan rasa yang lebih enak. Terbuat dari kedelai utuh dan buah-buahan asli, SOYJOY memiliki nilai IG rendah, dan kaya kandungan protein dan serat sehingga bisa menghadirkan rasa kenyang lebih lama.
Yuk, atasi kondisi pradiabetes dari sekarang.
Sumber:
by gl75FKPUUayArC | Apr 8, 2019 | Healthy Living
Kondisi pradiabetes seringkali muncul tanpa disadari. Hati-hati, karena pradiabetes bisa berkembang menjadi diabetes tipe 2 bila tak segera diatasi.
Sesuai namanya, yang disebut kondisi pradiabetes adalah “pintu gerbang” atau kondisi awal menjelang diabetes—tepatnya diabetes tipe 2. Seseorang dikatakan mengalami pradiabetes apabila pengukuran kadar gula darah puasanya sudah melampaui batas normal, yaitu antara 100 hingga 125 mg/dL. Kondisi pradiabetes dikatakan sudah berkembang menjadi diabetes apabila kadar gula darah puasa sudah berada di atas 126 mg/dL.
Warna Kulit Menggelap

Yang seringkali menjadi masalah, kondisi pradiabetes biasanya muncul tanpa disadari dan penderitanya baru tersentak kaget ketika sudah mendapat diagnosis diabetes tipe 2. Pakar kesehatan menyatakan bahwa kondisi pradiabetes seringkali muncul tanpa gejala dan hanya bisa dipastikan melalui tes kadar gula darah.
Untungnya, meski lebih sering muncul tiba-tiba, ada satu penanda fisik yang terkadang ditemukan pada orang yang mengalami kondisi pradiabetes. Tanda itu adalah perubahan warna kulit pada daerah leher, ketiak, siku, lutut, dan buku-buku jari. Gangguan pigmentasi kulit ini dipicu oleh meningkatnya kadar insulin di dalam darah yang mengakibatkan sel-sel kulit bereproduksi secara lebih cepat, dengan kadar melamin lebih banyak sehingga menghasilkan warna kulit yang lebih gelap.
Bila kondisi pradiabetes sudah berkembang menjadi diabetes tipe 2, maka akan muncul gejala lanjutan yang lebih mudah diamati. Gejala tersebut antara lain adalah lebih sering buang air kecil, mulut terasa kering dan haus berlebihan, tubuh terasa lelah berkepanjangan, pandangan mata buram, dan berat badan terus merosot tanpa penyebab yang jelas.
Ini Faktor Risikonya!
Berhubung gejalanya sulit diamati, pradiabetes lebih mudah diantisipasi dengan cara mendeteksi sejumlah faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kondisi tersebut. Beberapa faktor risiko tersebut adalah:
1. Berat badan berlebih

Semakin banyak jaringan lemak di dalam tubuh—terutama yang berlokasi di perut, maka sel-sel tubuh akan semakin berisiko mengalami resistensi insulin.
2. Pola makan tidak sehat

Kebiasaan mengonsumsi makanan yang diproses (makanan kaleng, fast food), makanan tinggi karbohidrat dan lemak, minuman manis serta jarang mengonsumsi sayur dan buah-buahan akan meningkatkan risiko pradiabetes.
3. Aktivitas fisik

Gaya hidup sedentary (jarang bergerak) adalah biang keladi munculnya kondisi obesitas yang kemudian meningkatkan risiko pradiabetes.
4. Riwayat keluarga

Kemungkinan terjadinya pradiabetes dan diabetes akan meningkat apabila orangtua atau nenek kakek ada yang menderita diabetes.
Umur

Faktor risiko pradiabetes dan diabetes meningkat pada mereka yang berusia di atas 45 tahun. Tapi, kamu yang masih berusia kepala dua mesti tetap waspada, karena belakangan ini terjadi peningkatan penyandang diabetes yang berusia di bawah 40 tahun.
Setelah mengetahui gejala dan faktor risikonya, kamu bisa melakukan sesuatu untuk mencegah ataupun mengatasi kondisi pradiabetes. Yaitu adalah dengan cara memperbaiki pola makan, meningkatkan aktivitas fisik dengan berolahraga secara teratur, serta mengelola stres dengan baik. Semakin dini langkah pencegahan dilakukan, semakin tinggi pula harapan kamu untuk menghindari kondisi pradiabetes dan diabetes!
Sumber:
by gl75FKPUUayArC | Apr 5, 2019 | Healthy Living
Diabetes menjadi salah satu penyakit yang ditakuti dan memiliki julukan “Ibu dari segala macam penyakit” karena jika tak ditangani dengan baik bisa memicu komplikasi organ yang mengarah pada kecacatan, bahkan kematian.
Menurut Asosiasi Diabetes Amerika, diabetes merupakan penyakit di mana tubuh tidak memproduksi atau menggunakan insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang dibutuhkan untuk mengubah gula, pati dan makanan lain menjadi energi yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Telah diketahui bahwa diabetes merupakan faktor risiko utama penyakit jantung dan ginjal.
.jpeg)
Dokter merekomendasikan beberapa cara untuk menangani gejala diabetes dan bahkan membantu mengurangi kemungkinan terkena diabetes, misalnya melakukan olahraga yang benar (anjuran Organisasi Kesehatan Dunia/WHO minimal 30 menit per hari dalam seminggu atau kumulatif 150 menit), dan penurunan berat badan. Cara yang juga harus dilakukan adalah dengan mengatur pola makan.
Nah, terkait dengan pola makan, memilih menu makanan menjadi penting. Kedelai menurut sejumlah penelitian, memiliki manfaat dalam mengendalikan gula darah pasian diabetes. Makanan kedelai mengandung protein nabati, sumber protein lengkap dengan semua asam amino esensial dari protein hewani, tetapi dengan sedikit lemak, lemak jenuh, dan tanpa kolesterol.
Ulasan berdasarkan bukti menunjukkan bahwa protein kedelai sama dengan protein tanpa lemak lainnya dalam membantu penurunan berat badan dan mempertahankan massa tubuh tanpa lemak. Selain itu, kedelai bebas kolesterol, juga merupakan pilihan untuk menjaga kesehatan jantung.
Piramida Makanan Diabetes merekomendasikan 2 hingga 3 porsi susu rendah lemak sehari. Bagi mereka yang menghindari susu, susu kedelai adalah pilihan yang sangat baik untuk penderita diabetes yang membutuhkan sumber kalsium dan nutrisi penting lainnya yang rendah kalori.
.jpeg)
Piramida Makanan Diabetes juga merekomendasikan 4 hingga 6 ons daging atau pengganti daging dalam menu harian. Pertimbangkan tahu dan makanan dari kedelai lain yang rendah kalori dalam kelompok ini. Pasien diabetes dapat menggunakan resep dmenggunakan berbagai makanan kedelai, termasuk tahu, burger kedelai, susu kedelai, edamame, dan mentega kacang kedelai, untuk membantu mempertahankan diet bergizi dan mengurangi komplikasi diabetes.
Yang perlu diingat, penyandang diabetes tipe 2 kerap menderita penyakit ginjal dan jantung. Pasien diabetes sering mengalami albuminuria, yang terjadi ketika tubuh melepaskan lebih dari jumlah normal protein – yang disebut albumin – dalam urin. Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Nutrition menyebut protein kedelai terisolasi mengurangi albumin dalam urin lebih dari kasein (protein susu). Protein kedelai yang terisolasi juga membantu meningkatkan HDL (kolesterol baik).
Nah, dengan kemampuan protein kedelai untuk menurunkan kolesterol dan albumin yang berdampak negatif bagi tubuh, makanan berbasis kedelai menjadi pilihan tepat untuk membantu mencegah penyakit ginjal dan jantung pada pasien diabetes.
Studi yang dipublikasikan di Diabetes Care, mengamati dampak konsumsi protein kedelai pada risiko penyakit kardiovaskular dan ginjal pada penderita diabetes dengan nefropati, yaitu kerusakan pada saraf yang berlangsung di seluruh tubuh, menghubungkan sumsum tulang belakang ke otot, kulit, pembuluh darah, dan organ lainnya.
Selama lebih dari 4 tahun, pasien dengan diabetes tipe 2 dan nefropati yang mengonsumsi makanan yang mengandung 8 gram protein kedelai sebagai tambahan protein hewani dan nabati, mengalami penurunan kadar kolesterol dan glukosa serta urea protein dan gejala lain dari penyakit ginjal, dibandingkan untuk kelompok kontrol yang hanya mengonsumsi protein hewani dan nabati tanpa tambahan kedelai.
Dalam studi prospektif besar berdasarkan populasi 43.176 pria dan wanita Tionghoa Singapura, peneliti mengamati hubungan terbalik antara frekuensi yang lebih besar dari konsumsi makanan kedelai tanpa gula yang tidak digoreng dan risiko diabetes tipe 2. Konsisten dengan analisis yang berfokus pada makanan kedelai utuh, peneliti juga melihat hubungan terbalik yang signifikan antara asupan isoflavon kedelai dan diabetes. Hasil studi ini sesuai dengan beberapa studi kohort sebelumnya.
Studi lain mengungkap kemampuan kedelai dalam mencegah dua komplikasi terbesar yang dihadapi orang dengan diabetes tipe 2, yaitu penyakit ginjal dan penyakit jantung.
Penelitian yang dilakukan peneliti dari University of Illinois di Urbana-Champaign, menemukan bahwa selain membantu fungsi ginjal, suplemen protein kedelai meningkatkan kolesterol HDL (kolesterol baik) hingga 4%. Perlu diketahui, kadar kolesterol HDL yang rendah adalah faktor risiko penyakit jantung.
Para peneliti mengatakan tidak jelas bagaimana kedelai memberikan efeknya dalam kasus ini. Oleh karena ini dibutuhkan riset lebih lanjut untuk mengonfirmasi hasilnya. Temuan yang telah diterbitkan dalam Journal of Nutrition Agustus 2004 tersebut mengonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tikus.
Bicara tentang konsumsi kedelai, kacang-kacangan ini tak hanya disarankan sebagai pilihan camilan sehat bagi penyandang diabetes, namun buat kamu yang ingin menjaga kesehatan dengan menjalani pola makan sehat. Untuk cara yang praktis konsumsi kedelai sebagai sumber protein nabati yang murah namun kaya manfaat bagi kesehatan, cobalah SOYJOY, yang terbuat dari kedelai utuh dan mengandung segala kebaikan gizi.
SOYJOY hadir sebagai #Soylution, solusi dari kebaikan kedelai untuk hidup lebih sehat. Konsumsilah SOYJOY saat perjalanan ke kantor atau sedang asik bekerja. Kandungan protein dan serat menjagamu kenyang lebih lama hingga tidak kalap saat jam makan utama tiba. SOYJOY, solusi gaya hidup sehat.
Referensi:
http://www.soyfoods.org/nutrition-health/soy-for-healthy-living/soy-and-diabetes
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3480546/
https://www.webmd.com/diabetes/news/20040803/soy-benefits-type-2-diabetes
by gl75FKPUUayArC | Mar 26, 2019 | Healthy Living
Kedelai adalah salah satu bahan pangan nabati yang kaya kandungan protein sehingga besar manfaatnya bagi kesehatan.
Kedelai merupakan pangan nabati yang memiliki protein lengkap, yang berarti mengandung sembilan asam amino esensial (yang tak bisa diproduksi tubuh sehingga diperlukan asupan dari makanan).
Kedelai merupakan sumber protein yang penting bagi banyak orang, terutama penganut pola makan yang tidak mengandung produk hewani atau pola makan vegetarian. Menurut data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), 90 gram kedelai hijau yang dimasak mengandung 127 kilokalori (kkal), 11,12 g protein, 5,76 g lemak, 9,95 g karbohidrat, dan 3,8 g serat.
Kandungan Gizi Dalam Kedelai

Kacang kedelai merupakan jenis kacang-kacangan rendah lemak jenuh dan tinggi protein, vitamin C, dan folat. Bahan pangan ini juga sumber serat, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, potasium, dan tiamin yang baik.
Kandungan nutrisi dari produk kedelai bisa berbeda, bergantung bagaimana pangan itu diproses dan bahan-bahan apa saja yang ditambahkan. Bagi vegetarian, vegan, dan mereka yang menghindari atau alergi terhadap susu dan produk olahan dari susu, protein kedelai sering menjadi sumber protein utama.
Produk protein kedelai menawarkan manfaat bagi wanita dalam berbagai tahap kehidupan. Manfaatnya termasuk perbaikan pola makan dan status kardiovaskular, pencegahan jenis kanker tertentu, peningkatan kesehatan setelah menopause, hingga pencegahan dan pengendalian obesitas.
Bidang penelitian protein kedelai telah meningkat popularitasnya dalam beberapa tahun terakhir. Upaya penelitian di masa depan kemungkinan akan mencakup lebih banyak kemajuan ilmiah terkait penggunaan kedelai dalam makanan.
Berat Badan Seimbang dan Jantung Sehat

Studi menunjukkan bahwa diet tinggi protein dapat membantu penurunan berat badan, bahkan tanpa membatasi kalori atau nutrisi. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa protein kedelai dapat meningkatkan penurunan berat badan seefektif protein hewani.
Satu penelitian pada orang yang mengidap diabetes dan obesitas menunjukkan bahwa penggantian makanan berbasis protein kedelai mungkin lebih unggul daripada diet penurunan berat badan standar. Mereka yang mengonsumsi makanan pengganti protein kedelai dapat menurunkan berat badan rata-rata 2 kg lebih banyak daripada yang mengikuti diet standar.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa menambahkan protein kedelai ke dalam makanan dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan. Makanan berbahan dasar kedelai tampaknya memiliki efek positif pada kesehatan jantung. Dalam ulasan 35 studi, konsumsi kedelai menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL).
Ulasan lain menunjukkan bahwa mengganti protein hewani dengan 25 gram atau lebih protein kedelai dapat menurunkan kolesterol total, kolesterol jahat LDL dan kadar trigliserida.
Banyak penelitian pengamatan (observasi) telah melihat efek perlindungan dari diet tinggi kedelai. Beberapa studi observasi menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan kedelai dapat mengurangi risiko kanker prostat pada pria lanjut usia.
Nah, jangan ragu menambahkan kedelai sebagai sumber protein nabati yang murah namun kaya manfaat bagi kesehatan, misalnya SOYJOY, yang terbuat dari kedelai utuh dan mengandung segala kebaikan kedelai. SOYJOY hadir sebagai #Soylution, solusi dari kebaikan kedelai untuk hidup lebih sehat. SOYJOY bisa dikonsumsi kapan saja, baik saat perjalanan ke kantor atau selagi kamu sedang asik bekerja. Kandungan protein dan serat menjagamu kenyang lebih lama hingga tidak kalap saat jam makan utama tiba. SOYJOY, solusi gaya hidup sehat.

Referensi:
https://www.medicalnewstoday.com/articles/320472.php
https://www.healthline.com/nutrition/soy-protein-good-or-bad#benefits
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1595159/
by gl75FKPUUayArC | Mar 26, 2019 | Healthy Living
Meski memiliki banyak manfaat kesehatan dan merupakan sumber protein yang mudah didapat, kedelai tak lepas dari mitos yang beredar luas di masyarakat. Apa saja di antaranya?
Kedelai merupakan bahan pangan yang bukan saja mengandung protein nabati lengkap, namun juga mengandung serat, vitamin, mineral hingga isoflavon yang memberikan banyak manfaat kesehatan. Bagi mereka yang menganut diet vegan (tidak mengonsumsi produk hewani), kedelai bahkan menjadi sumber protein nabati utama yang dapat diandalkan.
Meski memiliki banyak manfaat kesehatan dan merupakan sumber protein nabati yang murah dan mudah didapat, kedelai tak lepas dari mitos yang beredar luas di masyarakat. Mitos itu misalnya makan kedelai bisa membuat pria feminin karena kedelai mengandung fitoestrogen, yang mirip dengan hormon estrogen.
Nah, apa lagi mitos tentang kedelai? Kami merangkum dalam paparan berikut ini terkait mitos vs. fakta tentang kedelai:
1. Mitos: Kedelai memicu kanker payudara

Fakta: Penelitian tentang kedelai menunjukkan hal yang berbeda antara penelitian pada manusia dan penelitian pada hewan. Dalam beberapa penelitian pada hewan, tikus yang terpapar dosis tinggi senyawa yang ditemukan dalam kedelai yang disebut isoflavon menunjukkan peningkatan risiko kanker payudara. Hal ini diduga karena isoflavon dalam kedelai dapat bertindak seperti estrogen dalam tubuh, dan peningkatan estrogen telah dikaitkan dengan jenis kanker payudara tertentu. Tapi tikus memproses kedelai secara berbeda dari manusia, dan hasil yang sama tidak terlihat pada manusia.
Kenyataannya, penelitian pada manusia, efek estrogen dari kedelai malah dapat mengurangi risiko kanker payudara. Meta analisis dari 8 penelitian (1 cohort, 7 case–control) pada masyarakat ras Asia dan Asia Amerika, melihat hubungan konsumsi kedelai dengan risiko terkena kanker payudara. Penelitian ini menunjukkan, semakin tinggi konsumsi kedelai (20 mg isoflavon per hari), maka semakin turun risiko terkena kanker payudara.
2. Mitos: Pria bisa feminin jika mengonsumsi kedelai

Fakta: Kekhawatiran tentang aktivitas fitoestrogen pada kedelai membuat sejumlah orang khawatir bahwa produk kedelai dapat menurunkan testosteron pria, tetapi studi klinis tidak mendukung ketakutan ini. Sebaliknya, pria bahkan mendapat manfaat dari mengonsumsi kedelai karena dapat mengurangi risiko kanker prostat.
3. Mitos: Kedelai bukan sumber protein yang baik

Fakta: Kenyataannya, kedelai memiliki protein yang cukup lengkap, artinya mengandung asam amino esensial yang harus kita dapatkan dari makanan karena tidak dapat dibuat oleh tubuh. Secangkir kedelai yang dimasak mengandung sekitar 22 gram protein, hampir setara dengan satu porsi steak.
4. Mitos: Kedelai bisa mengganggu kesuburan

Fakta: Kandungan fitoestrogen pada kedelai sempat menimbulkan kekhawatiran terkait gangguan kesuburan. Sebuah penelitian tahun 2008 menemukan bahwa senyawa fitoestrogen pada kedelai dapat mengurangi kesuburan pada tikus betina. Namun, hubungan ini tidak signifikan dan terjadi pada hewan. Sebagian besar penelitian lain menunjukkan bahwa makan kedelai dalam jumlah sedang bahkan dapat membantu meningkatkan peluang kehamilan pada perempuan.
Salah satu studi jangka panjang yang paling signifikan, yaitu Nurses’ Health Study II (NHS II), menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi protein hewani dalam jumlah lebih besar cenderung memiliki masalah kesuburan. Para peneliti menyimpulkan: menambahkan satu porsi kacang polong, kacang tanah, tahu dan kacang kedelai dapat melindungi dari infertilitas.
5. Mitos: Mengonsumsi protein kedelai tidak berpengaruh pada penurunan kadar kolesterol

Fakta: Dua belas negara di seluruh dunia telah mengadopsi klaim kesehatan yang menyatakan bahwa mereka percaya bahwa protein kedelai memiliki efek menurunkan kolesterol. Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat, bersama dengan 11 negara lain di seluruh dunia, menyetujui klaim kesehatan untuk protein kedelai dan kemampuannya dalam menurunkan penyakit jantung koroner berdasarkan efek penurun kolesterol yang dimiliki protein kacang-kacangan.
6. Mitos: Makanan berbasis kedelai dapat menyebabkan hipotiroidisme

Fakta: Studi klinis menunjukkan bahwa produk kedelai tidak menyebabkan hipotiroidisme. Kedelai tidak mempengaruhi fungsi tiroid pada orang sehat dan tidak perlu dihindari oleh mereka yang minum obat untuk hipotiroidisme. Lebih dari 20 studi klinis menunjukkan bahwa isoflavon tidak mempengaruhi fungsi tiroid pada orang sehat.
Poinnya adalah, jangan takut untuk mengonsumsi kedelai. Menikmati makanan berbahan dasar kedelai dalam jumlah cukup memberikan lebih banyak manfaat daripada risikonya terhadap kesehatan dan gizi secara keseluruhan.
Nah, jangan takut untuk mengonsumsi kedelai. Jika harimu sibuk, cobalah konsumsi SOYJOY, camilan ringan yang mengandung kedelai utuh. SOYJOY hadir sebagai #Soylution; sebuah solusi dari kebaikan kedelai untuk hidup lebih sehat. Dengan kandungan nutrisi yang baik, SOYJOY dapat menjadi #Soylution untuk kamu dalam menjalani gaya hidup sehat.
Referensi:
https://www.huffpost.com/entry/soy-myths_n_5571272
https://www.health24.com/Diet-and-nutrition/Healthy-foods/3-myths-about-soy-that-you-should-stop-believing-right-now-20180226
http://www.soyfoods.org/myth