Diet Karbo Bikin Gula Darah Drop? Tidak, Bila Tahu Rahasianya

Diet Karbo Bikin Gula Darah Drop? Tidak, Bila Tahu Rahasianya

Diet rendah karbohidrat banyak gunanya untuk menurunkan berat badan. Tapi jangan lupa, jaga pula keseimbangan kadar gula darah agar tidak membahayakan kesehatan.

 

Dalam rangka mendapatkan berat badan ideal, kini banyak orang melakukan diet rendah karbohidrat. Jenis diet ini membatasi asupan karbohidrat dari nasi, roti, pasta, dan jenis-jenis makanan bertepung lainnya, juga aneka minuman manis. Sebagai pengganti karbohidrat, sumber energi untuk kegiatan sehari-hari diambil dari konsumsi protein dan cadangan lemak yang ada di dalam tubuh. Itu sebabnya, diet rendah karbo dipercaya efektif menurunkan berat badan.

 

Yang Terjadi Selama Beberapa Hari Pertama

Meski efektif, diet rendah karbohidrat perlu dilakukan secara hati-hati. Bila sehari-harinya kamu terbiasa menyantap makanan yang banyak mengandung karbohidrat, maka pengurangan asupan karbohidrat secara drastis bisa mengakibatkan penurunan kadar gula darah secara dramatis selama beberapa hari pertama. Pasalnya, meski asupan karbohidrat berkurang, tubuh tetap memproduksi insulin dalam jumlah seperti biasa. Minimnya asupan karbohidrat ditambah kelebihan produksi insulin inilah yang mengakibatkan kadar gula darah merosot.

 

Untuk menyeimbangkannya, tubuh akan menghasilkan hormon adrenalin yang mampu merangsang organ hati untuk memecah cadangan energi. Proses ini mengakibatkan sistem saraf melepaskan senyawa neurotransmiter asetilkolin yang berperan meningkatkan kewaspadaan sel-sel tubuh.

 

Sebagai akibatnya, kamu akan mengalami gejala hipoglikemia (kadar gula darah rendah), seperti pusing, lemas, dan hasrat ngemil yang tinggi. Beberapa orang bahkan mengalami gejala kecemasan, tubuh gemetar, dan serangan panic attack. Semakin drastis penurunan asupan karbohidrat dibandingkan biasanya, maka akan semakin kuat pula efek samping yang mungkin dialami.

 

Lakukan Secara Bertahap

Untuk menghindari kadar gula darah merosot terlalu drastis, diet rendah karbohidrat mesti dilakukan secara bertahap. Selama minggu pertama, pangkas konsumsi karbohidrat hingga tiga perempat jumlah biasa. Minggu depannya, kurangi lagi hingga menjadi setengah porsi biasa. Lakukan pengurangan porsi secara bertahap, hingga mencapai jumlah porsi yang dikehendaki. Kamu juga bisa makan setiap 3 atau 4 jam sekali untuk membantu menyeimbangkan kadar gula darah.

 

Jika sewaktu-waktu kamu mengalami gejala hipoglikemia (kadar gula darah rendah) yang intensitasnya tinggi, misalnya tubuh terasa gemetar atau bahkan mengalami serangan panic attack,  segera atasi dengan minuman manis atau segelas jus atau bisa juga makan sebatang snack bar. Dalam waktu beberapa menit, kondisi tubuh akan terasa membaik dan kamu bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

 

Proses adaptasi tubuh terhadap asupan karbohidrat ini biasanya akan terjadi selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Selama itu, ada baiknya bila kamu selalu menyediakan cadangan snack bar seperti SOYJOY di dalam tas, untuk digunakan sewaktu-waktu saat diperlukan. SOYJOY, yang terbuat dari kedelai utuh dan buah-buahan asli, memiliki nilai IG (Indeks Glikemik) rendah sehingga bisa membantu menstabilkan kadar gula darah. Setelah proses adaptasi terlampaui, tubuh akan terbiasa mengambil energi dengan cara membakar cadangan lemak dan kamu pun bisa melanjutkan diet rendah karbo tanpa khawatir kadar gula darah drop.

 

Satu hal lagi yang mesti kamu ingat, jangan kurangi konsumsi karbohidrat secara berlebihan dalam waktu terlalu lama. Lebih baik kurangi porsi karbo secara bertahap dengan cara mengganti asupan karbohidrat “jahat” (misalnya, makanan manis) dengan jenis karbohidrat yang “baik” (misalnya, makanan wholegrain yang mengandung karbohidrat kompleks dan IG rendah) setiap hari.

 

Sumber:

Senang Makan Fast Food? Hati-Hati, Karena Tubuh Kita Bisa Mengalami Ini

Senang Makan Fast Food? Hati-Hati, Karena Tubuh Kita Bisa Mengalami Ini

Bukan hanya bisa memicu obesitas, konsumsi fast food juga terkait erat dengan tingginya risiko serangan jantung, stroke, dan depresi.

 

Makanan siap saji alias fastfood banyak disukai karena berbagai alasan. Selain praktis dan harganya terjangkau, aneka jenis fast food seperti fried chicken, burger, pizza, dan nugget, juga mudah didapat dan cita rasanya cocok dengan lidah kebanyakan orang. Sayangnya, hasil studi menunjukkan bahwa di balik popularitasnya, konsumsi fast food yang kerap kali disebut junk food, ternyata bisa mendatangkan banyak masalah pada kesehatan. Apa saja?

 

Dari sakit kepala, stroke, sampai depresi

Banyak penelitian mengungkap berbagai masalah kesehatan yang bisa muncul akibat mengonsumsi fast food. Beberapa di antaranya adalah:


Gigi berlubang

Fast food mengandung karbohidrat sederhana dan gula dalam jumlah Kombinasi kedua zat ini bisa menggerus lapisan enamel pada gigi sehingga meningkatkan risiko terjadinya karies (gigi berlubang).

Obesitas

Obesitas atau kegemukan adalah masalah kesehatan yang melanda berbagai negara di seluruh dunia. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika, konsumsi fast food dan minimnya aktivitas fisik adalah penyebab utamanya. Kondisi obesitas juga terkait erat dengan tingginya risiko penyakit diabetes tipe 2 serta masalah pada tulang dan gangguan pernapasan.


Sakit Kepala

Kandungan garam yang tinggi di dalam fast food bersifat menarik cairan sehingga mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tekanan darah meningkat. Akibatnya, pasokan oksigen dan zat-zat makanan menuju otak bisa terhambat, sehingga memicu munculnya sakit kepala.


Penyakit
Kardiovaskular

Jika dibiarkan berlarut-larut, peningkatan tekanan darah akibat mengonsumsi fast food juga bisa memicu terjadinya penyakit pembuluh darah (kardiovaskular), seperti serangan jantung dan stroke. Asupan lemak jenuh dan lemak trans di dalam fast food juga bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.

Depresi

Sebuah studi terhadap lebih dari 8 ribu responden yang dipublikasikan di jurnal Public Health Nutrition menyatakan bahwa kebiasaan makan fast food bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi hingga 51%. Hal ini disebabkan, kebiasaan makan fast food terkait erat dengan minimnya aktivitas fisik dan pola makan tidak sehat. Di tambah konsumsi sodium, lemak, dan gula berlebihan yang terkandung di dalam fast food, tubuh akan memproduksi hormon kortisol—hormon yang terkait dengan stres, dalam jumlah lebih banyak.

 

Sama Cepat, Tapi Lebih Sehat

Sebagai jalan tengah bagi kamu yang berkomitmen menjalani gaya hidup sehat namun tetap ingin menikmati kepraktisan, SOYJOY bisa menjadi alternatif ideal. SOYJOY terbuat dari kedelai utuh dan buah-buahan asli yang dikeringkan, sehingga lezat dan memiliki kandungan protein, vitamin, dan mineral yang diperlukan tubuh. Karbohidrat kompleks dan serat di dalam SOYJOY juga mampu mendatangkan rasa kenyang lebih lama sehingga ampuh menekan keinginan untuk makan berlebihan, termasuk makan fastfood.

 

Sumber:

Pertemanan Sehat Bantu Hindari Ancaman Diabetes

Pertemanan Sehat Bantu Hindari Ancaman Diabetes

Selain bisa membuat kehidupan lebih berwarna, punya banyak teman baik ternyata juga ampuh untuk membantu menghindari penyakit diabetes.

Ancaman diabetes kian membayangi kaum muda. Jika dulu hanya menyerang kaum dewasa matang, kini diabetes mulai banyak menyerang mereka yang masih menginjak usia 40-an tahun. Tapi tak perlu cemas, karena ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghindarinya, salah satunya adalah dengan menjalin hubungan pertemanan. Mumpung masih muda, yuk, perluas jejaring dan pelihara kondisi kesehatan dengan membentuk jalinan pertemanan sehat.

 

Teman Mempengaruhi Gaya Hidup

Punya teman baik memang banyak nilai plusnya. Selain membuat hari-hari terasa lebih menyenangkan, penelitian yang dilakukan di Maastricht University, Belanda, menyatakan bahwa hubungan pertemanan bisa bantu turunkan risiko penyakit diabetes.

Dalam penelitian, terungkap bahwa seseorang yang memiliki jaringan pertemanan berisi 10-12 orang teman dekat bisa menurunkan risiko penyakit diabetes tipe 2 lebih besar dibandingkan mereka yang hanya memiliki 7-8 teman dekat. Perbedaan penurunan risiko diabetesnya bahkan cukup signifikan, bisa mencapai 5-12%!

Menurut Stephanie Brinkhues, kepala peneliti, jaringan pertemanan bisa mendatangkan pengaruh besar pada gaya hidup seseorang. Mulai dari pola makan, cara mengelola stres, ritme tidur, sampai intensitas aktivitas fisik, bisa saling mempengaruhi antar anggota di dalam sebuah kelompok pertemanan.

Jika orang-orang yang ada di dalam kelompok pertemanan tersebut kompak menerapkan gaya hidup sehat, maka semakin banyak anggotanya, kian sering pula paparan tentang gaya hidup sehat yang diterima oleh setiap anggota. Pada akhirnya, akan tercipta dorongan kuat untuk ikut memperbaiki pola makan, menambah frekuensi olahraga, dan mencukupi kebutuhan tidur, seperti yang dilakukan oleh anggota kelompok pertemanan lainnya.

 

Dukungan Fisik & Psikis

Bukan hanya memengaruhi gaya hidup, jalinan pertemanan yang baik juga bisa memberikan dukungan dari segi fisik maupun psikis bagi setiap anggota. Ini penting, karena ketersediaan dukungan ini bisa memengaruhi kondisi emosi seseorang, yang juga terkait erat dengan kemampuannya mengatasi stres dengan baik.

Stres merupakan salah satu pemicu munculnya penyakit diabetes. Ketika dilanda stres, tubuh melepaskan hormon adrenalin dan kortisol yang kemudian mengakibatkan pelepasan glukosa ke dalam darah. Jika stres tak kunjung ditangani, maka pelepasan glukosa juga akan berlangsung secara terus menerus sehingga mengakibatkan tubuh mengalami resistensi insulin dan tak mampu lagi memproses glukosa. Inilah cikal bakal hadirnya penyakit diabetes.

Hal itu masih belum ditambah lagi dengan fakta bahwa stres bisa membuat seseorang mengabaikan kesehatan pribadi. Kondisi stres bisa membuat seseorang menunjukkan perilaku makan berlebihan, begadang bermalam-malam, merokok, dan kebiasaan lainnya yang bisa merusak kesehatan.

 

Saling Berbagi Nilai Positif

Manfaat pertemanan akan kian terasa apabila seluruh kelompok sepakat untuk saling mentransfer nilai-nilai positif kepada setiap anggota. Melakukan pertemuan rutin untuk olahraga bersama, belajar mengolah hidangan sehat, dan mengikuti workshop tentang gaya hidup sehat adalah beberapa agenda yang bisa dilakukan bersama-sama dengan kelompok pertemanan sehatmu.

Jika biasanya ajang ngumpul diisi dengan acara makan bersama di tempat yang menyediakan aneka menu tinggi kalori, coba deh sesekali adakan potluck party dan kompakan untuk membawa hidangan rumahan yang sehat seperti gado-gado, pepes ikan, rujak, dan sebagainya.

Untuk snack, daripada gorengan dan kue manis, lebih baik kamu pilih SOYJOY yang terbuat dari kedelai utuh dan buah-buahan asli. SOYJOY bisa menjadi #Soylution untuk cita-cita menerapkan gaya hidup sehat, karena kaya kandungan protein, vitamin, dan mineral. Nilai Indeks Glikemik (IG) SOYJOY rendah sehingga tidak mengakibatkan lonjakan kadar gula darah setelah dikonsumsi. SOYJOY juga banyak mengandung serat pangan yang bisa membantu menghadirkan rasa kenyang lebih lama, sehingga kamu tidak tergoda untuk makan berlebihan.

Sudah siap untuk saling berbagi nilai positif dalam jalinan pertemanan sehat?

 

Sumber:

5 Cara Memotivasi Pasien Diabetes

5 Cara Memotivasi Pasien Diabetes

Hidup dengan kondisi diabetes bisa menghadirkan perasaan jenuh dan putus asa pada diri diabetesi. Kalau sudah begini, caregiver perlu turun tangan untuk memberi suntikan semangat kepada pasien.

Untuk memelihara keseimbangan kadar gula darah, penyandang diabetes mesti menjalani rutinitas harian yang cukup ketat. Mulai dari menepati jadwal minum obat, cek darah, berdiet, sampai melakukan olahraga sesuai ketentuan. Menurut Wendy Satin Rapaport, LCSW, PsyD, psikolog klinis dari Diabetes Research Institute, University of Miami Miller School of Medicine, Amerika, untuk bisa melakukan itu semua, diperlukan energi fisik dan mental yang jumlahnya tidak sedikit.

Itu sebabnya, menurut Rapaport, tak mengherankan bila seorang diabetesi sewaktu-waktu mengalami kondisi yang namanya “burnout”, yaitu perpaduan antara kelelahan, stres, jenuh, dan sedih. Kalau sudah terjebak dalam kondisi ini, diabetesi bisa mengabaikan rutinitas harian, yang pada akhirnya bisa membahayakan kesehatannya. Dalam hal ini, peran caregiver amat penting untuk memulihkan semangat dan motivasi dibetesi. Apa yang bisa dilakukan?

1. Tenang, jangan ikut stres

Pasien yang sedang stres dan kelelahan terkadang bisa berubah menjadi amat moody dan pemarah. Kalau sudah begini, caregiver mesti bisa mengontrol emosi pribadi agar tidak ikut terbawa arus. Tetap tenang, hindari sikap reaktif. Ingatlah bahwa ini hanya sebuah fase yang mesti dilewati.

2. Dengarkan curhatnya

Dalam buku Approaches to Behavior: Changing the Dynamic Between Patients and Professionals in Diabetes Care and Education yang ditulisnya bersama Janis Roszler, MS, RD, LDN, CDE, FAND, Rapaport menjelaskan bahwa langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mendengarkan segala curhat dan uneg-uneg pasien. Setelah mengungkapkan hal-hal yang membebani pikirannya, biasanya pasien akan menjadi lebih tenang.


3. Tunjukkan empati

Kala mendengarkan, tempatkan diri kamu dalam posisi pasien. Katakan bahwa kamu bisa merasakan kesedihannya dan kemungkinan akan berpikir hal yang sama bila berada dalam posisinya. Sambil mendengarkan, tanyakan apa yang bisa kamu lakukan untuk membantunya merasa lebih baik. Hal-hal kecil seperti mengambilkan minuman hangat, memutar film komedi, atau menemani berjalan-jalan seringkali bisa membantu meredakan emosi pasien.

4. Berikan afirmasi

Katakan pada pasien bahwa kamu bisa mengerti apa yang membuatnya melakukan hal-hal tertentu—misalnya, ketika ia menolak minum obat atau ngotot ingin makan camilan manis. Tekankan bahwa ia tetap memegang kendali pada kehidupannya, dan berhak menjalani kegiatan sesuai keinginannya. Hanya saja, ingatkan pula bahwa setiap tindakan itu kelak memiliki konsekuensi pada kesehatannya.

5. Positif mencari solusi

Setelah pasien tenang dan bersedia menerima masukan, ajak ia untuk bersama-sama mencari solusi. Hindari pembicaraan satu arah dan sikap memerintah, karena itu akan membuatnya kembali menarik diri. Jika masalahnya ada pada jenis olahraga, maka kamu bisa bersama-sama mencari alternatif aktivitas fisik yang lebih menyenangkan, seperti latihan menari atau berkebun.

 

Jika ia bosan berdiet dan ingin makan sesuatu yang lezat, coba berikan SOYJOY sebagai #Soylution atas kondisinya. SOYJOY terbuat dari kedelai utuh dan buah-buahan asli, sehingga kaya nutrisi dan memiliki nilai IG (Indeks Glikemik) rendah. Kandungan serat pangan di dalam SOYJOY juga mampu menghadirkan rasa kenyang lebih lama, sehingga kamu tidak tergoda untuk makan berlebihan.

Dengan menerapkan langkah di atas, diabetesi akan kembali termotivasi untuk memelihara kesehatannya kembali.

 

Sumber:

Kesehatan Caregiver, Jangan Sampai Terabaikan

Kesehatan Caregiver, Jangan Sampai Terabaikan

Selain memantau kesehatan penyandang diabetes, kesehatan orang yang menjadi caregiver pun tak boleh luput dari perhatian.

Merawat orang yang sedang sakit adalah kegiatan yang menyita banyak waktu dan tenaga. Begitu pula yang dihadapi oleh para caregiver (perawat atau anggota keluarga yang membantu merawat) diabetesi, yang sehari-harinya bertugas memantau kesehatan pasien penyandang diabetes. Agar bisa menjalankan perannya dengan baik, seorang caregiver perlu terlebih dahulu memelihara kesehatan pribadi dengan cara berikut ini.

 

Olahraga dan Pola Makan Sehat

Stamina yang fit amat penting dimiliki agar caregiver bisa merawat kesehatan pasien diabetes dengan baik. Langkah ampuh yang bisa kamu lakukan untuk memelihara stamina adalah olahraga secara teratur, minimal selama 30 menit dalam sehari. Kamu bisa memilih jenis olahraga yang mudah dilakukan, seperti jalan cepat jogging atau bersepeda.

Selain olahraga, terapkan pula pola makan seimbang untuk mencukupi kebutuhan energi sehari-hari, seperti memperbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung vitamin dan mineral. Jika ingin ngemil, pilih snack yang tinggi protein dan serat, sehingga bisa memberikan asupan energi secara bertahap.

Agar lebih praktis, kamu bisa menyantap SOYJOY sebagai alternatif snack sehat di sela waktu makan. Soyjoy yang terbuat dari kedelai utuh dan buah-buahan asli bisa menjadi #Soylution untuk kebutuhan nutrisi harian, karena kaya kandungan protein, serat, vitamin, dan mineral yang diperlukan tubuh. Dibuat di Indonesia, SOYJOY, juga enak dan sesuai dengan selera kamu.

 

Memelihara Kesehatan Psikis

Selain kesehatan fisik, kesehatan psikis seorang caregiver terutama perlu diperhatikan secara khusus. Pasalnya, bukan sekadar menguras energi fisik, pekerjaan mengurus orang yang sedang sakit juga bisa menguras energi psikis seseorang. Terlebih apabila caregiver adalah anggota keluarga ataupun orang yang memiliki kedekatan emosional dengan pasien.

Penelitian menyatakan bahwa caregiver yang merawat pasien dengan kondisi penyakit kronis seperti diabetes, amat rentan mengalami stres akibat beban tugasnya. Selain mengingatkan jadwal minum obat dan ritual medis lainnya, caregiver juga perlu mendampingi pasien melakukan hal-hal keseharian seperti bersih-bersih, berpakaian, dan aneka kebutuhan lainnya. Ini bisa menjadi kegiatan yang amat melelahkan dan menguras emosi.

Untuk membantu meredakan rasa cemas dan meningkatkan rasa percaya diri kala mendampingi pasien, caregiver perlu melengkapi diri dengan informasi kesehatan terkini dan mengikuti pelatihan yang diperlukan. Selain dari dokter dan tenaga kesehatan yang terlibat, informasi kesehatan juga bisa didapat dari situs-situs kesehatan yang terpercaya, serta sharing pengalaman dengan sesama caregiver lainnya.

Tak kalah penting, caregiver juga perlu memelihara kondisi emosi dengan sesekali menikmati waktu libur seorang diri, mengambil jarak dari kesibukan harian merawat pasien. Gunakan saat ini untuk melakukan hobi dan hal-hal lain yang disukai, seperti rekreasi, curhat dengan sahabat, ataupun sekadar “membayar” waktu tidur yang terlewatkan. Selama kamu beristirahat, delegasikan tanggung jawab merawat pasien kepada pihak lain yang kompeten dan terpercaya.

Dengan memelihara kesehatan pribadinya, seorang caregiver akan mampu memberikan perawatan terbaik bagi penyandang diabetes yang menjadi tanggung jawabnya.

 

Sumber: