Superfood Kedelai Untuk Turunkan Berat Badan

Superfood Kedelai Untuk Turunkan Berat Badan

Kedelai tidak hanya dikenal sebagai superfood yang memiliki nutrisi tinggi, tapi juga jadi pilihan favorit para pelaku diet untuk menurunkan berat badan.

Kedelai termasuk kacang polong yang banyak dijumpai di Indonesia. Kedelai telah dibudidayakan di China sejak abad kesebelas SM. Mungkin karena tingginya protein pada kedelai, maka kedelai juga mempunyai julukan daging tanpa tulang. Kedelai termasuk tanaman yang kaya vitamin dan mineral dengan banyak serat larut dan asam lemak omega-3 dan omega-6 berbasis tanaman. Lebih penting lagi, kedelai mengandung banyak fitoestrogen yang telah diakui oleh banyak peneliti sebagai pencegah penyakit kardiovaskular, kanker dan osteoporosis. Selain itu fitoestrogen juga terbukti mampu membantu meringankan gejala menopause dan menstruasi pada wanita. Tak kalah penting, kedelai juga menjadi favorit mereka yang ingin menurunkan berat badan. Bagaimana fakta dan cara kerjanya?

Mengurangi rasa lapar

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kedelai dapat membantu menurunkan berat badan dengan menirukan hormon dalam tubuh yang mengurangi rasa lapar. Manfaat kedelai untuk penurunan berat badan tidak terjadi begitu saja, tapi telah melalui serangkaian penelitian yang panjang.

Peneliti berteori bahwa dalam tubuh mamalia, kedelai memiliki fungsi yang serupa dengan hormon metabolikleptin, yang memiliki fungsi memberi isyarat kenyang pada  otak  yang membuat seseorangharus berhenti makan.

Dalam suatu percobaan klinis, diet kedelai merupakan cara ampuh untuk menurunkan berat badan, tentunya dengan diimbangi dengan olahraga. Hasil percobaan klinis menunjukkan mereka yang mengonsumsi kedelai disertai dengan olahraga selama 30-45 menit, selama enam hari setiap minggu, rata-rata dapat menurunkan emak perut sekitar 25% dalam 16 minggu. Hal ini karena  kedelai yang tinggi serat dan protein membuat kenyang lebih lama, sehingga dapat membantu mengendalikan nafsu makan.

Indeks glikemik rendah

Kedelai memiliki  protein berkualitas tinggi yang mengandung asam amino esensial untuk nutrisi manusia. Selain tinggi protein dan serat, kedelai juga memiliki indeks glikemik rendah. Itu artinya mengonsumsi kedelai tidak akan menyebabkan lonjakan gula darah dengan cepat, sehingga rasa kenyang akan bertahan lebih lama dan nafsu makan Anda terkendali dengan baik. Indeks glikemik yang rendah juga membuat kedelai aman dikonsumsi oleh penyandang  diabetes.

Berdasarkan rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA, mengonsumsi 25 gram protein kedelai setiap hari, sebagai bagian dari diet rendah lemak jenuh dan kolesterol, dapat mengurangi risiko penyakit jantung.

Kedelai bisa dikonsumsi dalam bentuk tradisionalatau dibuat dalam bentuk olahan, seperti snack yang sehat dan lezat seperti SOYJOY. Terbuat dari kedelai yang kaya serat dan protein, SOYJOY merupakan pilihan sehat para pelaku diet. Memiliki indeks glikemik rendah, SOYJOY dicerna perlahan oleh tubuh sehingga membuat kenyang lebih lama. Konsumsi SOYJOY 2 jam sebelum makan untuk membantu mengurangi konsumsi karbohidrat berlebih.

Mitos atau Fakta Nasi Putih Sebabkan Diabetes?

Mitos atau Fakta Nasi Putih Sebabkan Diabetes?

Penyakit diabetes adalah satu dari sekian penyakit yang memicu angka kematian yang lebih tinggi daripada penyakit berbahaya lainnya seperti kanker payudara dan AIDS.

Di Indonesia, penderita diabetes yang meninggal pada umur 30-69 tahun mencapai 48.300 orang dengan jumlah penderita perempuan lebih besar dibandingkan pria.

Penyakit diabetes bisa menyebabkan pengaruh yang sangat besar pada tubuh, yakni munculnya berbagai jenis penyakit lain sebagai komplikasi pada penderitanya.

Karena itulah, diabetes menjadi penyakit yang wajib diwaspadai baik bagi mereka yang sudah terkena diabetes maupun yang tidak.

Melihat efek buruk yang ditimbulkan penyakit diabetes, banyak orang kerap termakan mitos atau informasi yang belum teruji kebenarannya.

Agar anda tak menjadi bingung atas informasi yang beredar tentang diabetes, ada mitos dan fakta tentang diabetes yang sebaiknya anda perhatikan. Misalnya soal nasi putih.

Banyak yang beranggapan, nasi putih berpotensi menimbulkan penyakit diabetes dibandingkan makanan atau minuman lain yang manis-manis.

Benarkah pernyataan tersebut? Mitos atau faktakah bila nasi putih mampu memicu resiko penyakit diabetes?

Menurut penelitian Health Promotion Board Singapura, memang benar bahwa konsumsi nasi berlebihan lebih berpotensi menyebabkan diabetes daripada minuman bersoda yang manis.

Hal ini dikarenakan nasi putih mengandung zat pati dan bisa membebani tubuh dengan gula darah sehingga meningkatkan risiko terkena diabetes.

Direktur Pelaksana Health Promotion Board (HPB), Zee Yoong Kang menyatakan, ada kebiasaan dan pola makan masyarakat asia yang meningkatkan resiko diabetes.

“Kebanyakan karbohidrat yang dikonsumsi orang Asia adalah refined carbohydrates, seperti nasi, mie, atau pasta, yang kadar gulanya lebih tinggi, “ungkap Direktur pelaksana HPB, Zee Yoong Kang.

Refined carbohydrates adalah karbohidrat yang memiliki struktur glukosa tunggal (sederhana), dan telah mengalami proses pengolahan makanan berulangkali atau proses pabrik.

Karena serat-serat pada beras banyak yang hilang saat diolah, maka nasi putih, ketan, pati, tepung, dan makanan mengandung tepung dan gula termasuk dalam makanan refined carbohydrates.

Dr Grace Judio-Kahl, MSc, MH, CHt, pendiri klinik lightHOUSE dan pakar Fisiologi mengungkapkan, nasi putih saat mulai dikunyah memicu adanya gula di dalam darah. Naiknya sangat cepat, biasa dihitung dengan angka  atau  indeks glikemik (IG).

“Makin tinggi angkanya, makin cepat gula darah naik tetapi makin cepat kadar gula tersebut turun lagi sehingga menyebabkan mudah lapar, “ tambahnya.

Namun, anggapan sebagian besar orang yang menyatakan tidak boleh memakan nasi bagi penderita diabetes adalah mitos.

Linda Murphy, RN, dari Rumah Sakit Rehabilitasi HealthSouth di New Jersey, Amerika Serikat menyatakan, penderita diabetes masih bisa makan karbohidrat seperti nasi, hanya saja membutuhkan perhitungan yang tepat saat mengkonsumsinya.

“Banyak orang yang berpikir jika mereka menderita diabetes tidak akan bisa lagi untuk mengonsumsi makanan berkarbohidrat. Namun dengan jumlah yang terbatas mereka yang terkena diabetes bisa tetap makan makanan berkarbohidrat,” kata Linda Murphy, RN, dari Rumah Sakit Rehabilitasi HealthSouth di New Jersey, Amerika Serikat.

Mengurangi konsumsi karbohidrat yang berlebihan harus dilakukan, baik bagi penyandang diabetes maupun yang bukan penyandang diabetes, meskipun memang terasa sulit bagi kultur dan pola makan yang telah mengakar di Indonesia.

Lantas, apa yang mesti dilakukan agar tubuh bisa tetap merasa kenyang meski harus mengurangi porsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan tanpa harus bersusah-susah, di antaranya melakukan diet CUT CARBO.

Sebagaimana namanya, diet CUT CARBO dilakukan dengan cara mengurangi asupan karbohidrat berlebih pada menu makan besar.

Misalnya mengurangi porsi nasi, roti, atau mie yang biasa dimakan dan menambah asupan protein, sayuran dan buah-buahan yang lebih banyak.

Selain makanan berat, kebiasaan ngemil yang kurang sehat juga harus diubah.

Konsumsilah camilan tinggi serat dan protein yang bisa mengontrol rasa lapar, seperti cemilan yang terbuat dari kacang kedelai.

Camilan yang terbuat dari kacang kedelai diantaranya adalah SOYJOY. SOYJOY tinggi serat dan protein, bisa dikonsumsi dua jam sebelum makan besar, supaya tidak kelaparan dalam mengurangi porsi karbohidrat saat makan besar tersebut.

Melalui Diet CUT CARBO, anda tidak perlu benar-benar menghilangkan nasi dari menu makanan anda.

Cukup dengan mengurangi porsi makan nasi dan berolahraga yang teratur, kesehatan anda bisa terjaga serta menghindarkan anda dari bahaya diabetes tanpa harus merasa tersiksa.

Cara Hidup Sehat Cegah Obesitas & Diabetes

Cara Hidup Sehat Cegah Obesitas & Diabetes

Jumlah penderita obesitas di seluruh dunia terus meningkat. Di negara berkembang, angkanya melonjak dari 8% menjadi 15%. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan adanya peningkatan angka obesitas dari 19,1% pada 2007 menjadi 28,9% pada 2013.

Kombinasi kurang gerak dengan pola makan tidak sehat memicu peningkatan kasus obesitas. Fenomena malas gerak (mager), memicu gaya hidup sendentary (kurang aktivitas). Ditambah makanan yang high sugar dan high salt sehingga risiko obesitas meningkat,” kata peneliti kebugaran dr. Indrarti Soekotjo, SpKO, seperti dikutip dari detikhealth.

Bukan hanya risiko obesitas saja yang mengancam akibat makanan tinggi gula dan malas gerak, melainkan juga ancaman diabetes. Prof. Dr. dr. I Made Djaja, SKM, M.Sc dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia melihat pemicu diabetes adalah gula dalam darah yang terlalu tinggi yang umumnya berasal dari makanan yang tinggi karbohidrat.

Dulu kita mengenal diabetes itu adalah penyakit keturunan, namun seseorang yang tidak mempunyai keturunan diabetes pun dapat terserang juga. Salah satu penyebab diabetes yakni mengonsumsi karbohidrat terlalu banyak. Gula dari karbohidrat yang berlebihan secara terus menerus bisa menyebabkan tubuh mengalami resistensi insulin sehingga tubuh tidak bisa mengubah karbohidrat menjadi energi dan glikogen. Gula dalam darah akan menumpuk dan menyebabkan diabetes, ucapnya.

 

 

Meskipun demikian, mayoritas orang Indonesia masih kesulitan mengubah gaya hidup mereka untuk mengurangi karbohidrat. Misalnya mengurangi nasi yang merupakan makanan pokok orang Indonesia. Ditambah lagi kegemaran mengonsumsi gorengan, teh manis dan lainnya yang juga tinggi karbohidrat dan lemak.

Padahal, salah satu solusi untuk mengatasi obesitas dan diabetes adalah lebih banyak bergerak serta mengurangi karbohidrat yang berlebihan. Studi dari University of Ireland menyebutkan orang dewasa yang mengurangi asupan karbohidrat atau cut carbo, cenderung memiliki tubuh ramping dan kondisi tubuh lebih sehat.

Tekanan darah serta kadar gula darahnya juga lebih rendah sehingga lebih terlindungi dari risiko penyakit diabetes tipe 2, jantung dan kanker. Tapi diet rendah karbohidrat bukan berarti memangkas habis asupan karbohidrat yang Anda butuhkan.

Sebab karbohidrat sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi utama. Menurut penelitian ini, para peneliti menyarankan kepada partisipan untuk mengurangi asupan karbohidrat sebanyak 40 gram setiap kali makan atau mengurangi setengah porsi dari jumlah yang biasa dimakan.

Bagi Anda yang merasakan kesulitan mengurangi porsi karbohidrat, kini ada cara mudah untuk mengurangi karbohidrat tanpa khawatir kelaparan. Caranya yakni diet cut carbo dengan SOYJOY 2 jam sebelum makan.

SOYJOY adalah snack sehat yang terbuat dari kedelai yang kaya serat dan protein. Dicerna perlahan oleh tubuh sehingga membuat kenyang lebih lama. Cukup konsumsi Soyjoy 2 jam sebelum makan, membuat diet cut carbo jadi tidak menyiksa. Info lebih lanjut lihat videonya di bawah ini :

 

Cara Hidup Sehat Cegah Obesitas & Diabetes

Cara Hidup Sehat Cegah Obesitas & Diabetes

Jumlah penderita obesitas di seluruh dunia terus meningkat. Di negara berkembang, angkanya melonjak dari 8% menjadi 15%. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan adanya peningkatan angka obesitas dari 19,1% pada 2007 menjadi 28,9% pada 2013.

Kombinasi kurang gerak dengan pola makan tidak sehat memicu peningkatan kasus obesitas. “Fenomena malas gerak (mager), memicu gaya hidup sendentary (kurang aktivitas). Ditambah makanan yang high sugar dan high salt sehingga risiko obesitas meningkat,” kata peneliti kebugaran dr. Indrarti Soekotjo, SpKO, seperti dikutip dari detikhealth.

Bukan hanya risiko obesitas saja yang mengancam akibat makanan tinggi gula dan malas gerak, melainkan juga ancaman diabetes. Prof. Dr. dr. I Made Djaja, SKM, M.Sc dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia melihat pemicu diabetes adalah gula dalam darah yang terlalu tinggi yang umumnya berasal dari makanan yang tinggi karbohidrat.

“Dulu kita mengenal diabetes itu adalah penyakit keturunan, namun seseorang yang tidak mempunyai keturunan diabetes pun dapat terserang juga. Salah satu penyebab diabetes yakni mengonsumsi karbohidrat terlalu banyak. Gula dari karbohidrat yang berlebihan secara terus menerus bisa menyebabkan tubuh mengalami resistensi insulin sehingga tubuh tidak bisa mengubah karbohidrat menjadi energi dan glikogen. Gula dalam darah akan menumpuk dan menyebabkan diabetes,” ucapnya.

Meskipun demikian, mayoritas orang Indonesia masih kesulitan mengubah gaya hidup mereka untuk mengurangi karbohidrat. Misalnya mengurangi nasi yang merupakan makanan pokok orang Indonesia. Ditambah lagi kegemaran mengonsumsi gorengan, teh manis dan lainnya yang juga tinggi karbohidrat dan lemak.

Padahal, salah satu solusi untuk mengatasi obesitas dan diabetes adalah lebih banyak bergerak serta mengurangi karbohidrat yang berlebihan. Studi dari University of Ireland menyebutkan orang dewasa yang mengurangi asupan karbohidrat atau cut carbo, cenderung memiliki tubuh ramping dan kondisi tubuh lebih sehat.

Tekanan darah serta kadar gula darahnya juga lebih rendah sehingga lebih terlindungi dari risiko penyakit diabetes tipe 2, jantung dan kanker. Tapi diet rendah karbohidrat bukan berarti memangkas habis asupan karbohidrat yang Anda butuhkan.

Sebab karbohidrat sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi utama. Menurut penelitian ini, para peneliti menyarankan kepada partisipan untuk mengurangi asupan karbohidrat sebanyak 40 gram setiap kali makan atau mengurangi setengah porsi dari jumlah yang biasa dimakan.

Bagi Anda yang merasakan kesulitan mengurangi porsi karbohidrat, kini ada cara mudah untuk mengurangi karbohidrat tanpa khawatir kelaparan. Caranya yakni diet cut carbo dengan SOYJOY 2 jam sebelum makan.

SOYJOY adalah snack sehat yang terbuat dari kedelai yang kaya serat dan protein. Dicerna perlahan oleh tubuh sehingga membuat kenyang lebih lama. Cukup konsumsi Soyjoy 2 jam sebelum makan, membuat diet cut carbo jadi tidak menyiksa. Info lebih lanjut lihat videonya di bawah ini :

5 Kesalahan Umum Saat Melakukan Diet Karbohidrat

5 Kesalahan Umum Saat Melakukan Diet Karbohidrat

Anda sudah mengurangi karbohidrat, tapi berat badan tidak kunjung turun? Kemungkinan lima kesalahan ini penyebabnya.

Diet rendah karbohidrat memang efektif dalam menurunkan berat badan. Namun, bila tidak dilakukan dengan benar, hasilnya tidak akan terlihat. Berat badan tetap turun naik, dan Anda malah jadi lemas dan tidak bertenaga.

Menurut dua peneliti diet rendah karbohidrat terkemuka di dunia, Dr Jeff S. Volek dan Dr. Stephen D. Phinney, dalam buku The Art and Science of Low-Carbohydrate Living, mengurangi karbohidrat saja tidak cukup jika Anda ingin lebih sehat dan berenergi.

Kesalahan Diet

Jika diet rendah karbohidrat yang Anda jalankan belum menunjukkan hasil memuaskan, kemungkinan Anda melakukan lima kesalahan umum ini.

1. Makan Terlalu Banyak Karbohidrat

Berapa banyak karbohidrat yang Anda konsumsi setiap hari? Beberapa orang mengatakan, makanan apapun di bawah 100-150 gram perhari termasuk rendah karbohidrat. Tapi, jika Anda ingin masuk ke fase ketosis (fase metabolisme normal, ada cukup karbohidrat untuk dibakar), maka tingkat konsumsi di atas mungkin berlebihan. Mungkin Anda perlu karbohidrat di bawah 100 gram perhari untuk masuk ke fase ketosis penuh. Jumlah tersebut membuat Anda tidak memiliki banyak pilihan kecuali sayuran dan buah.

2. Makan Terlalu Banyak Protein

Protein dapat meningkatkan rasa kenyang dan meningkatkan pembakaran lemak dibandingkan dengan makronutrien lainnya. Secara umum, mengasup banyak protein seharusnya bisa menyebabkan penurunan berat badan. Namun, ketika Anda makan protein lebih banyak dari kebutuhan tubuh, beberapa asam amino dalam protein akan berubah menjadi glukosa melalui proses yang disebut glukoneogenesis. Terlalu banyak protein akan mencegah tubuh Anda masuk ke fase ketosis penuh.

Menurut Volek dan Phinney,jumlah yang baik untuk membantu Anda mencapai tujuan diet adalah 1,5-2,0 gram perkilogram berat badan.

3. Takut Makan Lemak

Jika Anda sudah sangat membatasi asupan karbohidrat yang merupakan sumber energi, Anda memerlukan lemak sebagai penggantinya. Jika tidak , Anda akan kelaparan dan akhirnya menyerah dan stop diet. Tidak ada alasan untuk takut gemuk, selama Anda memilih lemak sehat seperti lemak tak jenuh tunggal, dan Omega-3, sambil menghindari lemak trans.

Volek dan Phinney menyarankan untuk mengonsumsi asupan lemak sekitar 70 persen dari total kalori yang Anda butuhkan sehari-hari. Pilih daging rendah lemak dan asup lemak baik seperti yang banyak terdapat di dalam ikan dan minyak zaitun.

4. Tidak Sabar

Bila Anda mengurangi karbohidrat secara drastis, maka tubuh akan beralih ke sumber energi lain, misalnya lemak. Perlu beberapa hari atau bahkan beberapa minggu bagi tubuh untuk bisa beradaptasi, dari ‘membakar karbohidrat’ ke mode ‘membakar lemak. Jadi penting untuk bersabar dan patuh pada rencana diet  sehingga adaptasi metabolik ini dapat berlangsung.

Agar upaya diet mengurangi karbohidrat tidak terasa berat, makanlah SOYJOY dua jam sebelum makan. Camilan yang kaya serat dan rendah glikemik indah (LOW GI) ini akan membuat perut Anda merasa kenyang lebih lama dan menahan nafsu makan.

Bijak Memilih Karbohidrat

Memilih karbohidrat yang tepat, sangat penting untuk kesuksesan program diet Anda. Agar tubuh merasa kenyang lebih lama, pilihlah karbohidrat kompleks seperti kentang, ubi, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Hindari atau kurangi karbohidrat sederhana seperti  nasi, roti dan pasta atau mie.

Selain sumber karbohidrat, pengolahan makanan juga perlu Anda perhatikan. Pilihlah makanan utuh seperti buah dan sayur ketimbang makanan olahan seperti keripik kentang, roti putih, sereal manis, gorengan dan sebagainya. Pasalna, selama pengolahan banyak nutrisi dan serat yang hilang selama proses pengolahan, seperti lemak, gula, dan garam.