DOC LINK 2014: Empowering Diabetes through Technopsychology
GRATIS dan pastinya akan banyak ilmu yang dibagikan oleh para pakar. Yuk ikutan, SOYJOY Lovers!
GRATIS dan pastinya akan banyak ilmu yang dibagikan oleh para pakar. Yuk ikutan, SOYJOY Lovers!
Libur Hari Raya telah usai. Kini tiba waktunya berpisah dengan kampung halaman dan kembali ke “dunia nyata”. Meski menyenangkan, ajang mudik tahunan seringkali menyisakan rasa lelah berkepanjangan lantaran waktu dan energi yang terkuras selama di perjalanan. Jangan biarkan berlarut-larut, karena Anda bisa segera mengatasinya dengan mengonsumsi jenis-jenis makanan di bawah ini.
1. Semangka
Buah semangka terkenal kaya akan kandungan air. Konsumsi cairan dalam jumlah cukup amat penting untuk mengatasi keluhan dehidrasi ringan yang biasanya menyerang setelah melakukan perjalanan jauh. Karenanya, selain meneguk air minum banyak-banyak, tambah pula asupan cairan ke dalam tubuh Anda dengan menyantap semangka yang jumlah kandungan air di dalamnya mencapai 90%.
2. Makanan berlemak
Makanan berlemak tidak selamanya jahat. Kadang orang memandang segala jenis lemak berakibat negatif dan meningkatkan risiko serangan jantung. Lemak jenuh daging, mentega, dan goreng-gorengan memang kurang baik untuk tubuh. Namun tidak demikian dengan lemak tak jenuh. Minyak zaitun dan alpukat termasuk ke dalam lemak tak jenuh yang aman dikonsumsi untuk mengembalikan energi.
3. Zat besi
Kadang kelelahan juga terjadi karena asupan oksigen yang kurang dalam tubuh.
Zat besi berfungsi untuk memperlancar kerja darah dalam mengirim oksigen ke seluruh bagian tubuh. Biasanya makanan mengandung zat besi ada pada daging merah. Namun jika Anda ingin makanan yang lebih sehat, Anda dapat mencoba untuk mengganti daging merah dengan bayam, sawi, atau raisin.
4. Telur
Di dalam sebutir telur terkandung banyak jenis nutrisi seperti zat besi, zinc, serta berbagai jenis vitamin dan protein yang penting bagi tubuh kita. Konsumsi zat besi dalam jumlah cukup amat penting untuk membantu melancarkan sirkulasi oksigen dan zat-zat gizi ke seluruh tubuh. Bukan hanya itu, kandungan vitamin B di dalam telur juga amat berguna untuk mendukung proses produksi energi di dalam tubuh.
5. Kacang-kacangan
Beraneka jenis kacang seperti kacang kedelai dan olahannya seperti SOYJOY praktis dan mudah dibawa, almond, pistachio, kacang dan kacang koro merupakan sumber protein dan serat pangan yang baik. Kandungan berbagai jenis mineral seperti potasium, magnesium, dan sodium juga membuat kacang-kacangan ideal dikonsumsi untuk memulihkan stamina setelah berolahraga atau melakukan pekerjaan berat lainnya.
Dengan cukup beristirahat dan menyantap jenis-jenis makanan di atas, dijamin Anda bisa lekas memulihkan kondisi tubuh selepas perjalanan mudik yang melelahkan. Selamat mencoba! J
Sumber: webmd.com; psychologytoday.com
GRATIS dan pastinya akan banyak ilmu yang dibagikan oleh para pakar. Yuk ikutan, SOYJOY Lovers!
Lebaran adalah saat kemenangan, di mana umat manusia kembali fitrah. Tak heran jika orang-orang merayakannya dengan meriah dan penuh suka-cita. Selain itu, ada juga yang menganggap kalau Lebaran merupakan kebebasan untuk kembali menikmati semua makanan yang ada. Di hari Lebaran dan di hari-hari setelahnya, Anda memang bebas untuk makan dan minum dan sepuasnya. Namun, jika mengingat risiko terhadap alergi makanan, masihkah Anda merasa bebas?
Alergi terjadi ketika tubuh salah mengartikan zat yang masuk sebagai zat yang berbahaya, sehingga memicu reaksi yang berlebihan dari tubuh terhadap zat tersebut. Reaksi alergi juga biasa timbul ketika tubuh menerima jenis makanan tertentu. Secara lebih detail, alergi makanan berhubungan dengan reaksi sistem kekebalan yang terjadi setelah mengonsumsi suatu jenis makanan.
Alergi makanan diperkirakan dialami oleh 6 sampai 8 persen anak-anak di bawah usia 5 tahun, dan sekitar 3 sampai 4 persen orang dewasa.
Kadang, alergi makanan disalahartikan dengan kondisi intoleransi terhadap makanan. Hal ini dikarenakan gejalanya yang mirip. Hanya saja, alergi makanan memiliki risiko yang lebih berat karena melibatkan sistem kekebalan tubuh.
Jenis gejala dari alergi makanan dapat dibagi menjadi dua, yaitu gejala alergi makanan ringan dan gejala alergi makanan berat.
Gejala Alergi Makanan Ringan
Gejala alergi makanan ringan ditandai dengan kesemutan atau gatal di mulut, gatal-gatal, pembengkakan di permukaan tubuh, sesak nafas, nyeri perut, diare, mual, muntah, sakit kepala, atau pingsan.
Gejala Alergi Makanan Berat
Sedangkan, gejala alergi makanan berat ditandai dengan penyempitan saluran pernafasan, pembengkakan tenggorokan yang menyebabkan kesulitan bernafas, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, sakit kepala, atau bahkan, kehilangan kesadaran. Reaksi alergi yang parah seperti itu disebut dengan anafilaksis, dan dapat mengancam jiwa.
Cara paling mudah untuk menghindari risiko alergi makanan adalah dengan mengetahui terlebih dahulu jenis makanan apa yang dapat memicu reaksi alergen dalam diri Anda. Setelah Anda mengetahui jenis makanan yang memang tidak sesuai dengan sistem kekebalan tubuh Anda, sebaiknya Anda menghindari jenis makanan tersebut.
Adanya risiko alergi makanan dalam diri Anda juga bisa dideteksi melalui hal-hal lain:
1. Riwayat keluarga
Jika ada banyak anggota keluarga Anda yang alergi terhadap suatu jenis makanan, ada kemungkinan Anda juga mengalami alergi terhadap jenis makanan tersebut.
2. Alergi masa kanak-kanak
Gangguan alergi tersebut bisa saja muncul kembali ketika Anda dewasa. Ketiga, kenali alergi yang Anda alami saat ini. Suatu alergi bisa saja berkolerasi dengan alergi makanan lain.
3. Asma
Biasanya, asma dan alergi makanan terjadi bersama-sama. Ketika gejala asma atau alergi makanan terjadi, akibatnya bisa bertambah menjadi lebih parah.
Makanan pasca Lebaran memang biasanya berlimpah dan menggugah selera. Tetapi, tahan diri Anda ketika Anda memang mengidap alergi makanan tertentu. Tetap utamakan kesehatan di atas hidangan yang tersedia.
Lebaran adalah saat kemenangan, di mana umat manusia kembali fitrah. Tak heran jika orang-orang merayakannya dengan meriah dan penuh suka-cita. Selain itu, ada juga yang menganggap kalau Lebaran merupakan kebebasan untuk kembali menikmati semua makanan yang ada. Di hari Lebaran dan di hari-hari setelahnya, Anda memang bebas untuk makan dan minum dan sepuasnya. Namun, jika mengingat risiko terhadap alergi makanan, masihkah Anda merasa bebas?
Alergi terjadi ketika tubuh salah mengartikan zat yang masuk sebagai zat yang berbahaya, sehingga memicu reaksi yang berlebihan dari tubuh terhadap zat tersebut. Reaksi alergi juga biasa timbul ketika tubuh menerima jenis makanan tertentu. Secara lebih detail, alergi makanan berhubungan dengan reaksi sistem kekebalan yang terjadi setelah mengonsumsi suatu jenis makanan.
Alergi makanan diperkirakan dialami oleh 6 sampai 8 persen anak-anak di bawah usia 5 tahun, dan sekitar 3 sampai 4 persen orang dewasa.
Kadang, alergi makanan disalahartikan dengan kondisi intoleransi terhadap makanan. Hal ini dikarenakan gejalanya yang mirip. Hanya saja, alergi makanan memiliki risiko yang lebih berat karena melibatkan sistem kekebalan tubuh.
Jenis gejala dari alergi makanan dapat dibagi menjadi dua, yaitu gejala alergi makanan ringan dan gejala alergi makanan berat.
Gejala Alergi Makanan Ringan
Gejala alergi makanan ringan ditandai dengan kesemutan atau gatal di mulut, gatal-gatal, pembengkakan di permukaan tubuh, sesak nafas, nyeri perut, diare, mual, muntah, sakit kepala, atau pingsan.
Gejala Alergi Makanan Berat
Sedangkan, gejala alergi makanan berat ditandai dengan penyempitan saluran pernafasan, pembengkakan tenggorokan yang menyebabkan kesulitan bernafas, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, sakit kepala, atau bahkan, kehilangan kesadaran. Reaksi alergi yang parah seperti itu disebut dengan anafilaksis, dan dapat mengancam jiwa.
Cara paling mudah untuk menghindari risiko alergi makanan adalah dengan mengetahui terlebih dahulu jenis makanan apa yang dapat memicu reaksi alergen dalam diri Anda. Setelah Anda mengetahui jenis makanan yang memang tidak sesuai dengan sistem kekebalan tubuh Anda, sebaiknya Anda menghindari jenis makanan tersebut.
Adanya risiko alergi makanan dalam diri Anda juga bisa dideteksi melalui hal-hal lain:
1. Riwayat keluarga
Jika ada banyak anggota keluarga Anda yang alergi terhadap suatu jenis makanan, ada kemungkinan Anda juga mengalami alergi terhadap jenis makanan tersebut.
2. Alergi masa kanak-kanak
Gangguan alergi tersebut bisa saja muncul kembali ketika Anda dewasa. Ketiga, kenali alergi yang Anda alami saat ini. Suatu alergi bisa saja berkolerasi dengan alergi makanan lain.
3. Asma
Biasanya, asma dan alergi makanan terjadi bersama-sama. Ketika gejala asma atau alergi makanan terjadi, akibatnya bisa bertambah menjadi lebih parah.
Makanan pasca Lebaran memang biasanya berlimpah dan menggugah selera. Tetapi, tahan diri Anda ketika Anda memang mengidap alergi makanan tertentu. Tetap utamakan kesehatan di atas hidangan yang tersedia.
Siap untuk mudik, SOYJOY Lovers?
Tipe diabetes umumnya terbagi menjadi dua: tipe 1 yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh pankreas dan tipe 2 yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif. Tetapi, para ibu hamil juga berpotensi untuk mengalami diabetes gestasional, yaitu hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat sedang mengandung.
Walau diabetes gestasional ini bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan, namun diabetes gestasional tersebut mampu memicu timbulnya diabetes tipe 2 di kemudian hari. Dengan kata lain, seorang ibu bisa saja mengalami diabetes ketika menyusui karena banyaknya faktor diabetes tersebut.
Ibu yang menyandang diabetes, atau yang sering disebut sebagai ibu diabetesi, biasanya akan merasa ragu untuk menyusui bayinya. Padahal, sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Menyusui bayi ketika Anda sedang mengalami diabetes justru akan berpengaruh baik bagi kesehatan Anda, maupun si kecil.
Dengan menyusui, Anda yang sebelumnya mengalami diabetes gestasional akan mampu meminimalisir kemungkinan timbulnya diabetes tipe 2 di masa mendatang. Selain itu, ketika Anda menyusui, akan ada perubahan hormon dalam tubuh yang dapat membantu mencegah meningkatnya kadar gula darah, sehingga membuat Anda merasa lebih baik.
Bayi yang mendapat ASI paling sedikit selama tiga bulan pertama kehidupannya juga memiliki risiko yang lebih kecil untuk menyandang diabetes tipe 1 dan mengalami obesitas ketika ia dewasa nanti. Jadi, sangat disarankan bagi Anda untuk segera menyusui bayi sejak hari pertama melahirkan, agar bayi tidak mengalami kekurangan kadar gula.
Bila kondisinya tidak memungkinkan Anda untuk menyusui secara langsung, maka perawat rumah sakit dapat membantu memberi ASI perah dengan menggunakan sendok. Dan mengenai kualitas ASI, ibu diabetesi yang sedang menjalani terapi insulin pun tidak perlu merasa cemas.
Para periset dari University Hospital Groningen di Belanda yang dipimpin oleh Christine M. van Beuskom mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan kandungan trigliserida, laktosa, protein, koleserol, glukosa, dan komposisi asam lemak pada ASI diabetesi. Hal ini dikarenakan insulin yang telah digunakan dalam terapi tersebut tidak turut meresap ke dalam ASI.
Sekarang, tidak ada halangan bagi Anda untuk menyusui sang buah hati. Anda masih bisa memberikan ASI eksklusif, sembari tetap melakukan pemeriksaan secara rutin kepada dokter. Selain itu, Anda juga bisa mempertahankan gaya hidup sehat dengan diet seimbang dan olahraga teratur.
Sumber: ayahbunda.co.id; ibudanbalita.com; diabetesmelitus.org
Lebaran selalu menjadi momen yang paling ditunggu oleh banyak orang. Tak hanya berkumpul bersama sanak saudara, berbagai hidangan lezat pun biasanya turut berkumpul di atas meja makan. Mulai dari opor, lontong sayur, hingga gulai. Semuanya tampak mengundang untuk disantap. Tetapi, tahukah Anda bahwa menu-menu khas Lebaran tersebut memiliki kadar kolesterol yang tinggi?
Kuah santan dan daging tercatat memiliki kadar kolesterol yang tinggi, sehingga berpotensi untuk menimbun kolesterol jahat dalam tubuh. Padahal, menu makanan ketika Lebaran biasanya tidak jauh-jauh dari dua hal tersebut. Namun, tenang saja. Anda tidak harus kembali menahan hawa nafsu dan lapar di hari yang fitri ini.
Ada cara mudah untuk mengusir kolesterol setelah Anda menikmati makanan khas Lebaran, yaitu dengan mengonsumsi strawberry. Si kecil strawberry memiliki sejumlah khasiat yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Buah yang identik dengan keceriaan ini merupakan salah satu buah yang rendah kalori. Bayangkan saja, delapan buah strawberry hanya mengandung 50 kalori dan tidak mengandung kolesterol atau asam lemak jenuh.
Strawberry juga dikenal akan kekayaan vitamin C, yang baik sebagai antioksidan alami. Kandungan kalium dalam strawberry pun menjadi komponen penting dari sel dan cairan tubuh untuk membantu mengontrol detak jantung dan tekanan darah. Dan yang terpenting adalah, strawberry mengandung phyto atau jenis senyawa yang berperan untuk menghambat oksidasi kolesterol jahat.
Kemampuan strawberry dalam menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh sudah dibuktikan oleh penelitian dari Universit Politecnica delle Marche (UNIVPM).
Jadi, penelitian ini menggunakan sampel berupa para relawan yang mau mengonsumsi buah strawberry secara rutin dalam sebulan. Setelah mereka melakukan cek kolesterol, ternyata mereka memiliki kadar kolesterol yang lebih baik dibanding sebelumnya.
Kadar kolesterol jahat dari para relawan tersebut rata-rata turun hingga 8,78 persen dan kadar trigliserida mereka turun rata-rata hingga 20,8 persen. Sebaliknya, jumlah kolesterol baik yang mampu menjaga kesehatan jantung tidak mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa mengonsumsi strawberry tidak mengancam keberadaan kolesterol yang memang baik bagi tubuh.
Nah, sekarang Anda tidak perlu khawatir lagi setelah makan sepiring opor. Anda bisa mengonsumsi buah strawberry atau SOYJOY strawberry setelahnya. SOYJOY menggunakan potongan buah strawberry asli yang dikeringkan melalui proses oven bake, sehingga masih mempertahankan rasa dan kandungan nutrisi dari buah strawberry itu sendiri. Selamat mengusir kolesterol!
Sumber: vemale.com; doktersehat.com
Menjelang Lebaran tiba, pasti sudah terbayang hidangan apa yang akan tersaji di atas meja: opor ayam, gulai iga sapi, ataupun rendang daging. Itu masih belum ditambah suguhan beraneka kue khas Lebaran seperti nastar, kastengels, lapis legit, dan manisan buah, yang dijamin sukses membuat air liur menitik. Tapi hati-hati, jika tak mampu mengontrol nafsu makan, berat badan dan kolesterol bisa melambung tinggi pasca lebaran nanti! Akibatnya, risiko serangan jantung dan stroke pun turut menanti. Bisakah dihindari?
1. Jangan balas dendam!
Ingin merayakan hari kemenangan biasanya menjadi alasan bagi kita untuk melahap apa pun yang tersaji di depan mata.
Padahal, mayoritas hidangan khas hari raya memiliki bobot kalori dan lemak yang jauh lebih tinggi dibandingkan makanan sehari-hari.
Karenanya, jangan jadikan momen hari raya sebagai pelampiasan dendam Anda pasca berpuasa. Coba terapkan lagi kebiasaan menahan diri selama berpuasa untuk membantu mengendalikan porsi makan Anda.
2. Ambil kuah secukupnya
Anda tahu kan, penyebab harga kelapa melambung tinggi sejak beberapa minggu sebelum hari raya? Benar, itu karena banyaknya jenis hidangan khas Lebaran yang menggunakan santan, mulai dari opor, rendang, sampai laksa. Meski cita rasanya lezat, aneka masakan bersantan tersebut kurang ideal dikonsumsi terlalu banyak karena bisa mengakibatkan kadar kolesterol di dalam tubuh kita melonjak naik. Untuk menghindarinya, ambil kuah sedikit saja kala Anda menikmatinya.
3. Perbanyak konsumsi serat
Untuk menyeimbangkan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh, banyak-banyaklah mengonsumsi jenis makanan yang kaya kandungan serat, seperti sayur, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Makanan berserat amat bermanfaat untuk melancarkan saluran pencernaan sekaligus menekan kadar lemak dan kolesterol jahat (LHL) di dalam tubuh. Bukan hanya itu, jenis-jenis makanan di atas juga banyak mengandung vitamin dan mineral yang besar manfaatnya bagi kesehatan tubuh kita.
4. Minum air sebelum dan sesudah makan
Meneguk segelas air sebelum dan sesudah makan bukan hanya baik untuk mendatangkan rasa kenyang, namun juga berguna untuk melancarkan sistem pencernaan Anda. Pasalnya, hidangan Lebaran yang tinggi lemak dan minim serat bisa membuat Anda berisiko terkena sembelit. Mencukupi asupan cairan juga penting untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang serta memulihkan kembali kondisi tubuh setelah berpuasa selama sebulan penuh.
5. Perbanyak aktivitas fisik
Menargetkan diri untuk berolahraga pada saat liburan mungkin merupakan cita-cita yang kelewat ambisius. Tapi, itu bukan berarti Anda bisa menghabiskan jatah liburan hari raya dengan bersantai-santai di atas sofa, lho! Pasalnya, tubuh perlu melakukan banyak aktivitas fisik agar mampu membakar kalori yang masuk dari hidangan Lebaran yang Anda konsumsi. Karenanya, alih-alih mendatangkan asisten rumah tangga (ART) infal, kerjakan tugas-tugas di rumahmulai dari menyapu, mengepel, mencuci, hingga berkebun, dengan kedua tangan Anda sendiri.
Dengan melakukan langkah-langkah di atas, Anda pun bisa menikmati hidangan hari raya tanpa perlu dihantui oleh berat badan dan angka kolesterol yang tinggi.
Sumber: webmd.com; everydayhealth.com
