by gl75FKPUUayArC | Sep 3, 2013 | 0
Sebagai penyandang diabetes, Anda harus disiplin dalam menjalani pola hidup sehat. Diperlukan beberapa trik agar aktivitas keseharian Anda tidak terganggu. Dengan mengikuti 4 pilar diabetesi berikut ini, diharapkan Anda bisa tetap beraktivitas nyaman setiap hari.
by gl75FKPUUayArC | Sep 3, 2013 | 14
Diabetes, terutama diabetes tipe 2 dapat menjadi penyebab seseorang kehilangan kakinya karena harus diamputasi. Orang yang menderita diabetes berkemungkinan 10 kali lebih besar menjalani amputasi kaki bagian bawah dibandingkan orang-orang yang tidak menderita penyakit ini. Amputasi dilakukan karena adanya kelainan tungkai bawah yang disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan saraf, dan infeksi. Pada gangguan pembuluh darah, kaki bisa terasa sakit, jika diraba terasa dingin, dan jika ada luka sukar sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang.
Saat dilakukan pemeriksaan, nadi pada kaki sukar diraba. Selain itu, kulit juga tampak pucat dan kebiru-biruan. Kemudian pada akhirnya dapat menjadi gangren atau jaringan busuk, lalu terinfeksi dan kuman tumbuh subur. Hal ini akan membahayakan pasien karena infeksi bisa menjalar ke seluruh tubuh.
Neuropati diabetik atau gangguan saraf dapat menimbulkan gangguan rasa (sensorik) berupa rasa kebal, kurang berasa, sampai mati rasa terhadap nyeri dan temperatur. Selain itu juga dapat terjadi gangguan motorik, berupa kelemahan otot, otot mengecil, kram otot, sensasi rasa terbakar dan menusuk-nusuk, serta mudah lelah. Gejala-gejala tersebut sering lebih memburuk pada malam hari. Gangguan saraf dapat pula membuat kaki lebih rentan mengalami perubahan bentuk (deformities) dan tulang rapuh.
Jika Anda merasakan beberapa gejala diabetes pada kaki, segera lakukan langkah perawatan dan rutin melakukan pemeriksaan kaki ke dokter. Jika diabaikan, akan sangat berbahaya. Misalnya pada kaki yang tidak berasa, akan berbahaya jika Anda menginjak benda tajam dan mengabaikannya karena tidak terasa padahal telah timbul luka, ditambah dengan mudahnya terjadi infeksi. Kalau sudah menjadi gangren, kaki harus dipotong di atas bagian yang membusuk tersebut.
Berikut langkah perawatan kaki bagi penyandang diabetes yang disarankan American College of Foot and Ankle Surgeons (ACFAS):
- Bersihkan kaki Anda setiap hari menggunakan air hangat dan sabun lembut. Hindari merendam kaki Anda. Setelah dirasa bersih, segera keringkan kaki beserta jari-jarinya dengan handuk lembut secara hati-hati.
- Setiap hari, periksa kaki dan jari kaki apakah ada luka, lecet, kemerahan, bengkak, kapalan, atau masalah lainnya. Segera beritahu dokter jika Anda menemukan masalah apapun.
- Setiap minggu, potong kuku dengan hati-hati. Kemudian, Anda boleh melembabkan kaki dengan lotion, tapi hindari sela-sela jari kaki.
- Cegah cidera pada kaki dengan tidak bertelanjang kaki meskipun berada di sekitar rumah. Pakailah kaos kaki yang lembut. Lalu, pilih sandal atau sepatu yang cocok dan memungkinkan jari-jari kaki untuk bergerak. Pastikan juga sepatu bersih dan tidak memiliki bagian tajam yang dapat melukai kaki Anda. Kemudian, setiap beberapa jam sekali, istirahatkan kaki dengan melepas sepatu sebentar.
Langkah lain yang dapat Anda lakukan untuk meminimalisir kemungkinan kaki diamputasi akibat diabetes meliputi:
- Berhenti merokok. Merokok dapat merusak sirkulasi darah dan mengurangi jumlah oksigen dalam darah. Akibatnya, luka pada kaki bisa lebih parah dan sulit sembuh.
- Periksa kadar gula darah secara rutin untuk memastikannya tetap terkendali.
- Konsumsi makanan yang sehat dan seimbang.
- Kurangi berat badan ke tingkat yang sehat agar kaki tidak terlalu berat menahan beban tubuh.
- Tetap aktif secara fisik untuk mempertahankan kekuatan, fleksibilitas dan aliran darah dan untuk mengontrol rasa sakit, terutama pada bagian kaki. Anda bisa mencoba bersepeda, berenang, atau aerobik.
Intinya, selalu tanggap dengan gejala diabetes, mau memperbaiki pola hidup, rutin melakukan perawatan dan pemeriksaan ke dokter adalah kunci menghindari kerusakan dan kehilangan bagian tubuh akibat diabetes.
Sumber:
Diabetes di Usia Muda. Holistic Health Solution. Hal. 18 dan Hal. 44-47
http://www.mayoclinic.com/health/amputation-and-diabetes/DA00140
by gl75FKPUUayArC | Sep 3, 2013 | Infografik

(more…)
by gl75FKPUUayArC | Sep 3, 2013 | Uncategorized
Diabetes, terutama diabetes tipe 2 dapat menjadi penyebab seseorang kehilangan kakinya karena harus diamputasi. Orang yang menderita diabetes berkemungkinan 10 kali lebih besar menjalani amputasi kaki bagian bawah dibandingkan orang-orang yang tidak menderita penyakit ini. Amputasi dilakukan karena adanya kelainan tungkai bawah yang disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan saraf, dan infeksi. Pada gangguan pembuluh darah, kaki bisa terasa sakit, jika diraba terasa dingin, dan jika ada luka sukar sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang.
Saat dilakukan pemeriksaan, nadi pada kaki sukar diraba. Selain itu, kulit juga tampak pucat dan kebiru-biruan. Kemudian pada akhirnya dapat menjadi gangren atau jaringan busuk, lalu terinfeksi dan kuman tumbuh subur. Hal ini akan membahayakan pasien karena infeksi bisa menjalar ke seluruh tubuh.
Neuropati diabetik atau gangguan saraf dapat menimbulkan gangguan rasa (sensorik) berupa rasa kebal, kurang berasa, sampai mati rasa terhadap nyeri dan temperatur. Selain itu juga dapat terjadi gangguan motorik, berupa kelemahan otot, otot mengecil, kram otot, sensasi rasa terbakar dan menusuk-nusuk, serta mudah lelah. Gejala-gejala tersebut sering lebih memburuk pada malam hari. Gangguan saraf dapat pula membuat kaki lebih rentan mengalami perubahan bentuk (deformities) dan tulang rapuh.
Jika Anda merasakan beberapa gejala diabetes pada kaki, segera lakukan langkah perawatan dan rutin melakukan pemeriksaan kaki ke dokter. Jika diabaikan, akan sangat berbahaya. Misalnya pada kaki yang tidak berasa, akan berbahaya jika Anda menginjak benda tajam dan mengabaikannya karena tidak terasa padahal telah timbul luka, ditambah dengan mudahnya terjadi infeksi. Kalau sudah menjadi gangren, kaki harus dipotong di atas bagian yang membusuk tersebut.
Berikut langkah perawatan kaki bagi penyandang diabetes yang disarankan American College of Foot and Ankle Surgeons (ACFAS):
- Bersihkan kaki Anda setiap hari menggunakan air hangat dan sabun lembut. Hindari merendam kaki Anda. Setelah dirasa bersih, segera keringkan kaki beserta jari-jarinya dengan handuk lembut secara hati-hati.
- Setiap hari, periksa kaki dan jari kaki apakah ada luka, lecet, kemerahan, bengkak, kapalan, atau masalah lainnya. Segera beritahu dokter jika Anda menemukan masalah apapun.
- Setiap minggu, potong kuku dengan hati-hati. Kemudian, Anda boleh melembabkan kaki dengan lotion, tapi hindari sela-sela jari kaki.
- Cegah cidera pada kaki dengan tidak bertelanjang kaki meskipun berada di sekitar rumah. Pakailah kaos kaki yang lembut. Lalu, pilih sandal atau sepatu yang cocok dan memungkinkan jari-jari kaki untuk bergerak. Pastikan juga sepatu bersih dan tidak memiliki bagian tajam yang dapat melukai kaki Anda. Kemudian, setiap beberapa jam sekali, istirahatkan kaki dengan melepas sepatu sebentar.
Langkah lain yang dapat Anda lakukan untuk meminimalisir kemungkinan kaki diamputasi akibat diabetes meliputi:
- Berhenti merokok. Merokok dapat merusak sirkulasi darah dan mengurangi jumlah oksigen dalam darah. Akibatnya, luka pada kaki bisa lebih parah dan sulit sembuh.
- Periksa kadar gula darah secara rutin untuk memastikannya tetap terkendali.
- Konsumsi makanan yang sehat dan seimbang.
- Kurangi berat badan ke tingkat yang sehat agar kaki tidak terlalu berat menahan beban tubuh.
- Tetap aktif secara fisik untuk mempertahankan kekuatan, fleksibilitas dan aliran darah dan untuk mengontrol rasa sakit, terutama pada bagian kaki. Anda bisa mencoba bersepeda, berenang, atau aerobik.
Intinya, selalu tanggap dengan gejala diabetes, mau memperbaiki pola hidup, rutin melakukan perawatan dan pemeriksaan ke dokter adalah kunci menghindari kerusakan dan kehilangan bagian tubuh akibat diabetes.
Sumber:
Diabetes di Usia Muda. Holistic Health Solution. Hal. 18 dan Hal. 44-47
http://www.mayoclinic.com/health/amputation-and-diabetes/DA00140
by gl75FKPUUayArC | Aug 30, 2013 | 14
Duduk diam terlalu lama ternyata bisa meningkatkan risiko serangan diabetes. Karenanya, usahakan bangkit dari duduk setiap 30 menit sekali dan melakukan gerak tubuh ringan.
Satu lagi penelitian yang membuktikan betapa pentingnya aktivitas fisik dalam menjauhkan risiko serangan penyakit berat! Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dilakukan di University of Otago di Selandia Baru menyatakan bahwa aktivitas berjalan kaki selama sekitar dua menit yang dilakukan setiap 30 menit sekali ternyata ampuh memangkas risiko serangan penyakit diabetes. Menurut para peneliti, kegiatan berjalan kaki sejenak yang bisa dilakukan di sela-sela jam kantor tersebut bahkan lebih efektif dalam menekan kadar gula darah dibandingkan olahraga yang dilakukan secara rutin.
Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian lain yang dilakukan sebelumnya di lembaga riset medis Baker IDI Heart and Diabetes Institute, Australia. Menurut para peneliti, responden yang sering duduk dalam jangka waktu lama seperti pekerja kantoran, pengemudi, dan lain-lain, memiliki risiko terserang penyakit diabetes lebih besar dibandingkan mereka yang sehari-harinya aktif bekerja di lapangan.
Prof. David Dunstan, salah seorang peneliti, menyatakan bahwa hal tersebut bisa diatasi dengan melakukan aktivitas fisik ringan seperti berjalan kaki ataupun melakukan gerakan stretching (peregangan) setiap 20-30 menit sekali. “Kegiatan ringan tersebut terbukti dapat menurunkan kadar gula darah sebesar 30%. Dengan demikian, risiko terserang penyakit diabetes bisa dipangkas secara otomatis,” ujarnya.
Bagi para pekerja kantoran, bukan hanya berguna menurunkan tekanan darah, mengambil jeda sejenak dari aktivitas bekerja selama berjam-jam di depan komputer juga baik untuk mengistirahatkan serta menurunkan tekanan pada mata yang menjadi penyebab utama penyakit glukoma.
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo alihkan sejenak pandangan Anda dari layar komputer dan berjalan kakilah menuju pantry untuk mengambil segelas air minum.
Sumber:
http://www.dailymail.co.uk/health/article-2353558/Getting-desk-minutes-half-hour-slash-risk-diabetes.html- http://www.abc.net.au/news/2012-02-29/standing-up-from-desk-helps-avoid-diabetes/3859254- http://www.telegraph.co.uk/health/healthnews/9897955/Desk-breaks-more-important-than-gym-to-avoid-diabetes.html
by gl75FKPUUayArC | Aug 30, 2013 | Uncategorized
Duduk diam terlalu lama ternyata bisa meningkatkan risiko serangan diabetes. Karenanya, usahakan bangkit dari duduk setiap 30 menit sekali dan melakukan gerak tubuh ringan.
Satu lagi penelitian yang membuktikan betapa pentingnya aktivitas fisik dalam menjauhkan risiko serangan penyakit berat! Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dilakukan di University of Otago di Selandia Baru menyatakan bahwa aktivitas berjalan kaki selama sekitar dua menit yang dilakukan setiap 30 menit sekali ternyata ampuh memangkas risiko serangan penyakit diabetes. Menurut para peneliti, kegiatan berjalan kaki sejenak yang bisa dilakukan di sela-sela jam kantor tersebut bahkan lebih efektif dalam menekan kadar gula darah dibandingkan olahraga yang dilakukan secara rutin.
Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian lain yang dilakukan sebelumnya di lembaga riset medis Baker IDI Heart and Diabetes Institute, Australia. Menurut para peneliti, responden yang sering duduk dalam jangka waktu lama seperti pekerja kantoran, pengemudi, dan lain-lain, memiliki risiko terserang penyakit diabetes lebih besar dibandingkan mereka yang sehari-harinya aktif bekerja di lapangan.
Prof. David Dunstan, salah seorang peneliti, menyatakan bahwa hal tersebut bisa diatasi dengan melakukan aktivitas fisik ringan seperti berjalan kaki ataupun melakukan gerakan stretching (peregangan) setiap 20-30 menit sekali. “Kegiatan ringan tersebut terbukti dapat menurunkan kadar gula darah sebesar 30%. Dengan demikian, risiko terserang penyakit diabetes bisa dipangkas secara otomatis,” ujarnya.
Bagi para pekerja kantoran, bukan hanya berguna menurunkan tekanan darah, mengambil jeda sejenak dari aktivitas bekerja selama berjam-jam di depan komputer juga baik untuk mengistirahatkan serta menurunkan tekanan pada mata yang menjadi penyebab utama penyakit glukoma.
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo alihkan sejenak pandangan Anda dari layar komputer dan berjalan kakilah menuju pantry untuk mengambil segelas air minum.
Sumber:
http://www.dailymail.co.uk/health/article-2353558/Getting-desk-minutes-half-hour-slash-risk-diabetes.html- http://www.abc.net.au/news/2012-02-29/standing-up-from-desk-helps-avoid-diabetes/3859254- http://www.telegraph.co.uk/health/healthnews/9897955/Desk-breaks-more-important-than-gym-to-avoid-diabetes.html
by gl75FKPUUayArC | Aug 27, 2013 | Healthy Living
Posisi tidur yang baik bisa meningkatkan kualitas tidur sekaligus membantu Anda memelihara kesehatan.
Setiap orang memiliki posisi tidur yang berbeda: tidur terlentang, menelungkup, ataupun menyamping. Berbagai variasi posisi tersebut ternyata bisa mendatangkan efek yang berbeda-beda pula pada tubuh kita. Kenali gaya tidur Anda dan ketahui dampaknya terhadap kondisi kesehatan Anda saat ini:
1. Tidur Terlentang
Positifnya: Posisi seperti ini amat baik untuk menyeimbangkan berat badan, memelihara organ-organ dalam agar berada pada posisi yang benar, serta menghindari terjadinya nyeri punggung dan leher. Pastikan saja Anda meletakkan bantal di bawah lutut untuk menjaganya agar sejajar dengan posisi punggung. Posisi tidur terlentang juga baik untuk memelihara kekencangan kulit wajah, karena Anda bisa memanfaatkan daya gravitasi untuk melakukan “face-lift” alami.
Negatifnya: Jika Anda terbiasa mendengkur, maka tidur terlentang bukanlah pilihan yang baik. Dalam posisi terlentang, otot di sekitar lidah bisa jatuh menghalangi jalan pernapasan sehingga memperparah bunyi dengkuran. Tidur dalam posisi menyamping adalah pilihan yang lebih baik bagi Anda yang sering mendengkur.
2. Tidur Menyamping
Positifnya: Tidur dalam posisi meringkuk ke samping seperti janin dengan lutut menekuk dan guling yang diletakkan di antara kaki berguna meredakan tekanan pada punggung Anda. Kala tidur dalam posisi ini, pastikan Anda menggunakan bantal sehingga posisi kepala senantiasa sejajar dengan tulang punggung, tidak menekuk ke salah satu sisi. Posisi kepala yang menekuk bisa mengakibatkan Anda mengalami sakit leher ketika bangun dari tidur. Tidur dalam posisi menyamping berguna pula untuk meredakan rasa nyeri pada lambung.
Negatifnya: Sejauh ini tidak ada sisi negatif dari posisi tidur menyamping. Pasalnya, posisi tersebut adalah yang paling mirip dengan bentuk kurva alami tulang punggung manusia.
3. Tidur Menelungkup
Positifnya: Apabila Anda sering menderita nyeri punggung, maka posisi tidur menelungkup adalah cara tidur terbaik untuk meredakan rasa sakit yang Anda alami. Pada bayi, posisi tidur menelungkup juga berguna untuk membantu menguatkan otot dada dan perut.
Negatifnya: Di antara posisi tidur lainnya, ini adalah posisi tidur yang paling bisa mendatangkan risiko pada kesehatan. Menurut Jonathan FitzGordon, seorang pakar kesehatan tulang punggung dari New York, Amerika, tidur dalam posisi menelungkup bisa meratakan bentuk kurva tulang punggung alami. Selain itu, selama tidur, posisi kepala juga terpaksa menoleh ke salah satu sisi dalam jangka waktu lama. Akibatnya, Anda bisa terbangun dengan rasa nyeri pada daerah seputar kepala, leher, dan bahu.
Ingin bangun tidur dengan perasaan lebih segar keesokan harinya? Pilih posisi tidur yang cocok dan penuhilah kebutuhan tidur Anda sebanyak 8 jam setiap malam. Selamat bermimpi indah!
Sumber:
http://www.telegraph.co.uk/news/newstopics/howaboutthat/9617122/What-does-your-sleeping-position-say-about-you.html
http://www.fitsugar.com/Which-Sleep-Position-Healthiest-14571804
http://www.webmd.com/sleep-disorders/features/what-your-sleeping-style-says-about-you
by gl75FKPUUayArC | Aug 27, 2013 | 14
Menyandang status pra-diabetes merupakan peringatan keras untuk mulai menjalani pola hidup sehat. Ayo lakukan sesuatu untuk mencegahnya berkembang menjadi diabetes!
Sesuai namanya, yang disebut pra-diabetes adalah suatu kondisi dimana nilai kadar gula darah melebihi batas normal, namun masih belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes. Karenanya, ibarat mendapatkan “kartu kuning”, penyandang status pra-diabetes masih memiliki satu kesempatan lagi untuk melakukan perbaikan dan menghindari ancaman penyakit diabetes.
Sayangnya, tak sedikit penyandang status pra-diabetes yang masih melakukan 5 kesalahan berikut sehingga terpaksa mendapat ganjaran “kartu merah” alias menjadi penyandang diabetes tipe 2:
1. Mengabaikan Diagnosis Pra-diabetes
Meski belum memasuki fase diabetes, diagnosis pradiabetes saja sudah merupakan suatu peringatan keras agar Anda memperbaiki gaya hidup selama ini. Karena itu, jangan pernah sekali pun menyepelekan diagnosis pradiabetes dan mengabaikan masukan dari dokter. Faktanya, antara 10-15% pasien pradiabetes akan “naik kelas” dan memasuki fase diabetes dalam tempo 8- 10 tahun kemudian. Jangan sampai Anda menjadi salah seorang diantaranya!
2. Tidak Menjaga Berat Badan Ideal
Obesitas merupakan salah satu penyebab utama berkembangnya penyakit diabetes. Menurut Dr. Armand Krikorian, spesialis endokrinologi dari University Hospitals Case Medical Center di Ohio, Amerika, semakin tinggi berat badan kita, maka kerja insulin untuk mempertahankan keseimbangan kadar gula darah akan bertambah berat. Karenanya, upaya pencapaian berat badan ideal merupakan tindak pencegahan yang amat perlu dilakukan oleh para pasien pradiabetes.
3. Tidak Berolahraga
Menurut organisasi Centers for Disease Control and Prevention di Amerika, gaya hidup masyarakat perkotaan yang serba sibuk mengakibatkan semakin sedikitnya jumlah aktivitas fisik—terutama olahraga, yang mereka lakukan. Akibatnya, risiko serangan penyakit berat—termasuk diabetes, juga kian meningkat. Padahal, olahraga mampu membuat tubuh lebih sensitif terhadap insulin sehingga sel-sel tubuh mampu menyerap gula dalam jumlah lebih banyak. Olahraga juga mampu melancarkan peredaran darah menuju ke seluruh tubuh sehingga memperbanyak jumlah gula yang mampu diserap ke dalam sel-sel tubuh.
4. Tidak Mengonsumsi Serat
Serat adalah jenis nutrisi yang banyak gunanya bagi tubuh kita. Selain bermanfaat melancarkan proses pencernaan, serat juga dapat membantu mempertahankan rasa kenyang lebih lama sehingga amat baik untuk mendukung program pencapaian berat badan ideal Anda. Serat juga dapat membantu mengikat sel-sel lemak di dalam darah sehingga menghindari terjadinya penyempitan pembuluh darah. Jika aliran darah lancar, maka distribusi gula menuju sel-sel tubuh pun akan berlangsung dengan lancar pula. Serat juga bisa diperoleh dari sayuran, buah, kacang-kacangan seperti kedelai, atau Anda bisa mengonsumsi cemilan sehat seperti fruit soy bar.
5. Tenggelam Dalam Stres
Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Gothenburg, Swedia, menemukan bahwa orang yang mengalami stres secara terus-menerus memiliki risiko terserang diabetes sebesar 45% lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah atau jarang mengalami stres. Pasalnya, ketika stres, tubuh akan melepaskan hormon stres yang disebut kortisol ke dalam darah. Hormon ini akan mengirimkan banyak gula ke dalam darah dengan maksud menyediakan “bahan bakar” untuk membuat energi, sehingga kadar gula darah pun meningkat. Selain kortisol, beberapa hormon stres lainnya juga dapat menyebabkan resistensi insulin.
Dengan menghindari kelima pantangan di atas, Anda yang berstatus pradiabetes pun dapat terhindar dari ancaman diabetes yang sudah di “ambang pintu”.
Sumber:
http://www.rd.com/slideshows/prediabetes-mistakes-to-avoid/#slideshow=slide7
http://edition.cnn.com/2010/HEALTH/11/23/diabetes.prevention/index.html
http://www.livestrong.com/article/84099-exercise-prevent-diabetes/
http://health.kompas.com/read/2011/12/22/13325682/3.Cara.Stres.Memengaruhi.Diabetes
by gl75FKPUUayArC | Aug 27, 2013 | Healthy Living
Bukan hanya menimbulkan masalah pada penampilan, perut buncit juga bisa menjadi penyebab munculnya kondisi sleep apnea yang bisa mengancam jiwa.
Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahaya kondisi obesitas bagi kesehatan. Selain bisa memicu munculnya diabetes, serangan jantung, dan stroke, obesitas juga dinyatakan sebagai penyebab terjadinya obstructive sleep apnea (napas terhenti saat tidur), baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Faktor utama yang mengakibatkan terhentinya napas adalah tumpukan lemak pada daerah leher, dada, dan perut yang mengganggu kelancaran proses pernapasan.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang menyatakan bahwa penumpukan lemak visceral (lemak yang terkonsentrasi pada bagian perut) memiliki hubungan langsung terhadap terjadinya sleep apnea pada orang dewasa. Berdasarkan penelitian, orang yang memiliki kadar lemak visceral dalam jumlah tinggi juga memiliki tingkat oksigen dalam darah yang rendah, yang merupakan salah satu ciri penting pada penderita sleep apnea.
Penelitian lain yang dilakukan di Pennsylvania State College of Medicine, Amerika, juga menemukan kaitan antara lemak visceral dan sleep apnea, bahkan pada pria yang tidak dikategorikan menyandang obesitas.
Kabar baiknya, sleep apnea bisa dirawat. Salah satu terapi yang sudah terbukti bisa mengurangi insiden sleep apnea adalah penggunaan terapi CPAP (continous positive airway pressure). Metode terapi tersebut menggunakan masker yang berfungsi mengatur tekanan udara yang masuk ke saluran napas saat tidur.
Selain itu, mengatur pola makan dan meningkatkan aktvitas fisik—terutama olahraga yang berfokus melatih otot perut, juga dianjurkan untuk mengatasi kondisi obesitas dan mengecilkan lingkar pinggang.
Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, sleep apnea serta berbagai gangguan kesehatan lainnya akibat obesitas pun bisa diatasi secara bertahap.
Sumber:
http://www.sleepfoundation.org/article/sleep-topics/obesity-and-sleep
http://www.huffingtonpost.com/dr-michael-j-breus/abdominal-fat-sleep-apnea_b_3529521.html
by gl75FKPUUayArC | Aug 27, 2013 | Uncategorized
Posisi tidur yang baik bisa meningkatkan kualitas tidur sekaligus membantu Anda memelihara kesehatan.
Setiap orang memiliki posisi tidur yang berbeda: tidur terlentang, menelungkup, ataupun menyamping. Berbagai variasi posisi tersebut ternyata bisa mendatangkan efek yang berbeda-beda pula pada tubuh kita. Kenali gaya tidur Anda dan ketahui dampaknya terhadap kondisi kesehatan Anda saat ini:
1. Tidur Terlentang
Positifnya: Posisi seperti ini amat baik untuk menyeimbangkan berat badan, memelihara organ-organ dalam agar berada pada posisi yang benar, serta menghindari terjadinya nyeri punggung dan leher. Pastikan saja Anda meletakkan bantal di bawah lutut untuk menjaganya agar sejajar dengan posisi punggung. Posisi tidur terlentang juga baik untuk memelihara kekencangan kulit wajah, karena Anda bisa memanfaatkan daya gravitasi untuk melakukan “face-lift” alami.
Negatifnya: Jika Anda terbiasa mendengkur, maka tidur terlentang bukanlah pilihan yang baik. Dalam posisi terlentang, otot di sekitar lidah bisa jatuh menghalangi jalan pernapasan sehingga memperparah bunyi dengkuran. Tidur dalam posisi menyamping adalah pilihan yang lebih baik bagi Anda yang sering mendengkur.
2. Tidur Menyamping
Positifnya: Tidur dalam posisi meringkuk ke samping seperti janin dengan lutut menekuk dan guling yang diletakkan di antara kaki berguna meredakan tekanan pada punggung Anda. Kala tidur dalam posisi ini, pastikan Anda menggunakan bantal sehingga posisi kepala senantiasa sejajar dengan tulang punggung, tidak menekuk ke salah satu sisi. Posisi kepala yang menekuk bisa mengakibatkan Anda mengalami sakit leher ketika bangun dari tidur. Tidur dalam posisi menyamping berguna pula untuk meredakan rasa nyeri pada lambung.
Negatifnya: Sejauh ini tidak ada sisi negatif dari posisi tidur menyamping. Pasalnya, posisi tersebut adalah yang paling mirip dengan bentuk kurva alami tulang punggung manusia.
3. Tidur Menelungkup
Positifnya: Apabila Anda sering menderita nyeri punggung, maka posisi tidur menelungkup adalah cara tidur terbaik untuk meredakan rasa sakit yang Anda alami. Pada bayi, posisi tidur menelungkup juga berguna untuk membantu menguatkan otot dada dan perut.
Negatifnya: Di antara posisi tidur lainnya, ini adalah posisi tidur yang paling bisa mendatangkan risiko pada kesehatan. Menurut Jonathan FitzGordon, seorang pakar kesehatan tulang punggung dari New York, Amerika, tidur dalam posisi menelungkup bisa meratakan bentuk kurva tulang punggung alami. Selain itu, selama tidur, posisi kepala juga terpaksa menoleh ke salah satu sisi dalam jangka waktu lama. Akibatnya, Anda bisa terbangun dengan rasa nyeri pada daerah seputar kepala, leher, dan bahu.
Ingin bangun tidur dengan perasaan lebih segar keesokan harinya? Pilih posisi tidur yang cocok dan penuhilah kebutuhan tidur Anda sebanyak 8 jam setiap malam. Selamat bermimpi indah!
Sumber:
http://www.telegraph.co.uk/news/newstopics/howaboutthat/9617122/What-does-your-sleeping-position-say-about-you.html
http://www.fitsugar.com/Which-Sleep-Position-Healthiest-14571804
http://www.webmd.com/sleep-disorders/features/what-your-sleeping-style-says-about-you