Apakah kamu sering mendengar istilah #DefisitKalori?

Defisit kalori terjadi ketika jumlah kalori yang kamu konsumsi dalam sehari lebih kecil dari jumlah kalori yang kamu bakar. Hal ini umumnya di lakukan untuk mempertahankan berat badan mereka selama jangka waktu tertentu. Seiring waktu, pengurangan kalori ini dapat menyebabkan penurunan berat badan. Akan tetapi, banyak orang yang salah kaprah dengan cara atur pola makan #DefisitKalori!

Yuk intip apa aja kesalahan yang sering dialami pemula ketika melakukan #DefisitKalori!

1. Membatasi asupan kalori berlebihan

Secara umum, kebutuhan kalori per hari rata-rata pria dewasa adalah 2.450 kalori, sedangkan perempuan dewasa adalah sekitar 2.000 kalori. 1 Namun, ketika melakukan #DefisitKalori!, orang cenderung hanya makan sedikit atau mengurangi asupan makan secara drastis. Faktanya, kebiasaan diet ekstrim dengan cara membatasi asupan kalori berlebihan, atau makan sedikit-dikitnya dapat menyebabkan metabolisme tubuh melambat.2,3,4 Tahukah kamu, kondisi ini dapat menurunkan jumlah kalori yang dibakar tubuh hingga 23%. 4 Itulah mengapa, >80% orang yang berhasil turun berat badan mengalami kenaikan kembali! 4

Selain itu, pola makan #DefisitKalori! dapat menyebabkan penurunan masa otot. Terlebih lagi, kehilangan masa otot ini diakibatkan karena kurangnya asupan protein harian. Tahukah kamu, meningkatkan asupan protein dan olahraga ketika melakukan #DefisitKalori!, dapat mengurangi risiko kehilangan masa otot. 5 Daging ayam, telur, susu dan makanan berbahan dasar kacang kedelai (tempe, tahu) merupakan sumber protein alternatif yang bagus untuk tubuh.

2. Makan asal jenis makanan

“Kamu adalah Apa yang Kamu Makan!”

Tahukah kamu, 95.5% orang Indonesia melakukan diet tidak sehat! Contohnya, ketika menerapkan pola makan #DefisitKalori! mereka cenderung asal dalam memilih jenis makanan. Karena orang cenderung berpikir bahwa selama jumlah asupan kalori yang dikonsumsi sedikit, jenis makanan tidak perlu diperhatikan. Faktanya, orang Indonesia banyak mengonsumsi makanan tinggi gula, garam dan lemak. Oleh karena itu 1 dari 5 orang dewasa Indonesia, 1 dari 5 anak berusia 5-12 tahun, dan 1 dari 7 remaja berusia 13-18 tahun mengalami kelebihan berat badan (overweight dan obese). 6

Tahukah kamu, konsumsi makanan yang mengandung tinggi protein dan rendah glikemik, bantu kamu peroleh penurunan berat badan secara sehat dan kenyang lebih lama, hingga bantu mencegah kamu untuk naik berat badan kembali selama 3 tahun menjalani program penurunan berat badan. 7,8

3. Mager gerak

Tahukah kamu, penyebab berat badan tak kunjung turun meski sudah #DefisitKalori?

Alasan umum yang kamu harus tau adalah ketika melakukan #DefisitKalori! orang cenderung hanya fokus untuk mengurangi asupan kalori, tapi melupakan olahraga, alias mager gerak. Faktanya, persentase penduduk Indonesia yang mager gerak meningkat menjadi 33.5% di tahun 2018. DKI Jakarta merupakan kota dengan persentase orang mager terbanyak di Indonesia (47.8%). 6 Yuk jangan lupa olahraga minimal 30 menit sehari

Jadi sudah tau apa aja kesalahan yang sering dialami pemula ketika melakukan #DefisitKalori!  Yuk #MakanSOYJOY!  SOYJOY, satu-satunya bar dengan #KebaikanKedelai utuh yang tinggi serat, tinggi protein 8,9, dan dicerna perlahan dalam tubuh, bantu kenyang lebih lama, jadi #Soylution praktis sebagai camilan harian alternatif guna penuhi kebutuhan protein kamu!

Referensi:

  1. Kemenkes, R. I. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tahun 2019 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia. Jakarta, Kemenkes RI.
  2. Müller, M. J., & Bosy‐Westphal, A. (2013). Adaptive thermogenesis with weight loss in humans. Obesity, 21(2), 218-228.
  3. Fothergill, E., Guo, J., Howard, L., Kerns, J. C., Knuth, N. D., Brychta, R., … & Hall, K. D. (2016). Persistent metabolic adaptation 6 years after “The Biggest Loser” competition. Obesity, 24(8), 1612-1619.
  4. Rosenbaum, M., & Leibel, R. L. (2010). Adaptive thermogenesis in humans. International journal of obesity, 34(1), S47-S55.
  5. Cava, E., Yeat, N. C., & Mittendorfer, B. (2017). Preserving healthy muscle during weight loss. Advances in nutrition8(3), 511-519.
  6. Kemenkes, R. I. (2018). Laporan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) Indonesia tahun 2018. Riset Kesehatan Dasar, 2018, 182-183.
  7. Zhu, R., Fogelholm, M., Larsen, T. M., Poppitt, S. D., Silvestre, M. P., Vestentoft, P. S., … & Raben, A. (2021). A high-protein, low glycemic index diet suppresses hunger but not weight regain after weight loss: results from a large, 3-years randomized trial (PREVIEW). Frontiers in nutrition, 249.
  8. Waliłko, E., Napierała, M., Bryśkiewicz, M., Fronczyk, A., & Majkowska, L. (2021). High-Protein or Low Glycemic Index Diet—Which Energy-Restricted Diet Is Better to Start a Weight Loss Program?. Nutrients13(4), 1086.
  9. Nurdin NM, Navratilova HF, Ekawidyani KR, Pratiwi D & Kurniawan MY. (2020). Soy Flour-Based Snack Bar as Potential Snack Alternative for Diabetes Mellitus. Jurnal Gizi dan Pangan15(3), 125-132.
  10. Dukariya G, Shah S, Singh G, & Kumar A (2020). Soybean and its products: nutritional and health benefits. J Nut Sci Heal Diet 1(2): 22-29