Snack bar tinggi protein dan bebas gluten, apa kelebihannya?

Snack bar tinggi protein dan bebas gluten, apa kelebihannya?

Makanan tinggi protein masih menjadi primadona di kalangan sport enthusiast. Hal ini tidak terlepas dari beberapa fungsi protein itu sendiri, seperti untuk memperbaiki dan membangun kembali jaringan otot yang rusak, membantu pembentukan massa otot baru, mengurangi kerusakan otot, serta membantu mempercepat proses pemulihan1,2,3. Namun untuk memenuhi kebutuhan protein harian, sering kali terdapat beberapa tantangan. Misalnya pada orang yang memiliki sensitivitas atau intoleransi dengan gluten, mereka harus lebih jeli lagi dalam memilih makanan tinggi protein yang juga bebas dari gluten. 

 

Konsumsi produk bebas gluten cukup menjadi trending di berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum, sport enthusiast, bahkan atlet. Namun beberapa makanan bebas gluten dalam kemasan cenderung memiliki komposisi zat gizi yang kurang seimbang, seperti rendah protein4. Sehingga perlu ketelitian yang lebih tinggi pada saat memilih makanan yang bebas gluten. Namun apa sih sebenarnya makanan bebas gluten itu? Lalu apa kelebihannya ketika kita memilih snack bar tinggi protein bebas gluten? Yuk kita simak penjelasan lengkapnya!

 

Apa Itu Gluten?

Gluten adalah protein yang terdapat dalam biji-bijian seperti gandum, barley, dan rye. Gluten sebenarnya memiliki peran penting, yaitu memberikan elastisitas pada adonan roti dan membantu makanan mempertahankan bentuknya5

 

Bagi orang yang tidak menderita autoimun terhadap gluten atau biasa dikenal dengan Celiac disease, maupun mereka yang intoleran terhadap gluten, konsumsi makanan bebas gluten tidak memiliki efek yang signifikan terhadap performa olahraga6. Namun kondisi ini tentu sangat berbeda pada orang yang memiliki penyakit celiac atau intoleransi gluten, konsumsi makanan yang mengandung gluten menyebabkan berbagai gangguan kesehatan hingga pada kondisi serius.

 

Dampak gluten pada tubuh

Gluten memiliki dampak yang cukup signifikan apabila dikonsumsi oleh orang yang memiliki penyakit celiac atau intoleransi terhadap gluten, seperti:

 

  1. Gangguan Pencernaan

Bagi mereka yang memiliki intoleransi gluten atau penyakit celiac, mengonsumsi gluten dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti kembung, diare, dan sakit perut7. Gangguan ini tentu saja dapat mengganggu performa berolahraga.

Bahkan bagi mereka yang tidak memiliki intoleransi gluten, ada beberapa laporan tentang gangguan pencernaan ringan setelah mengonsumsi gluten dalam jumlah besar, yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan performa saat berolahraga8.

 

  1. Penyerapan zat gizi

Bagi penderita penyakit celiac, gluten dapat menyebabkan peradangan kronis pada usus. Peradangan ini bisa menghambat penyerapan zat gizi penting yang diperlukan untuk performa otot dan pemulihan setelah berolahraga9,10,11.

 

  1. Peradangan

Konsumsi gluten pada individu yang sensitif dapat menyebabkan peradangan kronis, yang dapat mempengaruhi kesehatan dan performa secara keseluruhan12. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet bebas gluten dapat mengurangi peradangan pada orang yang sensitif terhadap gluten, yang dapat berkontribusi pada pemulihan otot yang lebih cepat13

 

Kelebihan snack bar tinggi protein dan bebas gluten

Snack bar tinggi protein dan bebas gluten menawarkan berbagai manfaat yang dapat membantu kamu mencapai performa olahraga yang optimal. Berikut adalah beberapa kelebihannya:

 

  • Sumber Energi yang Stabil dan Mendukung Pemulihan Otot

Snack bar bebas gluten sering kali terbuat dari bahan-bahan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah-buahan kering yang memberikan energi tahan lama tanpa lonjakan gula darah yang drastis. Hal ini akan membuat tubuh kamu mendapatkan energi yang stabil dan mencegah kelelahan. Selain itu, protein dalam snack bar juga dapat membantu memperbaiki dan membangun otot setelah latihan intensif. Hal ini penting untuk pemulihan otot dan mencegah cedera1,2,3.

 

  1. Praktis Dikonsumsi dan Mudah Dibawa

Snack bar adalah camilan yang praktis untuk kamu konsumsi dan mudah dibawa, sehingga menjadikannya pilihan ideal untuk kamu konsumsi baik pada saat sebelum maupun setelah latihan atau sebagai snacking bergizi saat bepergian.

 

  1. Mengurangi Risiko Gangguan Pencernaan

Bagi mereka yang sensitif terhadap gluten, snack bar bebas gluten mengurangi risiko gangguan pencernaan yang dapat mengganggu latihan dan performa olahraga14

Nah ada sedikit tips nih buat kamu yang sensitif terhadap gluten! Pastikan untuk selalu membaca label kemasan, sehinga kamu benar-benar yakin snack bar yang akan kamu konsumsi terbuat dari bahan-bahan berkualitas dan bebas gluten tentunya.

Kamu bisa memilih dan menjadikan SOYJOY sebagai snack bar bebas gluten yang tentunya tinggi protein loh! Terutama pada varian SOYJOY Open Sesame, dimana dalam setiap bar nya mengandung protein lebih tinggi hingga sebesar 7 gram. Selain itu karena SOYJOY dibuat dari kebaikan kedelai utuh dan bahan-bahan bebas gluten, sehingga aman untuk dikonsumsi bagi kamu yang memiliki sensitivitas terhadap gluten. 

 

Sudah makan SOYJOY hari ini?

 

Referensi:

  1. Jäger, R., Kerksick, C. M., Campbell, B. I., Cribb, P. J., Wells, S. D., Skwiat, T. M., … & Antonio, J. (2017). International society of sports nutrition position stand: protein and exercise. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 14, 1-25.
  2. Moore, D. R. (2019). Maximizing post-exercise anabolism: the case for relative protein intakes. Frontiers in nutrition, 6, 485822.
  3. Deutz, N. E., Bauer, J. M., Barazzoni, R., Biolo, G., Boirie, Y., Bosy-Westphal, A., … & Calder, P. C. (2014). Protein intake and exercise for optimal muscle function with aging: recommendations from the ESPEN Expert Group. Clinical nutrition, 33(6), 929-936. 
  4. Kulai, T., & Rashid, M. (2014). Assessment of nutritional adequacy of packaged gluten-free food products. Canadian Journal of Dietetic Practice and Research, 75(4), 186-190.
  5. Giménez, M. J., Gil-Humanes, J., Alvarez, J. B., & Barro, F. (2015). Cereals Taxonomy: The Role of Domestication and Breeding on Gluten Intolerance. Advances in the Understanding of Gluten related Pathology and the Evolution of Gluten-Free Foods, 493.
  6. Lis, D., Stellingwerff, T., Kitic, C. M., Ahuja, K. D., & Fell, J. (2015). No effects of a short-term gluten-free diet on performance in nonceliac athletes. Medicine & Science in Sports & Exercise, 47(12), 2563-2570.
  7. Salomatov, A., Shcherbakova, E., & Mezentcev, V. (2019, November). Gluten Free Food in the diet of athletes. In 4th International Conference on Innovations in Sports, Tourism and Instructional Science (ICISTIS 2019) (pp. 234-237). Atlantis Press.
  8. Al-Toma, A., Volta, U., Auricchio, R., Castillejo, G., Sanders, D. S., Cellier, C., … & Lundin, K. E. (2019). European Society for the Study of Coeliac Disease (ESsCD) guideline for coeliac disease and other gluten-related disorders. United European gastroenterology journal, 7(5), 583-613.
  9. Biesiekierski, J. R. (2017). What is gluten?. Journal of gastroenterology and hepatology, 32, 78-81.
  10. Cabanillas, B. (2020). Gluten-related disorders: Celiac disease, wheat allergy, and nonceliac gluten sensitivity. Critical reviews in food science and nutrition, 60(15), 2606-2621.
  11. Elli, L., Branchi, F., Tomba, C., Villalta, D., Norsa, L., Ferretti, F., … & Bardella, M. T. (2015). Diagnosis of gluten related disorders: Celiac disease, wheat allergy and non-celiac gluten sensitivity. World journal of gastroenterology: WJG, 21(23), 7110.
  12. Ziegler, K., Neumann, J., Liu, F., Fröhlich-Nowoisky, J., Cremer, C., Saloga, J., … & Lucas, K. (2019). Nitration of wheat amylase trypsin inhibitors increases their innate and adaptive immunostimulatory potential in vitro. Frontiers in immunology, 9, 3174.
  13. D’angelo, S. T. E. F. A. N. I. A., Cusano, P., & Di Palma, D. (2020). Gluten-free diets in athletes. Journal of Physical Education and Sport, 20, 2330-2336.
  14. Lis, D. M., Fell, J. W., Ahuja, K. D., Kitic, C. M., & Stellingwerff, T. (2016). Commercial Hype Versus Reality: Our Current Scientific Understanding of Gluten and Athletic Performance. Current sports medicine reports, 15(4), 262–268. https://doi.org/10.1249/JSR.0000000000000282

 

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

Sudah Annual Check-Up Prediabetes belum Tahun ini? Yuk, jangan sampe Skip ya!

Sudah Annual Check-Up Prediabetes belum Tahun ini? Yuk, jangan sampe Skip ya!

Melewati awal tahun 2025, semakin banyak pemberitaan terkait dengan masalah kesehatan yang cukup mengkhawatirkan dan perlu menjadi perhatian kita saat ini, yaitu adanya peningkatan penderita Prediabetes dan Diabetes Melitus jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terbukti dari perbandingan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 20181 dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 20232, dimana angka penderita Diabetes Melitus pada penduduk berusia ≥ 15 tahun meningkat dari 10,9% menjadi 11,7%. Hasil temuan pada SKI ternyata lebih tinggi jika dibandingkan estimasi prevalensi dari International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2021 loh3

 

Namun, tahukah kamu bahwa diabetes sebenarnya dapat dicegah sejak fase prediabetes dengan melakukan perubahan gaya hidup dan perawatan yang tepat? Yuk, kita bahas lebih lanjut tentang pentingnya skrining prediabetes sebagai mid-year check point!

 

Diabetes dan Prediabetes di Indonesia

Diabetes adalah kondisi di mana kadar gula darah seseorang melebihi batas normal. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti penyakit jantung, kerusakan saraf, dan masalah penglihatan4

Di Indonesia, prevalensi diabetes terus meningkat akibat gaya hidup yang tidak sehat dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan rutin1,2

 

Prediabetes adalah suatu kondisi di mana kadar gula darah seseorang lebih tinggi dari normal, tetapi belum cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes tipe 2. Prediabetes dapat diidentifikasi dari hasil gula darah puasa (GDP) sebesar 100-125 mg/dL; atau gula darah 2 jam setelah TTGO 140-200 mg/dL; atau HbA1c 5,7-6,4%4.

Di Indonesia sendiri,  1 dari 3 orang berusia ≥ 15 tahun yang diperiksa gula darahnya memiliki hasil yang tergolong ke dalam prediabetes2

 

Prediabetes adalah tanda peringatan bahwa kamu berisiko tinggi terkena diabetes. Pada pengamatan individu dengan prediabetes dalam perkembangannya mempunyai 3 kemungkinan, yaitu berkembang menjadi diabetes, tetap sebagai prediabetes, dan sepertiganya akan kembali ke gula darah normal. Namun, dengan deteksi dini dan perubahan gaya hidup yang tepat, prediabetes bisa diatasi sebelum berkembang menjadi diabetes5.

 

Siapa saja yang disarankan untuk melakukan pemeriksaan prediabetes secara rutin4

  • Orang yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 23 kg/m² 
  • Memiliki riwayat keturunan diabetes dalam keluarga
  • Aktivitas fisik harian yang kurang
  • Hipertensi atau tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg)
  • HDL <35 mg/dL dan atau trigliserida >250 mg/dL
  • Wanita dengan sindrom polokistik ovarium (PCOS)
  • Wanita dengan riwayat diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg
  • Serta memiliki riwayat pemeriksaan prediabetes sebelumnya

 

Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Prediabetes Berkembang menjadi Diabetes

Mengubah gaya hidup adalah kunci untuk mencegah prediabetes berkembang menjadi diabetes. Berikut ada beberapa tips pola hidup sehat yang dapat kamu terapkan nih!

1. Makan Sehat

Beberapa studi menyimpulkan bahwa pengaturan pola makan dapat mengurangi risiko prediabetes berkembang menjadi diabetes sebesar 32%6. Utamakan konsumsi makanan yang tinggi serat, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Makanan yang tinggi gula dan lemak juga sebaiknya dihindari7. Selain itu, pilihlah makanan atau camilan yang mempunyai indeks glikemik rendah, seperti SOYJOY yang terbuat dari kedelai utuh, tinggi protein dan serat sehingga bisa bantu jaga gula darah kamu tetap stabil.

2. Aktivitas Fisik dan Olahraga

Aktivitas fisik dan olahraga merupakan bagian yang tidak kalah penting dalam penanganan prediabetes. Proporsi penderita diabetes usia 18-59 tahun yang melakukan aktivitas fisik kurang, 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan penderita diabetes yang melakukan aktivitas fisik cukup. Studi membuktikan aktivitas fisik dan olahraga dapat menurunkan risiko diabetes sampai dengan 42% dan apabila dikombinasikan dengan perbaikan pola makan, risiko dapat menurun hingga 58%2

Hal ini karena peningkatan aktivitas fisik dan olahraga dapatmenurunkan peningkatkan kadar gula darah setelah makan, memperbaiki metabolisme tubuh, serta membantu memperbaiki respon tubuh terhadap hormon insulin yang mengatur kadar gula dalam darah. Lakukan aktivitas fisik dan olahraga setidaknya 150 menit dalam seminggu, seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda, atau latihan angkat beban untuk meningkatkan massa otot tubuh5

3. Pantau Berat Badan

Mencapai dan menjaga berat badan ideal dapat membantu mengurangi risiko diabetes. Sebuah studi menunjukkan bahwa penurunan 1 kg berat badan akan menurunkan risiko  diabetes sebesar 7%8. Selain memantau berat badan secara keseluruhan, penting juga untuk memperhatikan lingkar perut kamu jangan sampai tergolong obesitas sentral (lingkar perut >80 cm untuk wanita dan >90 cm untuk laki-laki). Berdasarkan salah satu penelitian di Jepang, individu dengan obesitas sentral memiliki risiko 72% lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan individu tanpa obesitas sentral9. Pada penderita diabetes usia 18-59 tahun yang tergolong obesitas sentral, jumlahnya 3 kali lebih tinggi dibandingkan penderita diabetes yang memiliki lingkar perut dibawah itu.

4. Hindari  Konsumsi Alkohol dan Merokok

Setelah mengatur pola makan, berolahraga, dan menjaga berat badan ideal, kini saatnya juga untuk mulai mengurangi kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Merokok dapat meningkatkan risiko diabetes dan komplikasi lainnya. Terdapat peningkatan risiko dua kali lipat untuk menjadi diabetes pada individu yang merokok dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok5. Selain itu, alkohol pada umumnya memiliki kandungan gula yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan risiko diabetes.

Meningkatnya jumlah penderita diabetes di Indonesia adalah masalah serius yang perlu perhatian kita semua. Namun, dengan melakukan pemeriksaan prediabetes secara rutin, kita dapat mendeteksi kondisi ini sejak dini dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan. Pola hidup sehat seperti memilih makanan bergizi, berolahraga rutin, dan menjaga berat badan ideal adalah langkah-langkah penting untuk mencegah prediabetes berkembang menjadi diabetes.

Jadi, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan rutin dan memulai perubahan gaya hidup sehat sekarang juga, ya!

 

Referensi:

  1. Kemenkes, R. I. (2018). Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2018. Riset Kesehatan Dasar, 2018, 182-183.
  2. Kementerian  Kesehatan, R. I.  (2023).  Survei  Kesehatan  Indonesia (SKI) 2023. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
  3. Federation, I. D. (2021). IDF diabetes atlas, tenth. International Diabetes.
  4. PERKENI. (2021). Pedoman pengelolaan dan pencegahan Diabetes melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PB Perkeni, 46.
  5. PERSADIA dan PERKENI. (2019). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Prediabetes di Indonesia 2019. Surabaya: Airlangga University Press. ISBN 987-602-473-588-3
  6. Evert, A. B., Dennison, M., Gardner, C. D., Garvey, W. T., Lau, K. H. K., MacLeod, J., … & Yancy Jr, W. S. (2019). Nutrition therapy for adults with diabetes or prediabetes: a consensus report. Diabetes care, 42(5), 731.
  7. NICE. (2019). Type 2 Diabetes: prevention in people at high risk. National Institute for Health and Care Excellence 2019.
  8. Haw, J. S., Galaviz, K. I., Straus, A. N., Kowalski, A. J., Magee, M. J., Weber, M. B., … & Ali, M. K. (2017). Long-term sustainability of diabetes prevention approaches: a systematic review and meta-analysis of randomized clinical trials. JAMA internal medicine, 177(12), 1808-1817.
  9. Cao, C., Hu, H., Zheng, X., Zhang, X., Wang, Y., & He, Y. (2022). Association between central obesity and incident diabetes mellitus among Japanese: a retrospective cohort study using propensity score matching. Scientific Reports, 12(1), 13445.

 

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

Selain Indeks Glikemik, Diabetesi juga harus tahu tentang Beban Glikemik

Selain Indeks Glikemik, Diabetesi juga harus tahu tentang Beban Glikemik

Pola makan dan pola hidup merupakan hal yang krusial dalam penanganan diabetes.

Bagi diabetesi, menjaga gula darah tetap stabil adalah prioritas utama karena dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti komplikasi pada diabetes. Salah satu pola makan yang direkomendasikan adalah dengan mengikuti konsep pola makan 3J, yaitu tepat jadwal, tepat jumlah, dan tepat jenis

 

Selain makan pada jadwal yang teratur dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, pemilihan jenis makanan juga harus menjadi perhatian khusus diabetesi. Misalnya, pemilihan jenis karbohidrat yang lebih kompleks dan tinggi serat, rendah lemak jenuh, serta rendah natrium. Selain itu diabetesi juga disarankan untuk memilih jenis makanan yang memiliki indeks glikemik dan beban glikemik yang rendah1,2.

 

Pentingnya Indeks Glikemik (IG) dan Beban Glikemik (BG)

Indeks Glikemik (IG) menunjukkan kecepatan makanan meningkatkan gula darah. Sedangkan konsep Beban Glikemik (BG) menggabungkan kualitas (yaitu indeks glikemik) dengan jumlah karbohidrat tersedia dalam satu porsi makanan yang dikonsumsi. Oleh karena itu, BG akan memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai dampak total dari sebuah makanan ketika dikonsumsi terhadap gula darah3.

 

Berdasarkan BG-nya, makanan dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu BG rendah (≤10), sedang (11-19), atau tinggi (≥20)4

Memilih makanan dengan BG rendah memiliki manfaat besar bagi diabetesi, karena membantu mengontrol gula darah, mencegah kenaikan gula darah yang tiba-tiba, dan mengurangi risiko komplikasi diabetes5

 

Sebuah makanan mungkin memiliki indeks glikemik yang tinggi. Namun apabila kandungan karbohidrat pada rata-rata pernyajian tidak berlebihan, maka tidak akan berdampak signifikan dalam meningkatkan kadar gula darah. Pada konsep inilah suatu makanan dapat dikatakan memiliki beban glikemik yang rendah.

 

Sebagai contoh:

  • Semangka memiliki IG sedang (55) tetapi BG rendah (8) karena kandungan karbohidratnya kecil6
  • Namun, seperti nasi putih yang memiliki IG dan BG tinggi, sehingga sebaiknya dibatasi atau dihindari konsumsinya7

 

Camilan yang memiliki BG rendah

Tenang, bagi diabetesi yang ingin mengonsumsi camilan dengan BG yang rendah, SOYJOY hadir untuk menjawab keresahan tersebut. SOYJOY merupakan snack bar yang terbuat dari kedelai utuh, tinggi protein dan juga serat, serta memiliki indeks glikemik dan beban glikemik yang rendah loh! Seluruh varian SOYJOY telah teruji secara klinis memiliki beban glikemik pada rentang 1 hingga 4 saja. Selain itu, SOYJOY juga telah teruji secara klinis mampu mengontrol gula darah diabetesi jika dibandingkan camilan lain8

Jadi, jangan lupa perhatikan beban glikemik makananmu juga ya!

 

Referensi:

  1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Prinsip 3J penderita diabetes. Retrieved from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1671/prinsip-3j-penderita-diabetes 
  2. PERKENI. (2021). Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2021. PB. PERKENI.
  3. Bao, J., Atkinson, F., Petocz, P., Willett, W. C., & Brand-Miller, J. C. (2011). Prediction of postprandial glycemia and insulinemia in lean, young, healthy adults: glycemic load compared with carbohydrate content alone. The American journal of clinical nutrition, 93(5), 984-996.
  4. Kim, D. (2020). Glycemic index. In Obesity (pp. 183-189). Elsevier.
  5. Peres, M., Costa, H. S., Silva, M. A., & Albuquerque, T. G. (2023). The Health Effects of Low Glycemic Index and Low Glycemic Load Interventions on Prediabetes and Type 2 Diabetes Mellitus: A Literature Review of RCTs. Nutrients, 15(24), 5060. https://doi.org/10.3390/nu15245060
  6. Robert, S. D., Ismail, A. A. S., Winn, T., & Wolever, T. (2008). Glycemic index of common Malaysian fruits. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, 17(1). From: Glycemic index database: Watermelon. University of Sydney, Australia.
  7. University of Sydney. Glycemic index database: White rice.
  8. Nurdin, N. M., Navratilova, H. F., Ekawidyani, K. R., & Kurniawan, M. Y. (2022). Soy flour snack bars lower glycaemic response in type 2 diabetes mellitus: A randomized cross-over design. Malaysian Journal of Nutrition, 28(2), 163-175.

 

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

#Soylution Puasa Lancar dan Aman untuk Diabetesi

#Soylution Puasa Lancar dan Aman untuk Diabetesi

Bulan puasa merupakan salah satu bulan yang dinanti bagi umat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali bagi penderita Diabetes Melitus (Diabetesi). Namun, berpuasa adalah kondisi yang cukup menantang bagi Diabetesi karena memiliki berbagai risiko, mulai dari risiko hipoglikemi (gula darah terlalu rendah), hingga komplikasi akibat hiperglikemi (gula darah terlalu tinggi). Perlu adanya serangkaian persiapan yang harus dipahami dan dilakukan oleh Diabetesi dan orang di sekitarnya supaya Diabetesi tetap bisa menjalankan ibadah puasa dengan nyaman, lancar, dan tentunya aman.

Kira-kira apa saja persiapan yang harus dipahami dan dilakukan? Yuk simak penjelasan berikut ini supaya bisa jadi #Soylution agar Diabetesi lancar dan aman berpuasa!

 

Langkah pertama: lakukan pemeriksaan sebelum bulan puasa

Diabetesi disarankan untuk melakukan serangkaian pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter kurang lebih 2 bulan sebelum bulan puasa tiba. Hasil pemeriksaan tersebut akan mengkategorikan Diabetesi ini termasuk dalam kelompok risiko rendah (dapat berpuasa), risiko sedang (disarankan untuk tidak berpuasa), atau risiko tinggi (sebaiknya tidak boleh berpuasa). 

Kemudian Diabetesi yang pada akhirnya boleh berpuasa, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai dosis dan waktu konsumsi obat. Hal ini tentu akan membantu Diabetesi untuk lebih aware tentang kondisi aktualnya dan harapannya bisa menjalankan ibadah puasa dengan aman dan nyaman1.

 

Langkah kedua: buatlah rencana makan

Pada saat berpuasa, sebaiknya Diabetesi membagi makan utama dalam 2 waktu yaitu saat berbuka dan sahur, serta menambahkan 1 hingga 2 kali makan kecil diantaranya. Komposisi dalam sekali makan juga harus seimbang, yaitu terdiri dari karbohidrat (40-50%), protein (20-30%), dan lemak (30-35%). Berikut adalah beberapa jenis makanan yang direkomendasikan untuk dikonsumsi selama bulan Ramadan1

Sumber: PB PERKENI (2022)

Tips:

  • Pilihlah sumber karbohidrat kompleks

Karbohidrat kompleks (ubi, jagung, roti gandum, dll) memerlukan waktu yang lebih lama untuk dicerna, sehingga dapat mempertahankan gula darah lebih lama, sehingga seseorang tidak akan terlalu cepat lapar2

  • Jangan lupakan makanan tinggi serat dan protein

Buah dan sayur terutama yang tinggi air sangatlah penting untuk dikonsumsi karena dapat membantu meningkatkan rasa kenyang dan memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Selain itu makanan tinggi protein dapat membantu seseorang merasa kenyang, serta memiliki dampak sedikit terhadap kenaikan gula darah karena memili indeks glikemik yang rendah3,4

 

Kamu bisa mendapatkan kebaikan makanan yang tinggi serat dan protein serta memiliki indeks glikemik yang rendah dengan mengonsumsi SOYJOY saat sahur. Snack bar yang terbuat dari kedelai utuh ini bisa bantu kenyang lebih lama dan bantu jaga gula darah tetap stabil loh5

  • Hindari minuman berkafein dan makanan tinggi garam

Minuman berkafein memiliki efek diuretik sehingga akan meningkatkan volume urin yang keluar dan hal ini dapat meningkatkan risiko dehidrasi saat berpuasa, begitu pula dengan makanan yang tinggi garam akan cenderung meningkatkan rasa haus6

 

Langkah ketiga: perhatikan tanda-tanda bahaya

Bagi Diabetesi dengan risiko tinggi namun tetap memilih untuk berpuasa, waktu yang direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah yaitu sebelum sahur, di pagi hari, tepat siang hari, tengah hari, sebelum berbuka puasa, dua jam setelah berbuka puasa dan kapanpun bila terdapat gejala hipoglikemia atau hiperglikemia. 

Sumber: IDF-DAR Diabetes and Ramadan Practical Guidelines (2021)

Penyandang DM harus diedukasi untuk membatalkan puasa apabila dalam pemeriksaan mandiri didapatkan kadar glukosa darah <70 mg/dL, >300 mg/dL, atau terdapat gejala-gejala hipoglikemia (tangan gemetar, berkeringat dingin, dada berdebar, lapar, kebingungan, nyeri kepala, dan perubahan kesadaran), hiperglikemia (rasa haus yang hebat, lapar, sering kencing, lemah, mual/muntah, dan nyeri perut), dehidrasi, serta penyakit akut lainnya7

 

Jadi dengan mengikuti rekomendasi di atas, harapannya Diabetesi dapat mempersiapkan kondisi sebelum menjalankan ibadah puasa dengan nyaman dan aman. Sudah siap menyambut bulan puasa yang akan datang?

 

Referensi:

  1. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2022). Pedoman Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Individu Dewasa di Bulan Ramadan.
  2. Akbar A, Shreenath AP. High Fiber Diet. [Updated 2021 May 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559033/
  3. Morell, P., & Fiszman, S. (2017). Revisiting the role of protein-induced satiation and satiety. Food Hydrocolloids, 68, 199-210.
  4. Xiao, K., Furutani, A., Sasaki, H., Takahashi, M., & Shibata, S. (2022). Effect of a High Protein Diet at Breakfast on Postprandial Glucose Level at Dinner Time in Healthy Adults. Nutrients, 15(1), 85. https://doi.org/10.3390/nu15010085
  5. Nurdin, N. M., Navratilova, H. F., Ekawidyani, K. R., & Kurniawan, M. Y. (2022). Soy flour snack bars lower glycaemic response in type 2 diabetes mellitus: A randomized cross-over design. Malaysian Journal of Nutrition, 28(2), 163-175.
  6. Bankir, L., Perucca, J., Norsk, P., Bouby, N., & Damgaard, M. (2017). Relationship between sodium intake and water intake: the false and the true. Annals of Nutrition and Metabolism, 70(Suppl. 1), 51-61.
  7. Hassanein, M., Afandi, B., Ahmedani, M. Y., Alamoudi, R. M., Alawadi, F., Bajaj, H. S., … & Zainudin, S. B. (2022). Diabetes and Ramadan: practical guidelines 2021. Diabetes research and clinical practice, 185, 109185.

 

 

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

Menjaga Keseimbangan Gizi Puasa dengan SOYJOY Kurma Nastar

Menjaga Keseimbangan Gizi Puasa dengan SOYJOY Kurma Nastar

“Saat bulan Ramadan, menjaga keseimbangan asupan zat gizi sangat penting untuk memastikan energi tetap optimal sepanjang hari. Konsumsi makanan dengan kandungan serat yang tinggi berperan dalam menunda pengosongan lambung dan memperpanjang rasa kenyang, sehingga dapat membantu kita tetap bertenaga lebih lama saat berpuasa.

 

SOYJOY Kurma Nastar adalah snack bar berbasis kedelai dengan kombinasi kurma dan nanas yang menawarkan manfaat gizi seimbang. Kedelai sebagai sumber protein nabati berkualitas tinggi dapat membantu menekan rasa lapar dan meningkatkan rasa kenyang selama puasa, sementara serat pangan dari kedelai dan buah-buahan berkontribusi dalam memperlambat penyerapan gula dalam pencernaan, serta mencegah lonjakan gula darah yang dapat memicu rasa lapar berlebihan setelah berbuka.

 

Kombinasi unik ini tidak hanya memberikan cita rasa khas kue nastar yang nikmat, tetapi juga menjadi pilihan camilan yang lebih sehat dan fungsional untuk dikonsumsi saat sahur maupun berbuka. Dengan kandungan serat tinggi, SOYJOY Kurma Nastar dapat membantu mengontrol nafsu makan, mengurangi risiko overeating setelah berbuka, serta memberikan energi yang lebih stabil sepanjang hari. Hal ini yang menjadikannya pilihan ideal bagi mereka yang ingin menjalani puasa dengan lebih nyaman dan sehat.

 

by Dian Rahma, S.Gz, Dietisien – Scientific Expert PT Amerta Indah Otsuka

Jalani Ramadanmu Bersama Nastar Sehat dengan Kebaikan Kurma

Jalani Ramadanmu Bersama Nastar Sehat dengan Kebaikan Kurma

Ramadan adalah salah satu bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat islam di seluruh dunia. Saat bulan Ramadan, menjaga keseimbangan asupan zat gizi sangat penting untuk memastikan energi tetap optimal sepanjang hari. Namun sayangnya, jenis makanan yang umumnya disajikan pada saat bulan Ramadan cenderung tinggi karbohidrat dan lemak, seperti misalnya gorengan, kue-kue manis, dan lain-lain. Dampaknya konsumsi lemak dan karbohidrat pun cenderung meningkat1. Selain itu, kondisi lapar juga berpotensi membuat kita ‘kalap makan’ pada saat berbuka.’

 

Konsumsi makanan bergizi dan seimbang tetap menjadi anjuran pada saat Ramadan, seperti dengan mengonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi. Konsumsi makanan dengan kandungan serat yang tinggi berperan dalam menunda pengosongan lambung dan memperpanjang rasa kenyang, sehingga dapat membantu kita tetap bertenaga lebih lama saat berpuasa2. Selain itu, makanan tinggi serat juga dapat membantu untuk menghindari kalap makan setelah berbuka.

Kini telah hadir SOYJOY varian terbaru, yaitu SOYJOY KURMA NASTAR. Varian ini merupakan snack bar berbasis kedelai dengan kombinasi kurma dan nanas yang tinggi serat serta memiliki indeks glikemik rendah. Kedelai sebagai sumber protein nabati berkualitas tinggi dapat membantu menekan rasa lapar dan meningkatkan rasa kenyang3.

 

Sementara itu, kandungan serat dari kedelai, kurma, dan juga nanas menjadikan SOYJOY Kurma Nastar snack bar yang tinggi serat. Dalam 100 gram kurma, terkandung hingga 8 gram serat, sedangkan dalam 100 gram nanas kandungan seratnya dapat mencapai 1,4 gram4. Hal ini dapat berkontribusi dalam memperlambat penyerapan gula dalam pencernaan, serta mencegah lonjakan gula darah yang dapat memicu rasa lapar berlebihan setelah berbuka2,5.

 

Kombinasi unik ini tidak hanya memberikan cita rasa khas kue nastar yang nikmat, tetapi juga menjadi pilihan camilan yang lebih sehat dan fungsional untuk dikonsumsi saat sahur maupun berbuka. Hal ini yang menjadikannya pilihan ideal bagi mereka yang ingin menjalani puasa dengan lebih nyaman dan sehat. Apakah kamu sudah coba ‘Nastar’ versi sehat ini? Yuk, jangan lupa makan SOYJOY!

 

Referensi:

  1. Osman, F., Haldar, S., & Henry, C. J. (2020). Effects of Time-Restricted Feeding during Ramadan on Dietary Intake, Body Composition and Metabolic Outcomes. Nutrients, 12(8), 2478. https://doi.org/10.3390/nu12082478
  2. Yao, B., Fang, H., Xu, W., Yan, Y., Xu, H., Liu, Y., … & Zhao, Y. (2014). Dietary fiber intake and risk of type 2 diabetes: a dose–response analysis of prospective studies. European journal of epidemiology, 29, 79-88.
  3. Listyarani, H., Prayudani, A. P. G., Prihandari, R., Prangdimurti, E., & Astawan, M. (2024). Effect of snack bar type on satiation and sensory acceptance in young adults. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 1359, No. 1, p. 012005). IOP Publishing.
  4. Juices, F. (2018). National nutrient database for standard reference release legacy April, 2018 full report (all nutrients) 09087, United States Department of Agriculture. Agricultural Research Service, USDA Food Composition Databases. Deglet Nour a, 4-9.
  5. Wyatt, P., Berry, S. E., Finlayson, G., O’Driscoll, R., Hadjigeorgiou, G., Drew, D. A., Khatib, H. A., Nguyen, L. H., Linenberg, I., Chan, A. T., Spector, T. D., Franks, P. W., Wolf, J., Blundell, J., & Valdes, A. M. (2021). Postprandial glycaemic dips predict appetite and energy intake in healthy individuals. Nature metabolism, 3(4), 523–529. https://doi.org/10.1038/s42255-021-00383-x

 

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

Jalani Ramadanmu Bersama Nastar Sehat dengan Kebaikan Kurma

SOYJOY Hadirkan Varian Baru Menyambut Ramadan: SOYJOY Kurma Nastar

(Key visual SOYJOY Kurma Nastar)

 

Jakarta, 30 Januari 2025 – Menyambut bulan suci Ramadan, PT Amerta Indah Otsuka kembali berinovasi dengan menghadirkan varian terbaru SOYJOY Kurma Nastar yang menggabungkan cita rasa khas Ramadan, yaitu kebaikan kurma dengan kelezatan selai nanas ala nastar, varian ini menawarkan sensasi manis dan segar dalam satu gigitan, menjadikannya camilan sehat yang istimewa untuk momen sahur dan berbuka puasa.

 

Sebagai snack bar berbahan dasar kedelai utuh, SOYJOY Kurma Nastar hadir sebagai solusi praktis bagi konsumen yang ingin memenuhi asupan protein dan serat dengan cara yang lebih sehat. Kandungan protein yang tinggi dan indeks glikemik rendah (Low GI) membuatnya cocok untuk menjaga energi dan gula darah tetap stabil, baik saat puasa maupun dalam aktivitas sehari-hari.

 

Mia Al-Maidah, Head of Marketing Food PT Amerta Indah Otsuka, menyatakan, “SOYJOY adalah satu-satunya bar berbahan kedelai utuh di Indonesia yang kaya akan protein dan serat serta dicerna lebih perlahan oleh tubuh, sehingga membantu untuk kenyang lebih lama, dengan kandungan Low GI, SOYJOY juga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dan mendukung gaya hidup sehat bagi masyarakat luas.”

(Amritsa Raje – Healthy Lifestyle Influencer & Seala Septiani – Ahli Gizi dalam peluncuran SOYJOY Kurma Nastar)

 

Sebagai pelopor bar kedelai di Indonesia sejak 2007, SOYJOY terus berinovasi untuk menghadirkan pilihan camilan sehat yang sesuai dengan selera masyarakat. Dalam acara soft launching produk SOYJOY Kurma Nastar yang dilaksanakan di Jakarta turut dihadiri oleh Amritsa Raje – Healthy Lifestyle Influencer, “Saya sangat senang sekali dengan adanya varian terbaru yaitu, SOYJOY Kurma Nastar yang diluncurkan dalam momentum menyambut bulan Ramadan, seperti kita ketahui bahwa rasa Kurma & Nastar itu lekat dengan suasana Ramadan namun ini dalam bentuk SOYJOY yang pasti menjadi pilihan cemilan yang lebih sehat dan rasanya juga enak.” ungkap Amritsa Raje.

 

Selain itu, kesempatan ini juga dihadiri oleh Seala Septiani S. Gz., M. Gz. sebagai salah satu ahli gizi yang juga sebagai influencer dalam bidang gizi “SOYJOY memperkenalkan varian baru, Kurma Nastar sebagai pilihan snack sehat selama bulan Ramadan, hal ini merupakan terobosan Snack Sehat pada momen berpuasa, hormon insulin yang mengatur gula darah beristirahat cukup lama selama berpuasa, sehingga masyarakat perlu bijak dalam memilih menu berbuka puasa, termasuk ta’jil dan camilan malam. SOYJOY Kurma Nastar memiliki indeks glikemik rendah dan mengandung protein dari kedelai serta potongan kurma asli dan selai nanas, menjadikannya pilihan ideal untuk sajian snack sehat.”, kata Seala.

 

Peluncuran SOYJOY Kurma Nastar dalam rangka menyambut bulan Ramadan ini tidak hanya sekadar inovasi rasa, namun juga bagian dari komitmen SOYJOY dalam mendukung masyarakat Indonesia untuk hidup lebih sehat. “Kami ingin memberikan pilihan camilan yang tidak hanya lezat dan terinspirasi dari cita rasa favorit masyarakat Indonesia, tetapi juga bernutrisi dan bermanfaat bagi kesehatan. Meskipun hadir spesial di bulan Ramadan, kami berharap SOYJOY Kurma Nastar dapat menjadi camilan sehat favorit sepanjang tahun.” tutup Mia.

 

Sejak tahun 2019, SOYJOY telah meluncurkan berbagai varian rasa eksklusif lokal Indonesia seperti Danish Cheese, Mochachoco Cashew, Tropical Cranberries, Lekker & Nuts, dan Open Sesame, selain varian klasik seperti Almond Chocolate, Strawberry, dan Raisin Almond, dengan hadirnya varian Kurma Nastar, SOYJOY terus membuktikan dirinya sebagai #Soylution bagi masyarakat yang ingin menjaga berat badan, menjalani gaya hidup sehat dan tetap menikmati kelezatan dalam setiap gigitan.

(Acara soft launching produk bersama para Ahli Gizi di Jakarta)

 

SOYJOY Kurma Nastar sudah bisa dibeli serta dapatkan secara online di Toko Otsuka Official Shop di Tokopedia, dan akan tersedia di platform lainnya.

 

Link Tokopedia : https://www.tokopedia.com/otsuka/etalase/baru-soyjoy-kurma-nastar

 

#MakanSOYJOY #Soylution #JalaninBarengSOYJOY

 

Tentang SOYJOY

SOYJOY merupakan pelopor snack sehat yang terbuat dari kedelai. Kedelai sebagai bahan dasar SOYJOY memiliki kandungan serat dan protein yang tinggi. SOYJOY termasuk dalam kategori snack low GI sehingga mampu memberikan rasa kenyang lebih lama dan membuat nafsu makan terkendali.

 

Tentang PT Amerta Indah Otsuka

PT Amerta Indah Otsuka yang berdiri sejak 1997 merupakan anak perusahaan dari Otsuka Pharmaceutical Co., Ltd., Jepang. Dengan produk POCARI SWEAT – minuman isotonik pengganti ION tubuh, SOYJOY – camilan sehat dari kedelai, ION WATER – minuman isotonik rendah kalori, ORONAMIN C – minuman bervitamin mengandung madu, dan FIBE MINI – minuman serat yang bantu penuhi kebutuhan serat harian.

 

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:

Head of Corporate Communications Otsuka

Laibun Sobri

Kebaikan High Protein Snack untuk Sports Enthusiast dari POV Virtual Health Assistant

Kebaikan High Protein Snack untuk Sports Enthusiast dari POV Virtual Health Assistant

 

Seiring berkembangnya jaman dan teknologi, kini muncul sebuah Artificial Intelligence yang dapat difungsikan sebagai Virtual Health Assistants (VHAs) sehingga menjaga kesehatan kini menjadi lebih mudah dan kekinian. Terutama bagi sport enthusiast yang sangat peduli dengan pola hidup sehat khususnya asupan makanan, VHAs kerap kali memainkan peran penting dalam merekomendasikan asupan makanan yang sesuai untuk mendukung latihan fisik yang optimal. 

Salah satu jenis makanan yang sering direkomendasikan oleh VHA adalah high protein snack atau snack tinggi protein. Hal ini tentu tidak lepas dari pola pikir dimana sport enthusiast disarankan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein agar pembentukan ototnya berjalan maksimal. Namun bagaimana ya pandangan VHA mengenai rekomendasi snack tinggi protein ini? Yuk, simak penjelasannya dari point of view VHAs!

 

1. Protein: Pondasi Utama Pemulihan Otot

Menurut banyak virtual health assistants, protein adalah salah satu zat gizi esensial yang diperlukan untuk memperbaiki dan membangun otot. Faktanya, setelah menjalani sesi latihan intens, tubuh membutuhkan protein untuk memperbaiki serat-serat otot yang rusak dan meningkatkan massa otot1. Protein dalam snack membantu memastikan bahwa tubuh menerima cukup asupan untuk pemulihan otot yang cepat.

2. Efisiensi Penyerapan Zat Gizi

Virtual health assistants juga menyoroti pentingnya memilih snack yang mengandung protein berkualitas tinggi. Protein dari sumber seperti kacang-kacangan, susu, atau daging tanpa lemak memiliki profil asam amino lengkap yang lebih mudah diserap oleh tubuh2. Kamu bisa mendapatkan kebaikan kedelai utuh dengan mengonsumsi SOYJOY. Kini telah hadir varian lebih tinggi protein, yaitu SOYJOY Open Sesame yang mengandung 7 gram protein dalam setiap barnya, loh! Cocok banget buat sport enthusiast yang ingin memenuhi kebutuhan proteinnya.

3. Mengontrol Rasa Lapar

VHA sering kali membantu untuk mengatur waktu makan yang tepat agar performa latihan tetap optimal. Salah satu peran penting high protein snack adalah membantu mengontrol rasa lapar lebih lama. Protein merupakan zat gizi yang mampu membantu tubuh untuk melepaskan hormone kenyang3. Jadi kalau kamu konsumsi snack tinggi protein, rasa lapar kamu akan lebih terkontrol, termasuk untuk mencegah kalap makan setelah berolahraga.

4. Meningkatkan Metabolisme

Konsumsi protein dapat meningkatkan efek termis dari makanan (thermic effect of food/TEF), di mana tubuh memerlukan lebih banyak energi untuk mencerna, menyerap, dan memproses protein dibandingkan dengan lemak atau karbohidrat4. Menurut rekomendasi VHA, snack tinggi protein tidak hanya baik untuk membangun otot, tapi juga bisa membantu meningkatkan metabolisme, sehingga tubuh membakar lebih banyak kalori sepanjang hari.

5. Ragam Pilihan High Protein Snack

Virtual health assistants dapat memberikan rekomendasi snack berdasarkan preferensi diet dan gaya hidup. Misalnya, jika kamu menjalani diet bebas gluten, VHAs akan merekomendasikan high protein snack dengan bahan utama tanpa gluten seperti kacang kedelai, almond, atau bahan makanan bebas gluten lainnya. Selain tinggi protein, SOYJOY Open Sesame juga bebas gluten loh, sehingga aman untuk kamu yang memiliki sensitivitas terhadap gluten atau menjalani diet bebas gluten.

6. Snack yang Praktis dan Efektif

Bagi para sport enthusiast, kepraktisan adalah kunci. VHA memahami bahwa di tengah jadwal latihan yang padat, kamu membutuhkan snack yang cepat dan mudah dikonsumsi. Snack seperti protein bar atau kacang-kacangan sering kali direkomendasikan karena mudah dibawa dan tidak memerlukan persiapan panjang, namun tetap memberikan zat gizi yang lengkap untuk pemulihan tubuh.

Berdasarkan 6 poin di atas, kita dapat meilihat bahwa Virtual health assistants memahami betapa pentingnya protein dalam mendukung gaya hidup aktif para sport enthusiast. Melalui bantuan teknologi ini, kamu bisa mendapatkan pandangan baru dan mungkin rekomendasi snack yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuhmu, baik untuk pemulihan otot, peningkatan performa, maupun kontrol berat badan. Ingat ya, high protein snack bukan hanya sekadar camilan, melainkan bagian penting dari pola makan terencana yang mendukung kesehatan dan performa tubuh yang optimal.

Jadi apakah Min-Soy udah cocok jadi your personal virtual health assistant? Yuk, jangan lupa? Makan SOYJOY!

 

Referensi:

  1. Nieman, D. C., Zwetsloot, K. A., Simonson, A. J., Hoyle, A. T., Wang, X., Nelson, H. K., … & Guérin-Deremaux, L. (2020). Effects of whey and pea protein supplementation on post-eccentric exercise muscle damage: a randomized trial. Nutrients, 12(8), 2382.
  2. Church, D. D., Hirsch, K. R., Park, S., Kim, I. Y., Gwin, J. A., Pasiakos, S. M., Wolfe, R. R., & Ferrando, A. A. (2020). Essential Amino Acids and Protein Synthesis: Insights into Maximizing the Muscle and Whole-Body Response to Feeding. Nutrients, 12(12), 3717. https://doi.org/10.3390/nu12123717
  3. Moon, J., & Koh, G. (2020). Clinical Evidence and Mechanisms of High-Protein Diet-Induced Weight Loss. Journal of obesity & metabolic syndrome, 29(3), 166–173. https://doi.org/10.7570/jomes20028
  4. Kassis, A., Godin, J. P., Moille, S. E., Nielsen-Moennoz, C., Groulx, K., Oguey-Araymon, S., … & Mace, K. (2019). Effects of protein quantity and type on diet induced thermogenesis in overweight adults: A randomized controlled trial. Clinical Nutrition, 38(4), 1570-1580.

 

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

5 Opini seputar Makanan Tinggi Protein yang sering ditanyakan ke Virtual Health Assistant, mitos atau fakta?

5 Opini seputar Makanan Tinggi Protein yang sering ditanyakan ke Virtual Health Assistant, mitos atau fakta?

Di mata sport enthusiast, makanan tinggi protein sering dianggap sebagai pilar utama dalam menunjang performa dan pemulihan otot mereka. Namun, ada berbagai opini yang beredar terkait konsumsi protein, mulai dari manfaatnya hingga potensi efek samping yang akan ditimbulkan dari konsumsi makanan tinggi protein. 

Kira-kira apa saja ya opini seputar konsumsi makanan tinggi protein yang paling sering ditanyakan kepada Virtual Health Assistants (VHA)? mari kita bahas beberapa opini tersebut dan lihat apakah itu mitos atau fakta!

Opini 1 

Semakin banyak protein yang dikonsumsi, semakin cepat pembentukan otot

Jawaban: Mitos

Konsumsi protein memang penting untuk pertumbuhan dan pemulihan otot, tetapi lebih banyak tidak selalu lebih baik. Tubuh hanya bisa menyerap sekitar 20-30 gram protein per makan, dan kelebihan protein yang dikonsumsi biasanya akan diubah menjadi lemak atau dibuang oleh tubuh. Mengonsumsi protein secara berlebihan tidak akan mempercepat pembentukan otot1. Ada baiknya apabila konsumsi protein didistribusikan merata pada seluruh waktu makan, seperti pada saat makan utama dan snack.

Opini 2

Makanan tinggi protein bisa menggantikan semua jenis zat gizi

Jawaban: Mitos

Protein memang penting, tetapi tidak dapat menggantikan semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Tubuh juga memerlukan karbohidrat, lemak sehat, vitamin, dan mineral untuk menjalankan fungsi-fungsi penting lainnya, seperti menjaga energi, sistem imun, dan kesehatan jantung. Terlalu fokus pada protein bisa menyebabkan kekurangan zat gizi lain yang sama pentingnya. Panduan lebih mudahnya kamu bisa menerapkan “Isi Piringku” yang sesuai dengan pola makan gizi seimbang dalam setiap makan utama ya2

Opini 3

Protein shake adalah satu-satunya pilihan terbaik setelah latihan

Jawaban: Mitos

Protein shake memang salah satu produk yang praktis sehingga menjadi pilihan populer setelah berolahraga, tetapi itu bukan satu-satunya pilihan. Makanan utuh seperti telur, ayam, atau ikan juga bisa memberikan protein berkualitas dan zat gizi lainnya yang dapat membantu menunjang performa olahragamu loh!

Kamu juga bisa memilih snack bar tinggi protein seperti SOYJOY Open Sesame yang praktis untuk dikonsumsi sebelum dan setelah latihan. Hal ini tidak terlepas karena SOYJOY terbuat dari kebaikan kedelai utuh, sehingga mengandung serat dan protein yang tinggi. Jadi, pastikan protein yang kamu konsumsi sudah cukup bervariasi ya.

Opini 4

Makanan tinggi protein bisa menyebabkan sembelit

Jawaban: Fakta, dengan pengecualian

Memanglah benar, konsumsi makanan tinggi protein akan menyebabkan sembelit apabila tidak diimbangi dengan asupan serat yang cukup. Protein dari sumber hewani, seperti daging dan telur, umumnya cenderung memiliki kandungan serat yang rendah atau bahkan tidak sama sekali3. Jika tidak mengonsumsi cukup sumber serat, seperti buah, sayuran, atau biji-bijian, maka risiko sembelit bisa meningkat.

Opini 5

Protein hanya diperlukan untuk pembentukan otot

Jawaban: Mitos

Meski dikenal penting untuk pembentukan otot, ternyata protein juga memiliki peran penting dalam banyak fungsi tubuh lainnya, loh! Misalnya seperti memperbaiki jaringan tubuh, mendukung sistem kekebalan tubuh, serta membantu produksi hormon dan enzim4. Jadi, protein diperlukan untuk kesehatan secara menyeluruh, bukan hanya untuk pembentukan otot, hal inilah yang mendasari mengapa konsumsi protein harus dijaga oleh semua orang, bukan hanya sport enthusiast.

Melihat banyaknya mitos seputar konsumsi makanan tinggi protein, penting bagi sport enthusiast untuk memahami fakta yang benar. Apabila kita memilih sumber yang tepat, seperti jurnal ilmiah, artikel ilmiah, atau sumber terpercaya lain, kita bisa mendapatkan informasi yang akurat dan ilmiah mengenai peran protein dalam diet kita. Tidak jarang bantuan Virtual Health Assistants (VHA) dapat menuntun kita kepada sumber ilmiah terpecaya tersebut. 

Pada intinya, selalu perhatikan keseimbangan antara protein, serat, dan zat gizi lainnya untuk menjaga kesehatan optimal dan performa olahraga yang maksimal ya!

Referensi:

  1. Schoenfeld, B. J., & Aragon, A. A. (2018). How much protein can the body use in a single meal for muscle-building? Implications for daily protein distribution. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 15, 10. https://doi.org/10.1186/s12970-018-0215-1
  2. Kemenkes, R. I. (2014). Permenkes No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan RI, 97.
  3. Kemenkes, R.I. (2018). Tabel komposisi pangan Indonesia 2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
  4. I. Baum, J., Børsheim, E., R. Allman, B., & Walker, S. (2020). Health Benefits of Dietary Protein throughout the Life Cycle. IntechOpen. doi: 10.5772/intechopen.91404

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

7 Starter Pack buat Diabetesi sebelum Berolahraga

7 Starter Pack buat Diabetesi sebelum Berolahraga

Latihan fisik atau olahraga merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan Diabetes Melitus agar kondisinya tetap baik. Olahraga yang dilakukan Diabetesi (penyandang Diabetes Melitus) dapat membawa beberapa manfaat, seperti menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga harapannya dapat memperbaiki kendali gula darah1.

Namun olahraga sering kali menjadi momen yang harus menjadi perhatian khusus bagi Diabetesi karena rawan terjadi gula darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau gula darah yang terlalu tinggi (hiperglikemia). Ada beberapa hal yang wajib diketahui oleh Diabetesi sebelum mulai berolahraga, yuk simak starter pack berikut! .

Makanan yang memiliki IG tinggi akan menyebabkan peningkatan gula darah yang lebih besar dan lebih cepat, karena karbohidrat yang dikandungnya akan dicerna dan diserap lebih cepat daripada makanan ber-IG rendah2. Kenapa sih kamu harus mulai memperhatikan IG dari makanan yang kamu konsumsi? Paling tidak ada 4 alasan ini:

1. Mulai dengan berkonsultasi dengan dokter

Olahraga memang memiliki banyak manfaat bagi pengendalian diabetes, namun tetap ingat, bahwa setiap individu punya kondisi yang unik. Sebelum memulai rutinitas baru, konsultasi dengan dokter sangat disarankan untuk mengetahui kondisi terkini, terutama untuk kamu yang mungkin memiliki komplikasi seperti neuropati atau penyakit jantung. Berbekal saran dari tenaga medis, kamu bisa mendapatkan rekomendasi olahraga yang paling sesuai dan aman.

2. Selalu cek kadar gula darah sebelum berolahraga

Hal yang harus diperhatikan dan menjadi keharusan pada saat diabetesi hendak berolahraga adalah memeriksa kadar gula darah. Apabila hasil pemeriksaan gula darah sebelum berolahraga kurang dari 100 mg/dL, maka diabetesi disarankan untuk mengonsumsi makanan terlebih dahulu untuk menghindari gula darah yang terlalu rendah (hipoglikemia). Namun apabila hasil pemeriksaan gula darah sebelum berolahraga lebih dari 250 mg/dL, maka diabetesi disarankan untuk menunda olahraga terlebih dahulu karena dapat berisiko untuk mengalami gula darah terlalu tinggi (hiperglikemia)2,3.

3. Pilih jenis olahraga yang aman

Adapun jenis olahraga yang dapat dilakukan adalah olahraga aerobic dengan intensitas sedang, seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Selain olahraga aerobik dengan intensitas sedang, diabetesi tanpa komplikasi (contoh: osteoarthritis, hipertensi yang tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan untuk melakukan olahraga kekuatan (resistance training) juga. Olahraga kekuatan dapat dilakuan 2 hingga 3 kali dalam seminggu, atau sesuai dengan rekomendasi dokter. Intesitas olahraga yang dilakukan diabetesi sangat bergantung pada kondisi dan kebugaran seseorang tersebut. Apabila kondisi diabetesnya terkontrol dan kondisi kesehatannya relatif baik, maka intensitas dapat ditingkatkan sesuai kemampuan2,3

4. Gunakan outfit yang nyaman

Selain hal-hal di atas, perhatikan juga pakaian dan alas kaki yang akan digunakan untuk berolahraga. Diabetesi tidak diperbolehkan berolahraga tanpa menggunakan alas kaki untuk menghindari luka yang tidak disadari. Alas kaki yang akan digunakan pun harus dipastikan bersih dari benda asing, dan memiliki ukuran yang sesuai. Alas kaki yang terlalu sempit atau terlalu besar dapat menyebabkan luka pada kaki3

5. Bijak dalam memilih waktu

Olahraga yang disarankan untuk Diabetesi sebaiknya dilakukan secara teratur sebanyak 3 hingga 5 kali dalam satu minggu dengan durasi sekitar 30 sampai 45 menit, sehingga total durasi olahraga selama satu minggu adalah 150 menit. Olahraga juga sebaiknya dilakukan dengan jeda tidak lebih dari 2 hari berturut-turut3. Namun waktu olahraga juga harus diperhatikan. Waktu yang paling ideal untuk berolahraga biasanya adalah setelah makan, di mana kadar gula darah cenderung lebih stabil. Bagi yang menggunakan insulin, hindari olahraga pada puncak kadar insulin, agar tidak terjadi penurunan gula darah yang terlalu cepat.

6. Kenali tanda bahaya

Terakhir, walaupun olahraga menjadi bagian penting dalam manajemen Diabetes, namun harus selalu perhatikan tanda bahaya dan segera hentikan olahraga apabila muncul tanda seperti, pusing atau terasa mau pingsan, rasa sakit pada ulu hati, dada terasa sesak, napas pendek, nyeri dada biasa maupun yang menjalar hingga bahu, lengan, atau rahang kiri, dan jantung berdebar terlalu cepat3,4

Apabila diawali dengan persiapan yang tepat, olahraga dapat menjadi bagian yang aman dan bermanfaat dalam manajemen diabetes. Jangan lupa, konsistensi adalah kunci. Olahraga teratur, pengaturan makan yang baik, dan pemantauan kesehatan yang tepat dapat membantu menjaga tubuh tetap bugar dan gula darah lebih terkendali. Misalnya dengan konsumsi snack yang secara ilmiah sudah terbukti diabetic friendly, yaitu SOYJOY. Snack bar ini terbuat dari kedelai utuh, sehingga tinggi serat, protein, dan memiliki indeks glikemik rendah yang bisa bantu jaga gula darah diabetesi5
.

Referensi:

    1. US Department of Health and Human Services. (2018). 2018 Physical activity guidelines advisory committee. 2018 Physical activity guidelines advisory committee scientific report.
    2. American Diabetes Association Professional Practice Committee, & American Diabetes Association Professional Practice Committee:. (2022). 5. Facilitating behavior change and well-being to improve health outcomes: Standards of Medical Care in Diabetes—2022. Diabetes care, 45(Supplement_1), S60-S82.
    3. PERKENI. (2021). Pedoman pengelolaan dan pencegahan Diabetes melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PB Perkeni, 46.
    4. Dramawan, A., Cembun, C., & Fathoni, A. (2018). The exercise for diabetes mellitus type 2. Jurnal Kesehatan Prima, 10(1), 1618-1625.
    5. Nurdin, N. M., Navratilova, H. F., Ekawidyani, K. R., & Kurniawan, M. Y. (2022).Soy flour snack bars lower glycaemic response in type 2 diabetes mellitus subjects: A randomised cross-over design. Malaysian Journal of Nutrition,28(2).