Pernah dengar kalau gemuk identik dengan makmur?  Ini pendapat yang keliru dan harus diluruskan, sebelum masalah serius datang. Pria biasanya cenderung gemuk setelah menikah. Dalihnya, itu menandakan kebahagiaan

Gemuk atau kelebihan berat badan sama sekali bukan pertanda kemakmuran. Kegemukan malah bisa jadi sumber penyakit, salah satunya dekat dengan diabetes mellitus tipe 2.

Kita tahu, pola makan yang tidak sehat, dalam artian mengkonsumsi makanan berlemak dan mengandung kadar gula tinggi dalam jumlah besar bisa memicu kegemukan, terutama jika tak diimbangi dengan aktivitas fisik yang memadai.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan atau obesitas. Pada tahun 2008, lebih dari 40 juta anak-anak prasekolah yang kelebihan berat badan di seluruh dunia.

Mereka yang memiliki berat badan berlebih alias masuk dalam kategori obesitas memiliki risiko diabetes, khususnya diabetes tipe 2.

Sejumlah penelitian menunjukkan ada hubungan antara obesitas atau kegemukan dengan penyakit diabetes tipe 2. Hal ini mungkin terjadi karena pada penyandang diabetes tipe2, insulin yang dihasilkan oleh pankreasnya tidak bekerja normal.

Komplikasi obesitas menyebabkan insulin-insulin tersebut tidak dapat membantu sel tubuh dalam menyerap glukosa. Karena insulin tidak dapat bekerja efektif dalam membantu penyerapan glukosa, pankreas akan berusaha menghasilkan lebih banyak lagi insulin.

Jika hal ini berlangsung lama, kinerja pankreas dalam menghasilkan insulin akan menurun, pada saat inilah penderita rentan terkena diabetes melitus tipe II.

Resistensi Insulin

Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap kinerja insulin, memaksa pankreas untuk terus menghasilkan lebih banyak insulin untuk mendorong glukosa masuk ke dalam sel. Kelebihan insulin ini (diproduksi sebagai respon resistensi insulin) juga meningkatkan penyimpanan lemak tubuh.

Jadi pertanyaan sebenarnya di balik epidemi obesitas saat ini adalah apa yang sebenarnya menyebabkan resistensi insulin?

Tidak ada yang tahu pasti, tapi ada opini yang berkembang bahwa penyebab molekul menjadi resisten terhadap insulin mungkin berasal dari sel-sel endotel. Sel endotel ini membentuk penghalang yang sangat tipis yang memisahkan aliran darah dari organ-organ tubuh.

Jika penghalang ini tidak bekerja dengan baik, maka seseorang akan memiliki kondisi yang disebut disfungsi endotel, yang berarti antara lain bahwa insulin tidak dapat lagi dengan mudah melewati aliran darah melalui penghalang endotel untuk berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel.

Hanya ketika insulin berinteraksi dengan reseptor inilah sel dapat mengambil glukosa dari aliran darah. Setiap insulin kesulitan menjangkau reseptornya, hal ini akan menjaga kadar glukosa darah tinggi. Tubuh menanggapi dengan memompa keluar insulin lebih banyak, sehingga menciptakan kondisi yang dikenal sebagai hiperinsulinemia.

Diabetes di masa lalu mungkin menjadi kasus yang jarang, namun kini telah berubah.  Diabetes tipe 2 (yang didapat ketika dewasa) telah menjadi epidemi, sedangkan diabetes tipe 1 (juvenile) masih tetap relatif jarang. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh suatu kondisi di mana pankreas benar-benar tak berfungsi  dan gagal untuk menghasilkan insulin , menyebabkan kadar gula darah melonjak di luar kendali.

Diabetes yang lebih umum adalah tipe 2, dimana 90 persen dari semua penderita diabetes memiliki versi ini – terjadi ketika pasien mengalami resistensi insulin dalam jangka panjang.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, resistensi insulin menyebabkan pankreas mengeluarkan lebih banyak insulin (hiperinsulinemia) dalam upaya untuk mengurangi kadar glukosa darah. Akhirnya pankreas (sel-sel beta di pankreas)menjadi benar-benar  lelah dan berhenti memproduksi  insulin dalam jumlah yang cukup.

Hasilnya adalah bahwa tanpa insulin dalam jumlah cukup yang dikeluarkan oleh pankreas, kadar glukosa darah mulai meningkat  ke level berbahaya. Bahayanya berasal dari dua faktor, yaitu:

1.     Kelebihan glukosa dalam darah menghasilkan radikal bebas (stres oksidatif).

2.     Kelebihan glukosa bersifat neurotoksik ke otak.

Hiperinsulinemia biasanya mendahului perkembangan diabetes tipe 2 sekitar delapan tahun, tapi keduanya berasal dari peningkatan resistensi insulin.

Pada intinya tubuh yang kegemukan tidak sehat. Kadar lemak yang tinggi dalam tubuh akan menyebakan berbagai macam penyakit serius yang perlu pengobatan yang cenderung mahal dan lama.

Perlu diwaspadai bahwa saat ini obesitas dapat menyerang orang pada berbagai usia, baik muda maupun tua. Faktor utama terjadinya obesitas adalah gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola hidup santai (sedentary lifestyle) dimana orang lebih suka berdiam diri dan banyak makan makanan mengandung lemak, gula, dan kolesterol tinggi.

Konsumsi makanan berkali tinggi dipadukan dengan gaya hidup santai jarang berolahraga merupakan kombinasi pas dalam memicu kenaikan berat adan.

Ingatlah hubungan obesitas dengan diabetes sangatlah erat. Hasil penelitian dari beberapa ahli membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan diabetes melitus terhadap risiko penyakit jantung koroner. Hal ini disebabkan oleh penyandang diabetes mellitus tipe 2 yang juga mengalami obesitas cenderung mengalami kerusakan pankreas yaitu terjadinya resistensi insulin.

Resistensi insulin menyebabkan peningkatan risiko terkena jantung koroner sebesar 50 hingga 70 persen.

Obesitas bukan lagi sebuah kondisi yang hanya mempengaruhi orang-orang yang lebih tua. Belakangan anak-anak juga mengalami obesitas.

Hubungan antara Obesitas dan Diabetes Tipe 2

Hingga kini,  penyebab pasti diabetes masih belum sepenuhnya dipahami. Sejauh ini hanya diketahui bahwakegemukan meningkatkan faktor risiko seseorang mengembangkan penyakit diabetes mellitus alias kencing manis.

Kelebihan berat badan alias obesitas (ditunjukkan dengan indeks massa tubuh/BMI 30 atau lebih) merupakan faktor risiko diabetes tipe 2. Bahkan, diyakini obesitas berkontribusi antara 80 hingga 85 persen dalam mengembangkan diabetes tipe2. Penelitian menunjukkan, orang gemuk 80 kali lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes tipe 2 dibandingkan mereka dengan BMI kurang dari 22.

Bagaimana kegemukan bisa menyebabkan diabetes tipe 2? Faktanya adalah, jika seseorang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, ia memiliki risiko lebih besar mengalami diabetes tipe 2, terutama jika berat badan berlebihitu terkonsentrasi di area perut. Para pria biasanya cenderung mengembangkan kondisi ini.

Studi menunjukkan bahwa lemak perut menyebabkan sel-sel lemak merilis bahan kimia ‘pro-inflamasi’ (pro-peradangan) ,  yang bisa membuat tubuh kurang sensitif terhadap insulin yang dihasilkan dengan mengganggu fungsi sel yang esponsif terhadap insulin dan kemampuan mereka untuk menanggapi insulin. Hal ini dikenal sebagai resistensi insulin – yang menjadi pemicu utama untuk diabetes tipe 2.

Perlu diketahui , memiliki kelebihan lemak perut (misalnya ukuran pinggang besar) dikenal sebagai obesitas sentral(perut), yaitu bentuk obesitas yang paling berisiko.

Diabetes dan obesitas terkait erat. Charity Diabetes UK menyatakan bahwa obesitas menyumbang antara 80 dan 85persen terhadap risiko pengembangan diabetes tipe 2. Lembaga ini juga mencatat bahwa obesitas sentral (tumpukan lemak di perut), memiliki ukuran pinggang yang besar, adalah prediktor yang lebih baik dari diabetes tipe 2 daripada nilai-nilai BMI.

Menjadi gemuk meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Namun ada  faktor-faktor risiko lain yang terlibat juga, seperti genetika, etnis dan usia. Yang harus digarisbawahi adalah, tidak semua orang yang mengalami obesitas akan terkena diabetes dan tidak semua orang dengan diabetes tipe 2, selalu gemuk.

Ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi terhadap kegemukan, antara lain:

1. Konsumsi makanan berkalori tinggi.

2. Tidak mendapatkan latihan fisik yang cukup.

3. Genetika.

4. Kondisi medis.

5. Konsumsi obat-obatan tertentu.

NHS menyatakan bahwa, bagi mereka yang mengalami obesitas, menurunkan 5 persen berat badan bersama dengan olahraga teratur dapat mengurangi risiko berkembangnya diabetes lebih dari 50 persen. Kehilangan berat badan telah terbukti dapat memperbaiki kadar glukosa darah.

Gangguan pada Metabolisme Lemak

Obesitas juga diduga memicu perubahan metabolisme tubuh. Perubahan ini menyebabkan jaringan lemak (jaringan adiposa) untuk melepaskan molekul lemak ke dalam darah, yang dapat mempengaruhi kinerja sel yang responsif terhadap  insulin dan menyebabkan sensitivitas terhadap insulin berkurang.

Teori lain yang dikemukakan oleh para ilmuwan tentang bagaimana obesitas bisa menyebabkan diabetes tipe 2 adalah bahwa obesitas menyebabkan pradiabetes, suatu kondisi metabolik yang hampir selalu berkembang menjadi diabetes tipe 2.

Mencegah Obesitas

Hubungan antara obesitas dan diabetes tipe 2  sudah jelas dan kuat. Tanpa intervensi dari diet sehat dan olahraga yang tepat, obesitas dapat menyebabkan diabetes tipe 2 dalam periode yang relatif singkat.

Kabar baiknya adalah bahwa dengan mengurangi berat badan – bahkan dalam jumlah kecil – dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin tubuh dan menurunkan risiko mengembangkan kondisi kardiovaskular dan metabolisme seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung dan kanker.

Menurut NHS, pengurangan sebanyak 5 persen berat badan diikuti dengan latihan intensitas sedang secara teratur bisa mengurangi risiko diabetes tipe 2  lebih dari 50 persen.

Jarak Aman Anda dengan Diabetes Hanya 4 Jengkal Tangan

Timbang berat badan Anda secara teratur. Menurut pakar dari Mayo Clinic, orang yang menimbang berat badan setidaknya seminggu sekali akan lebih berhasil memelihara berat badan ideal dibandingkan mereka yang malas menimbang. Perhatikan juga lingkar pinggang Anda, jika lebih dari 4 jengkal  tangan berarti Anda mengidap obesitas sentral.

Empat jengkal tangan (80-90 cm) adalah ukuran lingkar perut ideal seseorang. Jika melebihi angka tersebut, seseorang dikatakan memiliki perut buncit atau bahasa kerennya obesitas sentral.

Nah, obesitas ternyata adalah salah satu penyebab utama diabetes. Menurut Harvard School of Public Health, pria obesitas memiliki risiko diabetes 7 kali lebih besar daripada yang tidak. Sementara untuk wanita obesitas 12 kali lebih besar.

Referensi:

http://www.diabetes.co.uk/diabetes-and-obesity.html

http://www1.cbn.com/700club/silent-killer-link-between-obesity-and-type-2-diabetes

https://farisfanani.id/wp-includes/bandarqq/ https://farisfanani.id/wp-includes/dominoqq/ https://ojs.stie-tdn.ac.id/pages/depo-25-bonus-25/ http://files.follettcommunity.com/index.html https://www.soyjoy.id/public/
bandarqq dominoqq https://www.bapelkesmataram.id/wp-includes/pkvqq/ https://www.bapelkesmataram.id/wp-includes/public/?sms=77+rabbit
http://files.theleague.coop/index.html
http://s1.onlinepictureproof.com/index.html
https://new.jumpspace.lv/
https://nimueskin.com/bandarqq/
http://178.79.182.11/