Dengan tujuan memangkas risiko obesitas, diabetes, sakit jantung, dan penyakit berat lainnya, popularitas pemanis buatan (artificial sweeteners) melejit di kalangan para penikmat makanan. Bukan hanya pada minuman berlabel “diet”, pemanis buatan juga bisa ditemukan dalam beraneka jenis penganan lain seperti kue, biskuit, bahkan juga permen karet. Meski tujuannya baik, tahukah Anda kalau konsumsi pemanis buatan tak selamanya mendatangkan manfaat bagi tubuh kita?

Hati-hati, wanita hamil!

Beraneka jenis pemanis buatan yang beredar di pasaran tak semuanya memiliki kandungan bahan serupa. Itu sebabnya, pemakaian pemanis buatan tak bisa dipukul rata untuk semua orang dan berbagai macam peruntukan. Pemanis buatan jenis Aspartam misalnya, tidak bisa bertahan pada suhu panas sehingga tak bisa digunakan untuk memasak. Aspartam juga tidak boleh digunakan oleh para penyandang penyakit PKU (phenylketonuria)—sejenis kelainan pada metabolisme tubuh. Sedangkan jenis pemanis sakarin tak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil dan menyusui, karena dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan janin dalam kandungan.

Berat badan melambung

Meski pemanis buatan tidak mengandung kalori atau hanya mengandung kalori dalam jumlah sedikit saja, namun sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Yale Journal of Biology and Medicine menunjukkan hubungan antara konsumsi pemanis buatan dan obesitas. Menurut peneliti, hal ini bisa jadi disebabkan oleh meningkatnya keinginan seseorang untuk mengonsumsi makanan manis yang lebih banyak lagi, setelah menyantap pemanis buatan. Pasalnya, otak tak lagi mengasosiasikan konsumsi pemanis buatan dengan kegiatan menyantap kalori.

Mengganggu metabolisme tubuh

Susan E. Swithers, seorang pakar di bidang Behavioral Neurosciences dari Purdue University di Amerika, menyatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi pemanis buatan, tidak hanya bisa menimbulkan kebiasaan makan secara berlebihan tetapi juga mengganggu metabolisme tubuh seseorang. Dalam jurnal Trends in Endocrinology & Metabolism, Swithers menyebutkan bahwa konsumsi pemanis buatan dapat mempengaruhi kemampuan respon tubuh dalam mengatur keseimbangan energi dan glukosa. Akibatnya, metabolisme tubuh akan berangsur melambat dan mengurangi kemampuan tubuh dalam membakar energi serta memproses glukosa di dalam darah. Program penurunan berat badan pun akan semakin sulit dicapai.

“Konsumsi pemanis buatan dapat mempengaruhi kemampuan respon tubuh dalam mengatur keseimbangan energi dan glukosa.”

Sama seperti konsumsi jenis makanan lainnya, ilmuwan dari Mayo Clinic, Amerika, menyatakan bahwa kunci dari konsumsi pemanis buatan yang aman adalah keseimbangan. Hindari makan berlebihan, karena konsumsi makanan bebas gula bukan jaminan diet Anda aman. Perhatikan pula aturan pakai dan label yang tertera pada kemasan agar pemakaiannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi tubuh. Selamat mencoba!

 

Sumber: livestrong.com; health.harvard.edu; sciencedaily.com