by gl75FKPUUayArC | Aug 18, 2016 | Healthy Living
Menerapkan pola hidup sehat adalah hal yang susah-susah gampang. Kita mungkin tahu teorinya. Tapi, untuk mempraktikkannya? Belum tentu bisa konsisten. Ada banyak alasan yang bisa kita kemukakan. Umumnya adalah masalah waktu dan kesibukan. Padahal, hidup sehat itu tidak berhenti sampai gagasan. Teori harus dipraktikkan dan agar bisa berhasil, konsistensi adalah kunci.
Menerapkan pola hidup sehat, pertama-tama harus diniatkan benar-benar.
Meski itu tidak nyaman
Meski tidak ada waktu
Meski kita tidak suka berolahraga atau makan makanan sehat
Meski orang lain menyita pikiran dan waktu dengan meminta kita melakukan sesuatu yang lain
Meski kita sedang mengalami hari yang buruk.
Bagi Anda, yang sungguh-sungguh berniat menjalankan pola hidup sehat, inilah beberapa tip yang bisa diterapkan agar bisa konsisten setiap hari.
1. Siapkan makanan untuk seminggu. Gunakan waktu luang di akhir pekan untuk memutuskan dan memasak makanan sehat yang bisa digunakan untuk seminggu. Lebih bagus jika Anda bisa menyiapkannya untuk menu sarapan, makan siang dan malam. Jika tidak setidaknya untuk, salah satu atau dua dari itu. Rebusan dan sup adalah makanan yang mudah disiapkan. Anda juga bisa mencari menu sehat yang tahan seminggu di internet.
2. Putuskan untuk mengambil jarak yang jauh.
Saat mau ke gym atau belanja, ambillah jarak yang terjauh, bukan mengambil jalan singkat. Jika Anda tak bisa menempuh seluruh perjalanan dengan berjalan kaki, minimal Anda tempuh separuhnya. Setiap hari, dalam perjalanan ke tempat kerja, berhenti atau parkirlah agak jauh dari kantor dan tempuh sisa jarak dengan berjalan kaki. Selalu cari cara untuk berjalan kaki, atau bersepeda, dan melakukan peregangan di tengah kesibukan Anda.
3. Ajak anak-anak terlibat dalam latihan di rumah atau bermain kejar tangkap dengan mereka. Sementara Anda bergerak aktif, hal ini juga sekaligus mendorong dan mengajar anak untuk aktif juga. Percayalah, jika mereka sedang aktif, Anda juga akan aktif.
4. Anda adalah koki utama di rumah. Apa yang Anda siapkan, orang lain akan memakannya. Cobalah untuk membuat makanan sehat dan lezat. Kumpulkan menu yang bervariasi dan internet dan gunakan waktu luang (mungkin di akhir minggu) untuk mempraktikkannya.
5. Manajemen waktu adalah kunci untuk menjadi konsisten. Jika Anda tak bisa meluangkan waktu ke gym, cari cara lain untuk bergerak aktif di rumah dan kantor dan di manapun. Gerakkan seluruh badan Anda saat menunggu anak mengerjakan PR atau saat menunggu laundry selesai. Efisienlah dengan waktu Anda!
by gl75FKPUUayArC | Aug 16, 2016 | 14
Pernah dengar kalau gemuk identik dengan makmur? Ini pendapat yang keliru dan harus diluruskan, sebelum masalah serius datang. Pria biasanya cenderung gemuk setelah menikah. Dalihnya, itu menandakan kebahagiaan
Gemuk atau kelebihan berat badan sama sekali bukan pertanda kemakmuran. Kegemukan malah bisa jadi sumber penyakit, salah satunya dekat dengan diabetes mellitus tipe 2.
Kita tahu, pola makan yang tidak sehat, dalam artian mengkonsumsi makanan berlemak dan mengandung kadar gula tinggi dalam jumlah besar bisa memicu kegemukan, terutama jika tak diimbangi dengan aktivitas fisik yang memadai.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan atau obesitas. Pada tahun 2008, lebih dari 40 juta anak-anak prasekolah yang kelebihan berat badan di seluruh dunia.
Mereka yang memiliki berat badan berlebih alias masuk dalam kategori obesitas memiliki risiko diabetes, khususnya diabetes tipe 2.
Sejumlah penelitian menunjukkan ada hubungan antara obesitas atau kegemukan dengan penyakit diabetes tipe 2. Hal ini mungkin terjadi karena pada penyandang diabetes tipe2, insulin yang dihasilkan oleh pankreasnya tidak bekerja normal.
Komplikasi obesitas menyebabkan insulin-insulin tersebut tidak dapat membantu sel tubuh dalam menyerap glukosa. Karena insulin tidak dapat bekerja efektif dalam membantu penyerapan glukosa, pankreas akan berusaha menghasilkan lebih banyak lagi insulin.
Jika hal ini berlangsung lama, kinerja pankreas dalam menghasilkan insulin akan menurun, pada saat inilah penderita rentan terkena diabetes melitus tipe II.
Resistensi Insulin
Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap kinerja insulin, memaksa pankreas untuk terus menghasilkan lebih banyak insulin untuk mendorong glukosa masuk ke dalam sel. Kelebihan insulin ini (diproduksi sebagai respon resistensi insulin) juga meningkatkan penyimpanan lemak tubuh.
Jadi pertanyaan sebenarnya di balik epidemi obesitas saat ini adalah apa yang sebenarnya menyebabkan resistensi insulin?
Tidak ada yang tahu pasti, tapi ada opini yang berkembang bahwa penyebab molekul menjadi resisten terhadap insulin mungkin berasal dari sel-sel endotel. Sel endotel ini membentuk penghalang yang sangat tipis yang memisahkan aliran darah dari organ-organ tubuh.
Jika penghalang ini tidak bekerja dengan baik, maka seseorang akan memiliki kondisi yang disebut disfungsi endotel, yang berarti antara lain bahwa insulin tidak dapat lagi dengan mudah melewati aliran darah melalui penghalang endotel untuk berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel.
Hanya ketika insulin berinteraksi dengan reseptor inilah sel dapat mengambil glukosa dari aliran darah. Setiap insulin kesulitan menjangkau reseptornya, hal ini akan menjaga kadar glukosa darah tinggi. Tubuh menanggapi dengan memompa keluar insulin lebih banyak, sehingga menciptakan kondisi yang dikenal sebagai hiperinsulinemia.
Diabetes di masa lalu mungkin menjadi kasus yang jarang, namun kini telah berubah. Diabetes tipe 2 (yang didapat ketika dewasa) telah menjadi epidemi, sedangkan diabetes tipe 1 (juvenile) masih tetap relatif jarang. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh suatu kondisi di mana pankreas benar-benar tak berfungsi dan gagal untuk menghasilkan insulin , menyebabkan kadar gula darah melonjak di luar kendali.
Diabetes yang lebih umum adalah tipe 2, dimana 90 persen dari semua penderita diabetes memiliki versi ini – terjadi ketika pasien mengalami resistensi insulin dalam jangka panjang.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, resistensi insulin menyebabkan pankreas mengeluarkan lebih banyak insulin (hiperinsulinemia) dalam upaya untuk mengurangi kadar glukosa darah. Akhirnya pankreas (sel-sel beta di pankreas)menjadi benar-benar lelah dan berhenti memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup.
Hasilnya adalah bahwa tanpa insulin dalam jumlah cukup yang dikeluarkan oleh pankreas, kadar glukosa darah mulai meningkat ke level berbahaya. Bahayanya berasal dari dua faktor, yaitu:
1. Kelebihan glukosa dalam darah menghasilkan radikal bebas (stres oksidatif).
2. Kelebihan glukosa bersifat neurotoksik ke otak.
Hiperinsulinemia biasanya mendahului perkembangan diabetes tipe 2 sekitar delapan tahun, tapi keduanya berasal dari peningkatan resistensi insulin.
Pada intinya tubuh yang kegemukan tidak sehat. Kadar lemak yang tinggi dalam tubuh akan menyebakan berbagai macam penyakit serius yang perlu pengobatan yang cenderung mahal dan lama.
Perlu diwaspadai bahwa saat ini obesitas dapat menyerang orang pada berbagai usia, baik muda maupun tua. Faktor utama terjadinya obesitas adalah gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola hidup santai (sedentary lifestyle) dimana orang lebih suka berdiam diri dan banyak makan makanan mengandung lemak, gula, dan kolesterol tinggi.
Konsumsi makanan berkali tinggi dipadukan dengan gaya hidup santai jarang berolahraga merupakan kombinasi pas dalam memicu kenaikan berat adan.
Ingatlah hubungan obesitas dengan diabetes sangatlah erat. Hasil penelitian dari beberapa ahli membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan diabetes melitus terhadap risiko penyakit jantung koroner. Hal ini disebabkan oleh penyandang diabetes mellitus tipe 2 yang juga mengalami obesitas cenderung mengalami kerusakan pankreas yaitu terjadinya resistensi insulin.
Resistensi insulin menyebabkan peningkatan risiko terkena jantung koroner sebesar 50 hingga 70 persen.
Obesitas bukan lagi sebuah kondisi yang hanya mempengaruhi orang-orang yang lebih tua. Belakangan anak-anak juga mengalami obesitas.
Hubungan antara Obesitas dan Diabetes Tipe 2
Hingga kini, penyebab pasti diabetes masih belum sepenuhnya dipahami. Sejauh ini hanya diketahui bahwakegemukan meningkatkan faktor risiko seseorang mengembangkan penyakit diabetes mellitus alias kencing manis.
Kelebihan berat badan alias obesitas (ditunjukkan dengan indeks massa tubuh/BMI 30 atau lebih) merupakan faktor risiko diabetes tipe 2. Bahkan, diyakini obesitas berkontribusi antara 80 hingga 85 persen dalam mengembangkan diabetes tipe2. Penelitian menunjukkan, orang gemuk 80 kali lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes tipe 2 dibandingkan mereka dengan BMI kurang dari 22.
Bagaimana kegemukan bisa menyebabkan diabetes tipe 2? Faktanya adalah, jika seseorang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, ia memiliki risiko lebih besar mengalami diabetes tipe 2, terutama jika berat badan berlebihitu terkonsentrasi di area perut. Para pria biasanya cenderung mengembangkan kondisi ini.
Studi menunjukkan bahwa lemak perut menyebabkan sel-sel lemak merilis bahan kimia ’pro-inflamasi’ (pro-peradangan) , yang bisa membuat tubuh kurang sensitif terhadap insulin yang dihasilkan dengan mengganggu fungsi sel yang esponsif terhadap insulin dan kemampuan mereka untuk menanggapi insulin. Hal ini dikenal sebagai resistensi insulin yang menjadi pemicu utama untuk diabetes tipe 2.
Perlu diketahui , memiliki kelebihan lemak perut (misalnya ukuran pinggang besar) dikenal sebagai obesitas sentral(perut), yaitu bentuk obesitas yang paling berisiko.
Diabetes dan obesitas terkait erat. Charity Diabetes UK menyatakan bahwa obesitas menyumbang antara 80 dan 85persen terhadap risiko pengembangan diabetes tipe 2. Lembaga ini juga mencatat bahwa obesitas sentral (tumpukan lemak di perut), memiliki ukuran pinggang yang besar, adalah prediktor yang lebih baik dari diabetes tipe 2 daripada nilai-nilai BMI.
Menjadi gemuk meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Namun ada faktor-faktor risiko lain yang terlibat juga, seperti genetika, etnis dan usia. Yang harus digarisbawahi adalah, tidak semua orang yang mengalami obesitas akan terkena diabetes dan tidak semua orang dengan diabetes tipe 2, selalu gemuk.
Ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi terhadap kegemukan, antara lain:
1. Konsumsi makanan berkalori tinggi.
2. Tidak mendapatkan latihan fisik yang cukup.
3. Genetika.
4. Kondisi medis.
5. Konsumsi obat-obatan tertentu.
NHS menyatakan bahwa, bagi mereka yang mengalami obesitas, menurunkan 5 persen berat badan bersama dengan olahraga teratur dapat mengurangi risiko berkembangnya diabetes lebih dari 50 persen. Kehilangan berat badan telah terbukti dapat memperbaiki kadar glukosa darah.
Gangguan pada Metabolisme Lemak
Obesitas juga diduga memicu perubahan metabolisme tubuh. Perubahan ini menyebabkan jaringan lemak (jaringan adiposa) untuk melepaskan molekul lemak ke dalam darah, yang dapat mempengaruhi kinerja sel yang responsif terhadap insulin dan menyebabkan sensitivitas terhadap insulin berkurang.
Teori lain yang dikemukakan oleh para ilmuwan tentang bagaimana obesitas bisa menyebabkan diabetes tipe 2 adalah bahwa obesitas menyebabkan pradiabetes, suatu kondisi metabolik yang hampir selalu berkembang menjadi diabetes tipe 2.
Mencegah Obesitas
Hubungan antara obesitas dan diabetes tipe 2 sudah jelas dan kuat. Tanpa intervensi dari diet sehat dan olahraga yang tepat, obesitas dapat menyebabkan diabetes tipe 2 dalam periode yang relatif singkat.
Kabar baiknya adalah bahwa dengan mengurangi berat badan bahkan dalam jumlah kecil – dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin tubuh dan menurunkan risiko mengembangkan kondisi kardiovaskular dan metabolisme seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung dan kanker.
Menurut NHS, pengurangan sebanyak 5 persen berat badan diikuti dengan latihan intensitas sedang secara teratur bisa mengurangi risiko diabetes tipe 2 lebih dari 50 persen.
Jarak Aman Anda dengan Diabetes Hanya 4 Jengkal Tangan
Timbang berat badan Anda secara teratur. Menurut pakar dari Mayo Clinic, orang yang menimbang berat badan setidaknya seminggu sekali akan lebih berhasil memelihara berat badan ideal dibandingkan mereka yang malas menimbang. Perhatikan juga lingkar pinggang Anda, jika lebih dari 4 jengkal tangan berarti Anda mengidap obesitas sentral.
Empat jengkal tangan (80-90 cm) adalah ukuran lingkar perut ideal seseorang. Jika melebihi angka tersebut, seseorang dikatakan memiliki perut buncit atau bahasa kerennya obesitas sentral.
Nah, obesitas ternyata adalah salah satu penyebab utama diabetes. Menurut Harvard School of Public Health, pria obesitas memiliki risiko diabetes 7 kali lebih besar daripada yang tidak. Sementara untuk wanita obesitas 12 kali lebih besar.
Referensi:
http://www.diabetes.co.uk/diabetes-and-obesity.html
http://www1.cbn.com/700club/silent-killer-link-between-obesity-and-type-2-diabetes
by gl75FKPUUayArC | Aug 16, 2016 | Healthy Living
Pernah dengar kalau gemuk identik dengan makmur? Ini pendapat yang keliru dan harus diluruskan, sebelum masalah serius datang. Pria biasanya cenderung gemuk setelah menikah. Dalihnya, itu menandakan kebahagiaan
Gemuk atau kelebihan berat badan sama sekali bukan pertanda kemakmuran. Kegemukan malah bisa jadi sumber penyakit, salah satunya dekat dengan diabetes mellitus tipe 2.
Kita tahu, pola makan yang tidak sehat, dalam artian mengkonsumsi makanan berlemak dan mengandung kadar gula tinggi dalam jumlah besar bisa memicu kegemukan, terutama jika tak diimbangi dengan aktivitas fisik yang memadai.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan atau obesitas. Pada tahun 2008, lebih dari 40 juta anak-anak prasekolah yang kelebihan berat badan di seluruh dunia.
Mereka yang memiliki berat badan berlebih alias masuk dalam kategori obesitas memiliki risiko diabetes, khususnya diabetes tipe 2.
Sejumlah penelitian menunjukkan ada hubungan antara obesitas atau kegemukan dengan penyakit diabetes tipe 2. Hal ini mungkin terjadi karena pada penyandang diabetes tipe2, insulin yang dihasilkan oleh pankreasnya tidak bekerja normal.
Komplikasi obesitas menyebabkan insulin-insulin tersebut tidak dapat membantu sel tubuh dalam menyerap glukosa. Karena insulin tidak dapat bekerja efektif dalam membantu penyerapan glukosa, pankreas akan berusaha menghasilkan lebih banyak lagi insulin.
Jika hal ini berlangsung lama, kinerja pankreas dalam menghasilkan insulin akan menurun, pada saat inilah penderita rentan terkena diabetes melitus tipe II.
Resistensi Insulin
Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap kinerja insulin, memaksa pankreas untuk terus menghasilkan lebih banyak insulin untuk mendorong glukosa masuk ke dalam sel. Kelebihan insulin ini (diproduksi sebagai respon resistensi insulin) juga meningkatkan penyimpanan lemak tubuh.
Jadi pertanyaan sebenarnya di balik epidemi obesitas saat ini adalah apa yang sebenarnya menyebabkan resistensi insulin?
Tidak ada yang tahu pasti, tapi ada opini yang berkembang bahwa penyebab molekul menjadi resisten terhadap insulin mungkin berasal dari sel-sel endotel. Sel endotel ini membentuk penghalang yang sangat tipis yang memisahkan aliran darah dari organ-organ tubuh.
Jika penghalang ini tidak bekerja dengan baik, maka seseorang akan memiliki kondisi yang disebut disfungsi endotel, yang berarti antara lain bahwa insulin tidak dapat lagi dengan mudah melewati aliran darah melalui penghalang endotel untuk berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel.
Hanya ketika insulin berinteraksi dengan reseptor inilah sel dapat mengambil glukosa dari aliran darah. Setiap insulin kesulitan menjangkau reseptornya, hal ini akan menjaga kadar glukosa darah tinggi. Tubuh menanggapi dengan memompa keluar insulin lebih banyak, sehingga menciptakan kondisi yang dikenal sebagai hiperinsulinemia.
Diabetes di masa lalu mungkin menjadi kasus yang jarang, namun kini telah berubah. Diabetes tipe 2 (yang didapat ketika dewasa) telah menjadi epidemi, sedangkan diabetes tipe 1 (juvenile) masih tetap relatif jarang. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh suatu kondisi di mana pankreas benar-benar tak berfungsi dan gagal untuk menghasilkan insulin , menyebabkan kadar gula darah melonjak di luar kendali.
Diabetes yang lebih umum adalah tipe 2, dimana 90 persen dari semua penderita diabetes memiliki versi ini – terjadi ketika pasien mengalami resistensi insulin dalam jangka panjang.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, resistensi insulin menyebabkan pankreas mengeluarkan lebih banyak insulin (hiperinsulinemia) dalam upaya untuk mengurangi kadar glukosa darah. Akhirnya pankreas (sel-sel beta di pankreas)menjadi benar-benar lelah dan berhenti memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup.
Hasilnya adalah bahwa tanpa insulin dalam jumlah cukup yang dikeluarkan oleh pankreas, kadar glukosa darah mulai meningkat ke level berbahaya. Bahayanya berasal dari dua faktor, yaitu:
1. Kelebihan glukosa dalam darah menghasilkan radikal bebas (stres oksidatif).
2. Kelebihan glukosa bersifat neurotoksik ke otak.
Hiperinsulinemia biasanya mendahului perkembangan diabetes tipe 2 sekitar delapan tahun, tapi keduanya berasal dari peningkatan resistensi insulin.
Pada intinya tubuh yang kegemukan tidak sehat. Kadar lemak yang tinggi dalam tubuh akan menyebakan berbagai macam penyakit serius yang perlu pengobatan yang cenderung mahal dan lama.
Perlu diwaspadai bahwa saat ini obesitas dapat menyerang orang pada berbagai usia, baik muda maupun tua. Faktor utama terjadinya obesitas adalah gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola hidup santai (sedentary lifestyle) dimana orang lebih suka berdiam diri dan banyak makan makanan mengandung lemak, gula, dan kolesterol tinggi.
Konsumsi makanan berkali tinggi dipadukan dengan gaya hidup santai jarang berolahraga merupakan kombinasi pas dalam memicu kenaikan berat adan.
Ingatlah hubungan obesitas dengan diabetes sangatlah erat. Hasil penelitian dari beberapa ahli membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan diabetes melitus terhadap risiko penyakit jantung koroner. Hal ini disebabkan oleh penyandang diabetes mellitus tipe 2 yang juga mengalami obesitas cenderung mengalami kerusakan pankreas yaitu terjadinya resistensi insulin.
Resistensi insulin menyebabkan peningkatan risiko terkena jantung koroner sebesar 50 hingga 70 persen.
Obesitas bukan lagi sebuah kondisi yang hanya mempengaruhi orang-orang yang lebih tua. Belakangan anak-anak juga mengalami obesitas.
Hubungan antara Obesitas dan Diabetes Tipe 2
Hingga kini, penyebab pasti diabetes masih belum sepenuhnya dipahami. Sejauh ini hanya diketahui bahwakegemukan meningkatkan faktor risiko seseorang mengembangkan penyakit diabetes mellitus alias kencing manis.
Kelebihan berat badan alias obesitas (ditunjukkan dengan indeks massa tubuh/BMI 30 atau lebih) merupakan faktor risiko diabetes tipe 2. Bahkan, diyakini obesitas berkontribusi antara 80 hingga 85 persen dalam mengembangkan diabetes tipe2. Penelitian menunjukkan, orang gemuk 80 kali lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes tipe 2 dibandingkan mereka dengan BMI kurang dari 22.
Bagaimana kegemukan bisa menyebabkan diabetes tipe 2? Faktanya adalah, jika seseorang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, ia memiliki risiko lebih besar mengalami diabetes tipe 2, terutama jika berat badan berlebihitu terkonsentrasi di area perut. Para pria biasanya cenderung mengembangkan kondisi ini.
Studi menunjukkan bahwa lemak perut menyebabkan sel-sel lemak merilis bahan kimia ‘pro-inflamasi’ (pro-peradangan) , yang bisa membuat tubuh kurang sensitif terhadap insulin yang dihasilkan dengan mengganggu fungsi sel yang esponsif terhadap insulin dan kemampuan mereka untuk menanggapi insulin. Hal ini dikenal sebagai resistensi insulin – yang menjadi pemicu utama untuk diabetes tipe 2.
Perlu diketahui , memiliki kelebihan lemak perut (misalnya ukuran pinggang besar) dikenal sebagai obesitas sentral(perut), yaitu bentuk obesitas yang paling berisiko.
Diabetes dan obesitas terkait erat. Charity Diabetes UK menyatakan bahwa obesitas menyumbang antara 80 dan 85persen terhadap risiko pengembangan diabetes tipe 2. Lembaga ini juga mencatat bahwa obesitas sentral (tumpukan lemak di perut), memiliki ukuran pinggang yang besar, adalah prediktor yang lebih baik dari diabetes tipe 2 daripada nilai-nilai BMI.
Menjadi gemuk meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Namun ada faktor-faktor risiko lain yang terlibat juga, seperti genetika, etnis dan usia. Yang harus digarisbawahi adalah, tidak semua orang yang mengalami obesitas akan terkena diabetes dan tidak semua orang dengan diabetes tipe 2, selalu gemuk.
Ada sejumlah faktor yang dapat berkontribusi terhadap kegemukan, antara lain:
1. Konsumsi makanan berkalori tinggi.
2. Tidak mendapatkan latihan fisik yang cukup.
3. Genetika.
4. Kondisi medis.
5. Konsumsi obat-obatan tertentu.
NHS menyatakan bahwa, bagi mereka yang mengalami obesitas, menurunkan 5 persen berat badan bersama dengan olahraga teratur dapat mengurangi risiko berkembangnya diabetes lebih dari 50 persen. Kehilangan berat badan telah terbukti dapat memperbaiki kadar glukosa darah.
Gangguan pada Metabolisme Lemak
Obesitas juga diduga memicu perubahan metabolisme tubuh. Perubahan ini menyebabkan jaringan lemak (jaringan adiposa) untuk melepaskan molekul lemak ke dalam darah, yang dapat mempengaruhi kinerja sel yang responsif terhadap insulin dan menyebabkan sensitivitas terhadap insulin berkurang.
Teori lain yang dikemukakan oleh para ilmuwan tentang bagaimana obesitas bisa menyebabkan diabetes tipe 2 adalah bahwa obesitas menyebabkan pradiabetes, suatu kondisi metabolik yang hampir selalu berkembang menjadi diabetes tipe 2.
Mencegah Obesitas
Hubungan antara obesitas dan diabetes tipe 2 sudah jelas dan kuat. Tanpa intervensi dari diet sehat dan olahraga yang tepat, obesitas dapat menyebabkan diabetes tipe 2 dalam periode yang relatif singkat.
Kabar baiknya adalah bahwa dengan mengurangi berat badan – bahkan dalam jumlah kecil – dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin tubuh dan menurunkan risiko mengembangkan kondisi kardiovaskular dan metabolisme seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung dan kanker.
Menurut NHS, pengurangan sebanyak 5 persen berat badan diikuti dengan latihan intensitas sedang secara teratur bisa mengurangi risiko diabetes tipe 2 lebih dari 50 persen.
Jarak Aman Anda dengan Diabetes Hanya 4 Jengkal Tangan
Timbang berat badan Anda secara teratur. Menurut pakar dari Mayo Clinic, orang yang menimbang berat badan setidaknya seminggu sekali akan lebih berhasil memelihara berat badan ideal dibandingkan mereka yang malas menimbang. Perhatikan juga lingkar pinggang Anda, jika lebih dari 4 jengkal tangan berarti Anda mengidap obesitas sentral.
Empat jengkal tangan (80-90 cm) adalah ukuran lingkar perut ideal seseorang. Jika melebihi angka tersebut, seseorang dikatakan memiliki perut buncit atau bahasa kerennya obesitas sentral.
Nah, obesitas ternyata adalah salah satu penyebab utama diabetes. Menurut Harvard School of Public Health, pria obesitas memiliki risiko diabetes 7 kali lebih besar daripada yang tidak. Sementara untuk wanita obesitas 12 kali lebih besar.
Referensi:
http://www.diabetes.co.uk/diabetes-and-obesity.html
http://www1.cbn.com/700club/silent-killer-link-between-obesity-and-type-2-diabetes
by gl75FKPUUayArC | Jun 29, 2016 | 14
Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis masih menjadi teka-teki bagi sebagian orang. Ada anggapan bahwa penyakit ini bisa disembuhkan tutas. Faktanya, diabetes mellitus tidak bisa disembuhkan total, namun bisa dikontrol. Maka dari itu kami coba berikan 4 cara untuk mengatasi diabetes.
Meski diabetes tidak bisa disembuhkan, pendeteksian sejak dini memungkinkan kadar gula darah penderita diabetes bisa dikendalikan. Ini dilakukan agar kadar gula darah tetap dalam batas normal dan gejala-gejalanya dapat dikendalikan untuk mencegah komplikasi yang mungkin akan terjadi.
Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan keseimbangan kadar gula darah dan meminimalisasi risiko komplikasi. Bukan menyembuhkan diabetes sama sekali seperti iklan pengobatan yang banyak bertebaran di blog-blog yang kurang bisa dipertanggungjawabkan.
Bergantung pada jenis diabetes yang dimiliki seseorang, monitoring kadar gula darah, insulin dan pengobatan oral kemungkinan memainkan peran penting dalam terapi penyandang diabetes. Konsumsi makanan sehat, menjaga berat badan dan melakukan aktivitas fisik merupakan faktor penting dalam mengelola diabetes.
Cara Mengatasi Diabetes

1.Mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat dengan konsumsi makanan bergizi seimbang
Penanganan awal yang umumnya diterapkan kepada penyandang diabetes tipe 2 adalah dengan mengubah gaya hidup. Misalnya pola makan yang sehat, teratur berolahraga, dan menurunkan berat badan bagi yang mengalami kegemukan atau yang masuk kategori gemuk (ditandai dengan indeks massa tubuh 30 atau lebih).
Langkah awal ini akan sangat efektif untuk penyandang diabetes tipe 2 pada tahap dini serta dapat membantu proses pengobatan jika dilakukan dengan disiplin dan cermat.
Berlawanan dengan kepercayaan umum, sebenarnya tidak ada diet diabetes secara khusus. Kita perlu menekankan diet pada konsumsi lebih banyak sayur, buah dan biji-bijian makanan yang mengandung nutrisi dan serat tinggi namun rendah lemak dan kalori, serta penting mengurangi konsumsi produk hewani, karbohidrat rafinasi dan makanan manis. Makanan manis masih oke dikonsumsi sesekali, sepanjang hal itu dihitung sebagai bagian rencana makan.
Mengetahui makanan apa saja yang mesti dikonsumsi dan berapa banyak mungkin menjadi tantangan bagi penyang diabetes. Ahli diet bisa membantumu menciptakan rencana makan yang disesuaikan dengan tujuan kesehatanmu, pemilihan makanan dan gaya hidup. Rencana makan ini melibatkan penghitungan karbohidrat, khususnya bagi mereka yang menyandang diabetes tipe 1.

2. Melakukan aktivitas fisik
Setiap orang membutuhkan latihan aerobik secara teratur, tak terkecuali bagi penyandang diabetes. Latihan fisik akan menurunkan kaar gula darah dengan menggerakkan gula ke dalam sel-sel tubuh, yang selanjutnya akan dipakai sebagai sumber energi. Aktivitas fisik juga meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Ini berarti tubuh hanya membutuhkan insulin dalam jumlah lebih sedikit untuk mengangkut gula ke dalam sel.
Jika belum yakin olahraga apa yang aman untuk penyandang diabetes, konsultasikan dengan dokter. Selanjutnya pilih aktivitas yang paling kamu nikmati, apakah itu jalan, berenang atau bersepeda.
Hal terpenting adalah melibatkan aktivitas fisik sebagai rutinitas harian. Sisihkan waktu setidaknya 30 menit atau lebih untuk latihan aerobik selama satu hari dalam seminggu. Jika kamu sudah lama tidak melakukan olahraga, mulailah secara perlahan dan tingkatkan secara bertahap.

3. Pemantauan kadar gula darah: Menjalani tes HbA1c
Penyandang diabetes dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan konsentrasi gula darah pada tiap 2-3 bulan. Pemeriksaan ini akan memperlihatkan tingkat kadar gula darah dalam beberapa bulan terakhir, serta efektivitas pengobatan.
Ketika tubuh sedang memproses gula, gula dalam darah secara otomatis melekatkan diri pada hemoglobin. Makin tinggi kadar gula dalam darah, makin banyak hemoglobin yang terkait dengan gula dan hemoglobin inilah yang disebut HbA1c. Tes HbA1c mengukur jumlah hemoglobin yang mengandung glukosa.
Jika memiliki kadar gula darah yang tinggi selama 2-3 bulan terakhir, hasil tes HbA1c akan menunjukkan angka yang tinggi sebagai indikasinya. Karena itu jenis pengobatan yang dijalani mungkin perlu diubah. Nilai rujukan normal untuk tes HbA1c penderita diabetes adalah di bawah 6,5%.
Pola makan sehat, berolahraga, dan meminum obat atau menjalani terapi insulin akan membantu penyandang diabetes untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah. Tetapi penyakit lain dan stres juga dapat berpengaruh. Faktor lain yang mungkin akan berdampak pada kadar gula darah antara lain konsusi minuman keras, konsumsi obat lain, perubahan hormon pada siklus haid.
Menjalani pemeriksaan laboratorium tiap 2-6 bulan sekali sangatlah penting bagi penyandang diabetes tipe 2. Selain itu, penyandang diabetes juga dianjurkan untuk memantau kadar gula darah dengan melakukan tes sendiri di rumah.
Kadar gula darah biasanya tidak selalu sama sepanjang hari dan dapat dipengaruhi oleh proses pengobatan yang dijalani. Maka dianjurkan untuk memeriksanya beberapa kali dalam sehari. Pemantauan rutin akan membantumu untuk menjaga keseimbangannya.
Satuan ukuran untuk kadar gula darah yang digunakan secara umum di Indonesia adalah milligrams/deciliter atau biasa disingkat mg/dL.
Kadar gula darah pada tiap orang berbeda-beda, tapi rujukan normalnya adalah 72-108 mg/dL sebelum makan, dan 180 mg/dL dua jam sesudah makan.

4. Konsumsi obat untuk menurunkan kadar gula darah
Diabetes tipe 2 adalah penyakit progresif yang umumnya bisa bertambah parah. Menjaga pola makan dan rutin berolahraga saja mungkin belum cukup untuk mengendalikan kadar gula darah penderita sepenuhnya.
Penyandang diabetes tipe 2 lama-kelamaan akan membutuhkan obat-obatan untuk menurunkan kadar gula darah yang tinggi. Proses pengobatan umumnya diawali dengan obat dalam bentuk tablet dan kadang-kadang dengan kombinasi lebih dari satu jenis tablet. Kemudian diikuti dengan insulin atau obat lain yang diberikan lewat suntikan.
Keseimbangan kadar gula darah pada diabetes terkadang tidak dapat dijaga dengan baik hanya melalui penerapan pola makan sehat dan olahraga teratur. Oleh karena itu, penyandang diabetes kemungkinan juga membutuhkan obat-obatan untuk menanganinya.
Ada beberapa jenis obat dapat digunakan untuk diabetes tipe 2. Dokter juga mungkin diberikan kombinasi dari dua jenis obat atau lebih untuk mengendalikan kadar gula darah
Obat untuk menurunkan kadar gula darah yang popular adalah metformin. Metformin bekerja dengan mengurangi kadar gula yang disalurkan hati ke aliran darah dan membuat tubuh lebih responsif terhadap insulin. Ini obat pertama yang sering dianjurkan bagi penderita diabetes tipe 2.
Berbeda dengan obat-obat lain, metformin tidak menyebabkan kenaikan berat badan. Karena itu obat ini biasanya diberikan untuk penderita yang mengalami kelebihan berat badan.
Tetapi metformin kadang-kadang dapat menyebabkan efek samping yang ringan, misalnya mual dan diare. Umumnya dokter tidak akan menganjurkan obat ini untuk penderita diabetes yang mengalami masalah ginjal.
Obat lain, yakni sulfonilurea berfungsi meningkatkan produksi insulin dalam pankreas. Penyandang diabetes yang tidak dapat meminum metformin atau tidak kelebihan berat badan mungkin akan diberikan obat ini. Jika metformin kurang efektif untuk mengendalikan kadar gula darah, dokter mungkin akan mengombinasikannya dengan sulfonilurea.
Referensi
mayoclinic.org
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diabetes/basics/treatment/con-20033091
by gl75FKPUUayArC | Jun 29, 2016 | 14
Penyandang diabetes biasanya telah belajar dari pengalaman, menu makanan dan minuman yang mereka pilih dapat berdampak pada kadar gula darah, apakah itu meningkatkan atau menurunkan kadar gula darah setelah makan. Kadar gula darah yang terkendali penting artinya bagi penyandang diabetes. Karena alasan inilah, penyandang diabetes harus tahu menu makanan untuk penyandang diabetes yang pas untuk dikonsumsi.
Ada empat komponen dalam makanan yang dapat mempengaruhi gula darah, yaitu karbohidrat, protein, serat, dan lemak. Karbohidrat meningkatkan gula darah lebih cepat dan memiliki pengaruh terbesar pada glukosa darah dibandingkan dengan makanan yang mengandung protein atau lemak. Kandungan serat, protein, dan lemak menyebabkan kenaikan gula darah setelah makan. Mengatur dan menjaga keseimbangan yang sehat dari karbohidrat, protein, dan lemak dalam makanan dapat membantu penyandang diabetes mengatur kadar gula darahnya.
Dalam pemilihan karbohidrat, penyandang diabetes harus mengutamakan karbohidrat kompleks, alih-alih karbohidrat sederhana. Karbohidrat yang berkualitas antara lain bisa diperoleh dari sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah-buahan. Sedangkan sumber lemak yang baik bisa diperoleh dari ikan, kacang-kacangan dan biji-bijian, alpukat, zaitun, minyak zaitun extra virgin, dan minyak canola.
Meski demikian harus diingat, dua orang dengan diabetes dapat memiliki respon berbeda terhadap makanan yang sama. Karena alasan inilah, penyandang diabetes disarankan untuk memeriksa gula darah secara teratur sebelum dan setelah makan dan mencari pola makan yang tepat antara apa yang dimakan dan minum dan kadar gula darah yang dihasilkan.
Penyandang diabetes mungkin juga ingin memeriksa jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari setiap kali makan dan mencoba untuk menjaga konsistensi asupan setiap kali makan. Hal ini dapat membantu penyandang diabetes dalam mengelola kadar gula darahnya.
Konsumsi diet yang sehat dan seimbang pada penyandang diabetes tidak berarti harus menjauhkan diri dari makanan yang enak. Yang penting adalah menentukan pilihan menu makanan yang memiliki keseimbangan yang baik dari protein dan lemak serta cukup sumber serat dengan ukuran porsi yang tepat.
Tambahan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, susu, protein, atau lemak dapat juga dimasukkan dalam rencana pola makan penyandang diabetes. Jangan lupa untuk memperhatikan sodium (garam) dalam diet. Selaku baca label makanan dan piih yang kandungan garamnya rendah.

Contoh menu makanan untuk penderita diabetes:
1.Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks seperti nasi merah, kentang panggang, oatmel, roti dan sereal dari biji-bijian utuh.
2. Daging tanpa lemak yang dikukus, direbus, dipanggang, dan dibakar.
3. Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus, dipanggang atau dikonsumsi mentah.Sayuran yang baik dikonsumsi untuk penderita diabetes di antaranya brokoli dan bayam.
4. Buah-buahan segar. Jika ingin dijadikan jus, jangan ditambah gula. Biarkan rasa manis hanya diperoleh dari gula asli yang terkandung dalam buah.
5. Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang dikukus, dimasak untuk sup dan ditumis.
6. Boleh mencoba makan popcorn tanpa tambahan gula, garam, atau keju.
7. Produk olahan susu rendah lemak dan telur.
8. Pilih ikan seperti tuna, salmon, sarden dan makarel. Namun, hindari ikan dengan kadar merkuri tinggi seperti ikan tongkol.

Menu makanan yang harus dihindari penyandang diabetes
Bagi penderita diabetes, nasi putih harus dihindari karena mengandung kadar gula yang tinggi dibanding sumber karbohidrat lain.
Selain nasi putih,ada beberapa jenis makanan lain yang harus dihindari jika ingin kadar gula darah tetap terjaga yakni:
- Roti tawar putih.
- Makanan yang terbuat dari tepung terigu.
- Sayuran yang dimasak dengan tambahan garam, keju, mentega, dan saus dalam jumlah banyak.
- Buah-buahan kaleng yang mengandung banyak gula.
- Sayuran kaleng yang mengandung garam tinggi.
- Daging berlemak.
- Produk susu tinggi lemak.
- Hati, ampela, dan organ dalam (jerohan) hewan lainnya.
- Makanan yang digoreng, misalnya ayam goreng, ikan goreng, pisang goreng, dan kentang goreng. Jauhi juga kulit ayam.
- Popcorn kaya rasa.
Untuk memastikan kandungan bahan pangan dan minuman, para penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi makanan buatan sendiri.
Selain jeli dalam memilih makanan, penyandang diabetes juga disarankan untuk rutin mengecek kadar gula darah.
Referensi:
Webmd.com
Sumber: http://www.webmd.com/diabetes/features/diabetes-menu-plan
by gl75FKPUUayArC | Jun 29, 2016 | Healthy Living
Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis masih menjadi teka-teki bagi sebagian orang. Ada anggapan bahwa penyakit ini bisa disembuhkan tutas. Faktanya, diabetes mellitus tidak bisa disembuhkan total, namun bisa dikontrol. Maka dari itu kami coba berikan 4 cara untuk mengatasi diabetes.
Meski diabetes tidak bisa disembuhkan, pendeteksian sejak dini memungkinkan kadar gula darah penderita diabetes bisa dikendalikan. Ini dilakukan agar kadar gula darah tetap dalam batas normal dan gejala-gejalanya dapat dikendalikan untuk mencegah komplikasi yang mungkin akan terjadi.
Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan keseimbangan kadar gula darah dan meminimalisasi risiko komplikasi. Bukan menyembuhkan diabetes sama sekali seperti iklan pengobatan yang banyak bertebaran di blog-blog yang kurang bisa dipertanggungjawabkan.
Bergantung pada jenis diabetes yang dimiliki seseorang, monitoring kadar gula darah, insulin dan pengobatan oral kemungkinan memainkan peran penting dalam terapi penyandang diabetes. Konsumsi makanan sehat, menjaga berat badan dan melakukan aktivitas fisik merupakan faktor penting dalam mengelola diabetes.
Cara Mengatasi Diabetes

1.Mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat dengan konsumsi makanan bergizi seimbang
Penanganan awal yang umumnya diterapkan kepada penyandang diabetes tipe 2 adalah dengan mengubah gaya hidup. Misalnya pola makan yang sehat, teratur berolahraga, dan menurunkan berat badan bagi yang mengalami kegemukan atau yang masuk kategori gemuk (ditandai dengan indeks massa tubuh 30 atau lebih).
Langkah awal ini akan sangat efektif untuk penyandang diabetes tipe 2 pada tahap dini serta dapat membantu proses pengobatan jika dilakukan dengan disiplin dan cermat.
Berlawanan dengan kepercayaan umum, sebenarnya tidak ada diet diabetes secara khusus. Kita perlu menekankan diet pada konsumsi lebih banyak sayur, buah dan biji-bijian – makanan yang mengandung nutrisi dan serat tinggi namun rendah lemak dan kalori, serta penting mengurangi konsumsi produk hewani, karbohidrat rafinasi dan makanan manis. Makanan manis masih oke dikonsumsi sesekali, sepanjang hal itu dihitung sebagai bagian rencana makan.
Mengetahui makanan apa saja yang mesti dikonsumsi dan berapa banyak mungkin menjadi tantangan bagi penyang diabetes. Ahli diet bisa membantumu menciptakan rencana makan yang disesuaikan dengan tujuan kesehatanmu, pemilihan makanan dan gaya hidup. Rencana makan ini melibatkan penghitungan karbohidrat, khususnya bagi mereka yang menyandang diabetes tipe 1.

2. Melakukan aktivitas fisik
Setiap orang membutuhkan latihan aerobik secara teratur, tak terkecuali bagi penyandang diabetes. Latihan fisik akan menurunkan kaar gula darah dengan menggerakkan gula ke dalam sel-sel tubuh, yang selanjutnya akan dipakai sebagai sumber energi. Aktivitas fisik juga meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Ini berarti tubuh hanya membutuhkan insulin dalam jumlah lebih sedikit untuk mengangkut gula ke dalam sel.
Jika belum yakin olahraga apa yang aman untuk penyandang diabetes, konsultasikan dengan dokter. Selanjutnya pilih aktivitas yang paling kamu nikmati, apakah itu jalan, berenang atau bersepeda.
Hal terpenting adalah melibatkan aktivitas fisik sebagai rutinitas harian. Sisihkan waktu setidaknya 30 menit atau lebih untuk latihan aerobik selama satu hari dalam seminggu. Jika kamu sudah lama tidak melakukan olahraga, mulailah secara perlahan dan tingkatkan secara bertahap.

3. Pemantauan kadar gula darah: Menjalani tes HbA1c
Penyandang diabetes dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan konsentrasi gula darah pada tiap 2-3 bulan. Pemeriksaan ini akan memperlihatkan tingkat kadar gula darah dalam beberapa bulan terakhir, serta efektivitas pengobatan.
Ketika tubuh sedang memproses gula, gula dalam darah secara otomatis melekatkan diri pada hemoglobin. Makin tinggi kadar gula dalam darah, makin banyak hemoglobin yang terkait dengan gula dan hemoglobin inilah yang disebut HbA1c. Tes HbA1c mengukur jumlah hemoglobin yang mengandung glukosa.
Jika memiliki kadar gula darah yang tinggi selama 2-3 bulan terakhir, hasil tes HbA1c akan menunjukkan angka yang tinggi sebagai indikasinya. Karena itu jenis pengobatan yang dijalani mungkin perlu diubah. Nilai rujukan normal untuk tes HbA1c penderita diabetes adalah di bawah 6,5%.
Pola makan sehat, berolahraga, dan meminum obat atau menjalani terapi insulin akan membantu penyandang diabetes untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah. Tetapi penyakit lain dan stres juga dapat berpengaruh. Faktor lain yang mungkin akan berdampak pada kadar gula darah antara lain konsusi minuman keras, konsumsi obat lain, perubahan hormon pada siklus haid.
Menjalani pemeriksaan laboratorium tiap 2-6 bulan sekali sangatlah penting bagi penyandang diabetes tipe 2. Selain itu, penyandang diabetes juga dianjurkan untuk memantau kadar gula darah dengan melakukan tes sendiri di rumah.
Kadar gula darah biasanya tidak selalu sama sepanjang hari dan dapat dipengaruhi oleh proses pengobatan yang dijalani. Maka dianjurkan untuk memeriksanya beberapa kali dalam sehari. Pemantauan rutin akan membantumu untuk menjaga keseimbangannya.
Satuan ukuran untuk kadar gula darah yang digunakan secara umum di Indonesia adalah milligrams/deciliter atau biasa disingkat mg/dL.
Kadar gula darah pada tiap orang berbeda-beda, tapi rujukan normalnya adalah 72-108 mg/dL sebelum makan, dan 180 mg/dL dua jam sesudah makan.

4. Konsumsi obat untuk menurunkan kadar gula darah
Diabetes tipe 2 adalah penyakit progresif yang umumnya bisa bertambah parah. Menjaga pola makan dan rutin berolahraga saja mungkin belum cukup untuk mengendalikan kadar gula darah penderita sepenuhnya.
Penyandang diabetes tipe 2 lama-kelamaan akan membutuhkan obat-obatan untuk menurunkan kadar gula darah yang tinggi. Proses pengobatan umumnya diawali dengan obat dalam bentuk tablet dan kadang-kadang dengan kombinasi lebih dari satu jenis tablet. Kemudian diikuti dengan insulin atau obat lain yang diberikan lewat suntikan.
Keseimbangan kadar gula darah pada diabetes terkadang tidak dapat dijaga dengan baik hanya melalui penerapan pola makan sehat dan olahraga teratur. Oleh karena itu, penyandang diabetes kemungkinan juga membutuhkan obat-obatan untuk menanganinya.
Ada beberapa jenis obat dapat digunakan untuk diabetes tipe 2. Dokter juga mungkin diberikan kombinasi dari dua jenis obat atau lebih untuk mengendalikan kadar gula darah
Obat untuk menurunkan kadar gula darah yang popular adalah metformin. Metformin bekerja dengan mengurangi kadar gula yang disalurkan hati ke aliran darah dan membuat tubuh lebih responsif terhadap insulin. Ini obat pertama yang sering dianjurkan bagi penderita diabetes tipe 2.
Berbeda dengan obat-obat lain, metformin tidak menyebabkan kenaikan berat badan. Karena itu obat ini biasanya diberikan untuk penderita yang mengalami kelebihan berat badan.
Tetapi metformin kadang-kadang dapat menyebabkan efek samping yang ringan, misalnya mual dan diare. Umumnya dokter tidak akan menganjurkan obat ini untuk penderita diabetes yang mengalami masalah ginjal.
Obat lain, yakni sulfonilurea berfungsi meningkatkan produksi insulin dalam pankreas. Penyandang diabetes yang tidak dapat meminum metformin atau tidak kelebihan berat badan mungkin akan diberikan obat ini. Jika metformin kurang efektif untuk mengendalikan kadar gula darah, dokter mungkin akan mengombinasikannya dengan sulfonilurea.
Referensi
mayoclinic.org
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diabetes/basics/treatment/con-20033091
by gl75FKPUUayArC | Jun 29, 2016 | Healthy Living
Penyandang diabetes biasanya telah belajar dari pengalaman, menu makanan dan minuman yang mereka pilih dapat berdampak pada kadar gula darah, apakah itu meningkatkan atau menurunkan kadar gula darah setelah makan. Kadar gula darah yang terkendali penting artinya bagi penyandang diabetes. Karena alasan inilah, penyandang diabetes harus tahu menu makanan untuk penyandang diabetes yang pas untuk dikonsumsi.
Ada empat komponen dalam makanan yang dapat mempengaruhi gula darah, yaitu karbohidrat, protein, serat, dan lemak. Karbohidrat meningkatkan gula darah lebih cepat dan memiliki pengaruh terbesar pada glukosa darah dibandingkan dengan makanan yang mengandung protein atau lemak. Kandungan serat, protein, dan lemak menyebabkan kenaikan gula darah setelah makan. Mengatur dan menjaga keseimbangan yang sehat dari karbohidrat, protein, dan lemak dalam makanan dapat membantu penyandang diabetes mengatur kadar gula darahnya.
Dalam pemilihan karbohidrat, penyandang diabetes harus mengutamakan karbohidrat kompleks, alih-alih karbohidrat sederhana. Karbohidrat yang berkualitas antara lain bisa diperoleh dari sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah-buahan. Sedangkan sumber lemak yang baik bisa diperoleh dari ikan, kacang-kacangan dan biji-bijian, alpukat, zaitun, minyak zaitun extra virgin, dan minyak canola.
Meski demikian harus diingat, dua orang dengan diabetes dapat memiliki respon berbeda terhadap makanan yang sama. Karena alasan inilah, penyandang diabetes disarankan untuk memeriksa gula darah secara teratur sebelum dan setelah makan dan mencari pola makan yang tepat antara apa yang dimakan dan minum dan kadar gula darah yang dihasilkan.
Penyandang diabetes mungkin juga ingin memeriksa jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dari setiap kali makan dan mencoba untuk menjaga konsistensi asupan setiap kali makan. Hal ini dapat membantu penyandang diabetes dalam mengelola kadar gula darahnya.
Konsumsi diet yang sehat dan seimbang pada penyandang diabetes tidak berarti harus menjauhkan diri dari makanan yang enak. Yang penting adalah menentukan pilihan menu makanan yang memiliki keseimbangan yang baik dari protein dan lemak serta cukup sumber serat dengan ukuran porsi yang tepat.
Tambahan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, susu, protein, atau lemak dapat juga dimasukkan dalam rencana pola makan penyandang diabetes. Jangan lupa untuk memperhatikan sodium (garam) dalam diet. Selaku baca label makanan dan piih yang kandungan garamnya rendah.

Contoh menu makanan untuk penderita diabetes:
1.Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks seperti nasi merah, kentang panggang, oatmel, roti dan sereal dari biji-bijian utuh.
2. Daging tanpa lemak yang dikukus, direbus, dipanggang, dan dibakar.
3. Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus, dipanggang atau dikonsumsi mentah.Sayuran yang baik dikonsumsi untuk penderita diabetes di antaranya brokoli dan bayam.
4. Buah-buahan segar. Jika ingin dijadikan jus, jangan ditambah gula. Biarkan rasa manis hanya diperoleh dari gula asli yang terkandung dalam buah.
5. Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang dikukus, dimasak untuk sup dan ditumis.
6. Boleh mencoba makan popcorn tanpa tambahan gula, garam, atau keju.
7. Produk olahan susu rendah lemak dan telur.
8. Pilih ikan seperti tuna, salmon, sarden dan makarel. Namun, hindari ikan dengan kadar merkuri tinggi seperti ikan tongkol.

Menu makanan yang harus dihindari penyandang diabetes
Bagi penderita diabetes, nasi putih harus dihindari karena mengandung kadar gula yang tinggi dibanding sumber karbohidrat lain.
Selain nasi putih,ada beberapa jenis makanan lain yang harus dihindari jika ingin kadar gula darah tetap terjaga yakni:
- Roti tawar putih.
- Makanan yang terbuat dari tepung terigu.
- Sayuran yang dimasak dengan tambahan garam, keju, mentega, dan saus dalam jumlah banyak.
- Buah-buahan kaleng yang mengandung banyak gula.
- Sayuran kaleng yang mengandung garam tinggi.
- Daging berlemak.
- Produk susu tinggi lemak.
- Hati, ampela, dan organ dalam (jerohan) hewan lainnya.
- Makanan yang digoreng, misalnya ayam goreng, ikan goreng, pisang goreng, dan kentang goreng. Jauhi juga kulit ayam.
- Popcorn kaya rasa.
Untuk memastikan kandungan bahan pangan dan minuman, para penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi makanan buatan sendiri.
Selain jeli dalam memilih makanan, penyandang diabetes juga disarankan untuk rutin mengecek kadar gula darah.
Referensi:
Webmd.com
Sumber: http://www.webmd.com/diabetes/features/diabetes-menu-plan
by gl75FKPUUayArC | Jun 23, 2016 | Resep
Tofu Omlette – Resep Sehat SOYJOY
Ingredients :
- 2 eggs
- 1/4 cup diced soft tofu
- 1 green onion, thinly sliced
- salt and pepper to taste
by gl75FKPUUayArC | Jun 23, 2016 | Resep
Tofu Burger
Ingredients :
- tofu
- flour
- paprika powder
- salt to taste
- burger bun
- lettuce
- tomato
- onion
- yoghurt spread / your fav spread
by gl75FKPUUayArC | Jun 23, 2016 | Resep
Crispy Tempe Salad – Resep Sehat SOYJOY
Dressing:
- 1 clove garlic, minced
- 2 tbsp lemon juice
- 3 tbsp olive oil
- 1/2 tsp dried oregano
- salt & pepper to taste