Olahraga cardio vs strength, mana yang lebih ampuh bakar lemak pasca lebaran?

Olahraga cardio vs strength, mana yang lebih ampuh bakar lemak pasca lebaran?

Saat momen lebaran berakhir, banyak dari kita merasa perlu untuk kembali ke gaya hidup sehat setelah menikmati berbagai hidangan lezat sekaligus berlemak dan berkalori tinggi selama lebaran dengan cara berolahraga. Kementrian Kesehatan RI juga selalu merekomendasikan untuk menjalankan pola hidup sehat dengan melakukan olahraga selama 30 menit per hari atau 150 menit per minggu (1)

 

Salah satu pertanyaan umum yang sering muncul adalah manakah yang lebih baik antara olahraga kardio dan olahraga kekuatan untuk membakar lemak setelah lebaran? Yuk kita bahas lebih lanjut.

Olahraga Kardio (Cardio/Aerobic Training)

Olahraga kardio atau dapat disebut cardio/aerobic training adalah jenis olahraga yang dapat menyehatkan jantung dan meningkatkan kebugaran. American College of Sports Medicine (ACSM) mendefinisikan olahraga kardio sebagai aktivitas fisik yang menggunakan kelompok otot besar, dapat dipertahankan secara terus menerus, dan berirama (2). Contoh olahraga aerobik antara lain bersepeda, senam, mendaki gunung, joging/lari jarak jauh, berenang, dan berjalan kaki (3)

 

Olahraga kardio terbukti dapat menurunkan lemak tubuh paling besar jika dibandingkan dengan olahraga kekuatan. Latihan tabata dengan intensitas 90-95% denyut nadi maksimal dan latihan kardio dengan intensitas 55-70% denyut nadi maksimal yang dilakukan 3 kali seminggu selama 6 minggu dapat menurunkan berat badan dan persentase lemak hingga 8% pada penderita overweight maupun obesitas (4). Selain itu, olahraga kardio juga dapat meningkatkan kebugaran karena oksigen di dalam tubuh menjadi lebih maksimal loh5!

 

Olahraga Kekuatan (Strength Training)

Olahraga Kekuatan (Strength Training) adalah latihan yang dilakukan secara sistematis dengan mengunakan beban sebagai alat untuk menambah kekuatan fungsi otot. Beban yang digunakan dapat berupa beban dari berat badan sendiri ataupun beban tambahan dari dumbell, barbell, atau mesin beban (gym machine). Bentuk olahraganya seperti chin-up, push-up, back-up, maupun latihan beban (6)

 

Jenis olahraga ini terbukti paling efektif dalam membentuk otot tubuh, sehingga cocok digunakan untuk kamu yang memiliki otot tubuh rendah dan lemak tubuh yang tinggi (5).

Meskipun pembakaran kalori langsung mungkin lebih rendah daripada kardio, olahraga kekuatan dapat meningkatkan metabolisme jangka panjang sehingga risiko penyakit seperti diabetes dapat menurun. Melakukan olahraga kekuatan dengan durasi 30 hingga 60 menit per minggu dapat menurunkan risiko terkena diabetes hingga 17% (7).

 

Kombinasi olahraga kardio dan kekuatan

Nah ternyata pilihan terbaik sebenarnya adalah dengan mengombinasikan olahraga kardio dengan olahraga kekuatan. Kombinasi latihan kardio dan latihan kekuatan menghasilkan peningkatan massa tubuh tanpa lemak, peningkatan kekuatan, dan kebugaran jantung serta paru-paru (8). Selain itu sebuah riset juga menunjukkan bahwa kombinasi olahraga kardio dan kekuatan dapat membantu menurunkan tekanan darah sehingga menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah loh (9)!

 

Ternyata olahraga kardio dan kekuatan memiliki manfaat uniknya sendiri dan dapat saling melengkapi ya. Pada akhirnya yang terbaik adalah melalukan keduanya secara seimbang dan menyesuaikan dengan kebutuhan atau preferensi pribadi. Hal yang tidak kalah penting adalah menjaga makan setelah berolahraga.

 

Waktu setelah berolahraga menjadi krusial karena umumnya orang merasa lapar setelah berolahraga. Agar olahragamu tidak sia-sia kamu harus bijak dalam memilih  makanan setelah berolahraga, baik dari kandungan kalorinya yang rendah, proteinnya yang tinggi, dan memiliki indeks glikemik yang rendah. Penelitian membuktikan konsumsi makanan yang rendah indeks glikemik ternyata dapat membakar lemak 5,3 gram lebih banyak (10),(11). Selain itu konsumsi protein setelah berolahraga dapat membantu pembentukan otot dan membantu proses pemulihan otot (12)

SOYJOY dapat menjadi pilihan terbaik untuk cegah kalap setelah berolahraga. Hal ini karena SOYJOY terbuat dari kedelai utuh sehingga memiliki serat dan protein yang tinggi jadi bantu kamu kenyang lebih lama deh setelah berolahraga. SOYJOY juga memiliki indeks glikemik yang rendah, jadi bisa bantu bakar lemak kamu lebih banyak setelah berolahraga loh. Jadi, udah mulai makan SOYJOY belum nih setelah berolahraga?

Author: Dian Rahma, S.Gz, Dietisien
Editor:
Deny Nurkhaedi Ramadhani. (Graphic Design Marketing Food)

Referensi:

  1. Kemenkes, R. I. (2014). Permenkes No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan RI, 97.
  2. Patel, H., Alkhawam, H., Madanieh, R., Shah, N., Kosmas, C. E., & Vittorio, T. J. (2017). Aerobic vs anaerobic exercise training effects on the cardiovascular system . World Journal of Cardiology, 9(2), 134. https://doi.org/10.4330/wjc.v9.i2.134
  3. Yakubovich, M. (2017). Aerobic and anaerobic exercise: analyzing the benefits of different forms of exercise for adults diagnosed with type 2 diabetes. University Honors Theses, 442. https://doi.org/10.15760/honors.439
  4. Taufikkurrachman, T., Wardathi, A. N., Rusdiawan, A., Sari, R. S., & Kusumawardhana, B. (2021). Olahraga kardio dan tabata: Rekomendasi untuk menurunkan lemak tubuh dan berat badan. Jendela Olahraga, 6(1), 197-212. 
  5. Schwingshackl, L., Dias, S., Strasser, B., & Hoffmann, G. (2013). Impact of different training modalities on anthropometric and metabolic characteristics in overweight/obese subjects: a systematic review and network meta-analysis. PloS one, 8(12), e82853.
  6. Zamroni, M. H., & Sulistyarto, S. (2016). Pengaruh Latihan Beban dengan Alat Mekanis dan Non Mekanis Terhadap Kekuatan Otot Perut Mahasiswa FIK UNESA Surabaya. Jurnal Kesehatan Olahraga, 6(2).
  7. Momma, H., Kawakami, R., Honda, T., & Sawada, S. S. (2022). Muscle-strengthening activities are associated with lower risk and mortality in major non-communicable diseases: a systematic review and meta-analysis of cohort studies. British journal of sports medicine, 56(13), 755-763.
  8. Schroeder, E. C., Franke, W. D., Sharp, R. L., & Lee, D. C. (2019). Comparative effectiveness of aerobic, resistance, and combined training on cardiovascular disease risk factors: A randomized controlled trial. PloS one, 14(1), e0210292. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0210292
  9. Corso, L. M., Macdonald, H. V., Johnson, B. T., Farinatti, P., Livingston, J. I. L. L., Zaleski, A. L., … & Pescatello, L. S. (2016). Is concurrent training efficacious antihypertensive therapy? A meta-analysis. Medicine & Science in Sports & Exercise, 48(12), 2398-2406.
  10. Kaur, B., Chin, R. Q. Y., Camps, S., & Henry, C. J. (2016). The impact of a low glycaemic index (GI) diet on simultaneous measurements of blood glucose and fat oxidation: A whole body calorimetric study. Journal of clinical & translational endocrinology, 4, 45-52.
  11. Sun, F. H., O’Reilly, J., Li, L., & Wong, S. H. S. (2013). Effect of the glycemic index of pre-exercise snack bars on substrate utilization during subsequent exercise. International journal of food sciences and nutrition, 64(8), 1001-1006.
  12. Jäger, R., Kerksick, C. M., Campbell, B. I., Cribb, P. J., Wells, S. D., Skwiat, T. M., … & Antonio, J. (2017). International society of sports nutrition position stand: protein and exercise. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 14, 1-25.
Snack bar tinggi protein dan bebas gluten, apa kelebihannya?

Snack bar tinggi protein dan bebas gluten, apa kelebihannya?

Makanan tinggi protein masih menjadi primadona di kalangan sport enthusiast. Hal ini tidak terlepas dari beberapa fungsi protein itu sendiri, seperti untuk memperbaiki dan membangun kembali jaringan otot yang rusak, membantu pembentukan massa otot baru, mengurangi kerusakan otot, serta membantu mempercepat proses pemulihan1,2,3. Namun untuk memenuhi kebutuhan protein harian, sering kali terdapat beberapa tantangan. Misalnya pada orang yang memiliki sensitivitas atau intoleransi dengan gluten, mereka harus lebih jeli lagi dalam memilih makanan tinggi protein yang juga bebas dari gluten. 

 

Konsumsi produk bebas gluten cukup menjadi trending di berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum, sport enthusiast, bahkan atlet. Namun beberapa makanan bebas gluten dalam kemasan cenderung memiliki komposisi zat gizi yang kurang seimbang, seperti rendah protein4. Sehingga perlu ketelitian yang lebih tinggi pada saat memilih makanan yang bebas gluten. Namun apa sih sebenarnya makanan bebas gluten itu? Lalu apa kelebihannya ketika kita memilih snack bar tinggi protein bebas gluten? Yuk kita simak penjelasan lengkapnya!

 

Apa Itu Gluten?

Gluten adalah protein yang terdapat dalam biji-bijian seperti gandum, barley, dan rye. Gluten sebenarnya memiliki peran penting, yaitu memberikan elastisitas pada adonan roti dan membantu makanan mempertahankan bentuknya5

 

Bagi orang yang tidak menderita autoimun terhadap gluten atau biasa dikenal dengan Celiac disease, maupun mereka yang intoleran terhadap gluten, konsumsi makanan bebas gluten tidak memiliki efek yang signifikan terhadap performa olahraga6. Namun kondisi ini tentu sangat berbeda pada orang yang memiliki penyakit celiac atau intoleransi gluten, konsumsi makanan yang mengandung gluten menyebabkan berbagai gangguan kesehatan hingga pada kondisi serius.

 

Dampak gluten pada tubuh

Gluten memiliki dampak yang cukup signifikan apabila dikonsumsi oleh orang yang memiliki penyakit celiac atau intoleransi terhadap gluten, seperti:

 

  1. Gangguan Pencernaan

Bagi mereka yang memiliki intoleransi gluten atau penyakit celiac, mengonsumsi gluten dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti kembung, diare, dan sakit perut7. Gangguan ini tentu saja dapat mengganggu performa berolahraga.

Bahkan bagi mereka yang tidak memiliki intoleransi gluten, ada beberapa laporan tentang gangguan pencernaan ringan setelah mengonsumsi gluten dalam jumlah besar, yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan performa saat berolahraga8.

 

  1. Penyerapan zat gizi

Bagi penderita penyakit celiac, gluten dapat menyebabkan peradangan kronis pada usus. Peradangan ini bisa menghambat penyerapan zat gizi penting yang diperlukan untuk performa otot dan pemulihan setelah berolahraga9,10,11.

 

  1. Peradangan

Konsumsi gluten pada individu yang sensitif dapat menyebabkan peradangan kronis, yang dapat mempengaruhi kesehatan dan performa secara keseluruhan12. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet bebas gluten dapat mengurangi peradangan pada orang yang sensitif terhadap gluten, yang dapat berkontribusi pada pemulihan otot yang lebih cepat13

 

Kelebihan snack bar tinggi protein dan bebas gluten

Snack bar tinggi protein dan bebas gluten menawarkan berbagai manfaat yang dapat membantu kamu mencapai performa olahraga yang optimal. Berikut adalah beberapa kelebihannya:

 

  • Sumber Energi yang Stabil dan Mendukung Pemulihan Otot

Snack bar bebas gluten sering kali terbuat dari bahan-bahan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah-buahan kering yang memberikan energi tahan lama tanpa lonjakan gula darah yang drastis. Hal ini akan membuat tubuh kamu mendapatkan energi yang stabil dan mencegah kelelahan. Selain itu, protein dalam snack bar juga dapat membantu memperbaiki dan membangun otot setelah latihan intensif. Hal ini penting untuk pemulihan otot dan mencegah cedera1,2,3.

 

  1. Praktis Dikonsumsi dan Mudah Dibawa

Snack bar adalah camilan yang praktis untuk kamu konsumsi dan mudah dibawa, sehingga menjadikannya pilihan ideal untuk kamu konsumsi baik pada saat sebelum maupun setelah latihan atau sebagai snacking bergizi saat bepergian.

 

  1. Mengurangi Risiko Gangguan Pencernaan

Bagi mereka yang sensitif terhadap gluten, snack bar bebas gluten mengurangi risiko gangguan pencernaan yang dapat mengganggu latihan dan performa olahraga14

Nah ada sedikit tips nih buat kamu yang sensitif terhadap gluten! Pastikan untuk selalu membaca label kemasan, sehinga kamu benar-benar yakin snack bar yang akan kamu konsumsi terbuat dari bahan-bahan berkualitas dan bebas gluten tentunya.

Kamu bisa memilih dan menjadikan SOYJOY sebagai snack bar bebas gluten yang tentunya tinggi protein loh! Terutama pada varian SOYJOY Open Sesame, dimana dalam setiap bar nya mengandung protein lebih tinggi hingga sebesar 7 gram. Selain itu karena SOYJOY dibuat dari kebaikan kedelai utuh dan bahan-bahan bebas gluten, sehingga aman untuk dikonsumsi bagi kamu yang memiliki sensitivitas terhadap gluten. 

 

Sudah makan SOYJOY hari ini?

 

Referensi:

  1. Jäger, R., Kerksick, C. M., Campbell, B. I., Cribb, P. J., Wells, S. D., Skwiat, T. M., … & Antonio, J. (2017). International society of sports nutrition position stand: protein and exercise. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 14, 1-25.
  2. Moore, D. R. (2019). Maximizing post-exercise anabolism: the case for relative protein intakes. Frontiers in nutrition, 6, 485822.
  3. Deutz, N. E., Bauer, J. M., Barazzoni, R., Biolo, G., Boirie, Y., Bosy-Westphal, A., … & Calder, P. C. (2014). Protein intake and exercise for optimal muscle function with aging: recommendations from the ESPEN Expert Group. Clinical nutrition, 33(6), 929-936. 
  4. Kulai, T., & Rashid, M. (2014). Assessment of nutritional adequacy of packaged gluten-free food products. Canadian Journal of Dietetic Practice and Research, 75(4), 186-190.
  5. Giménez, M. J., Gil-Humanes, J., Alvarez, J. B., & Barro, F. (2015). Cereals Taxonomy: The Role of Domestication and Breeding on Gluten Intolerance. Advances in the Understanding of Gluten related Pathology and the Evolution of Gluten-Free Foods, 493.
  6. Lis, D., Stellingwerff, T., Kitic, C. M., Ahuja, K. D., & Fell, J. (2015). No effects of a short-term gluten-free diet on performance in nonceliac athletes. Medicine & Science in Sports & Exercise, 47(12), 2563-2570.
  7. Salomatov, A., Shcherbakova, E., & Mezentcev, V. (2019, November). Gluten Free Food in the diet of athletes. In 4th International Conference on Innovations in Sports, Tourism and Instructional Science (ICISTIS 2019) (pp. 234-237). Atlantis Press.
  8. Al-Toma, A., Volta, U., Auricchio, R., Castillejo, G., Sanders, D. S., Cellier, C., … & Lundin, K. E. (2019). European Society for the Study of Coeliac Disease (ESsCD) guideline for coeliac disease and other gluten-related disorders. United European gastroenterology journal, 7(5), 583-613.
  9. Biesiekierski, J. R. (2017). What is gluten?. Journal of gastroenterology and hepatology, 32, 78-81.
  10. Cabanillas, B. (2020). Gluten-related disorders: Celiac disease, wheat allergy, and nonceliac gluten sensitivity. Critical reviews in food science and nutrition, 60(15), 2606-2621.
  11. Elli, L., Branchi, F., Tomba, C., Villalta, D., Norsa, L., Ferretti, F., … & Bardella, M. T. (2015). Diagnosis of gluten related disorders: Celiac disease, wheat allergy and non-celiac gluten sensitivity. World journal of gastroenterology: WJG, 21(23), 7110.
  12. Ziegler, K., Neumann, J., Liu, F., Fröhlich-Nowoisky, J., Cremer, C., Saloga, J., … & Lucas, K. (2019). Nitration of wheat amylase trypsin inhibitors increases their innate and adaptive immunostimulatory potential in vitro. Frontiers in immunology, 9, 3174.
  13. D’angelo, S. T. E. F. A. N. I. A., Cusano, P., & Di Palma, D. (2020). Gluten-free diets in athletes. Journal of Physical Education and Sport, 20, 2330-2336.
  14. Lis, D. M., Fell, J. W., Ahuja, K. D., Kitic, C. M., & Stellingwerff, T. (2016). Commercial Hype Versus Reality: Our Current Scientific Understanding of Gluten and Athletic Performance. Current sports medicine reports, 15(4), 262–268. https://doi.org/10.1249/JSR.0000000000000282

 

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

Kebaikan High Protein Snack untuk Sports Enthusiast dari POV Virtual Health Assistant

Kebaikan High Protein Snack untuk Sports Enthusiast dari POV Virtual Health Assistant

 

Seiring berkembangnya jaman dan teknologi, kini muncul sebuah Artificial Intelligence yang dapat difungsikan sebagai Virtual Health Assistants (VHAs) sehingga menjaga kesehatan kini menjadi lebih mudah dan kekinian. Terutama bagi sport enthusiast yang sangat peduli dengan pola hidup sehat khususnya asupan makanan, VHAs kerap kali memainkan peran penting dalam merekomendasikan asupan makanan yang sesuai untuk mendukung latihan fisik yang optimal. 

Salah satu jenis makanan yang sering direkomendasikan oleh VHA adalah high protein snack atau snack tinggi protein. Hal ini tentu tidak lepas dari pola pikir dimana sport enthusiast disarankan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein agar pembentukan ototnya berjalan maksimal. Namun bagaimana ya pandangan VHA mengenai rekomendasi snack tinggi protein ini? Yuk, simak penjelasannya dari point of view VHAs!

 

1. Protein: Pondasi Utama Pemulihan Otot

Menurut banyak virtual health assistants, protein adalah salah satu zat gizi esensial yang diperlukan untuk memperbaiki dan membangun otot. Faktanya, setelah menjalani sesi latihan intens, tubuh membutuhkan protein untuk memperbaiki serat-serat otot yang rusak dan meningkatkan massa otot1. Protein dalam snack membantu memastikan bahwa tubuh menerima cukup asupan untuk pemulihan otot yang cepat.

2. Efisiensi Penyerapan Zat Gizi

Virtual health assistants juga menyoroti pentingnya memilih snack yang mengandung protein berkualitas tinggi. Protein dari sumber seperti kacang-kacangan, susu, atau daging tanpa lemak memiliki profil asam amino lengkap yang lebih mudah diserap oleh tubuh2. Kamu bisa mendapatkan kebaikan kedelai utuh dengan mengonsumsi SOYJOY. Kini telah hadir varian lebih tinggi protein, yaitu SOYJOY Open Sesame yang mengandung 7 gram protein dalam setiap barnya, loh! Cocok banget buat sport enthusiast yang ingin memenuhi kebutuhan proteinnya.

3. Mengontrol Rasa Lapar

VHA sering kali membantu untuk mengatur waktu makan yang tepat agar performa latihan tetap optimal. Salah satu peran penting high protein snack adalah membantu mengontrol rasa lapar lebih lama. Protein merupakan zat gizi yang mampu membantu tubuh untuk melepaskan hormone kenyang3. Jadi kalau kamu konsumsi snack tinggi protein, rasa lapar kamu akan lebih terkontrol, termasuk untuk mencegah kalap makan setelah berolahraga.

4. Meningkatkan Metabolisme

Konsumsi protein dapat meningkatkan efek termis dari makanan (thermic effect of food/TEF), di mana tubuh memerlukan lebih banyak energi untuk mencerna, menyerap, dan memproses protein dibandingkan dengan lemak atau karbohidrat4. Menurut rekomendasi VHA, snack tinggi protein tidak hanya baik untuk membangun otot, tapi juga bisa membantu meningkatkan metabolisme, sehingga tubuh membakar lebih banyak kalori sepanjang hari.

5. Ragam Pilihan High Protein Snack

Virtual health assistants dapat memberikan rekomendasi snack berdasarkan preferensi diet dan gaya hidup. Misalnya, jika kamu menjalani diet bebas gluten, VHAs akan merekomendasikan high protein snack dengan bahan utama tanpa gluten seperti kacang kedelai, almond, atau bahan makanan bebas gluten lainnya. Selain tinggi protein, SOYJOY Open Sesame juga bebas gluten loh, sehingga aman untuk kamu yang memiliki sensitivitas terhadap gluten atau menjalani diet bebas gluten.

6. Snack yang Praktis dan Efektif

Bagi para sport enthusiast, kepraktisan adalah kunci. VHA memahami bahwa di tengah jadwal latihan yang padat, kamu membutuhkan snack yang cepat dan mudah dikonsumsi. Snack seperti protein bar atau kacang-kacangan sering kali direkomendasikan karena mudah dibawa dan tidak memerlukan persiapan panjang, namun tetap memberikan zat gizi yang lengkap untuk pemulihan tubuh.

Berdasarkan 6 poin di atas, kita dapat meilihat bahwa Virtual health assistants memahami betapa pentingnya protein dalam mendukung gaya hidup aktif para sport enthusiast. Melalui bantuan teknologi ini, kamu bisa mendapatkan pandangan baru dan mungkin rekomendasi snack yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuhmu, baik untuk pemulihan otot, peningkatan performa, maupun kontrol berat badan. Ingat ya, high protein snack bukan hanya sekadar camilan, melainkan bagian penting dari pola makan terencana yang mendukung kesehatan dan performa tubuh yang optimal.

Jadi apakah Min-Soy udah cocok jadi your personal virtual health assistant? Yuk, jangan lupa? Makan SOYJOY!

 

Referensi:

  1. Nieman, D. C., Zwetsloot, K. A., Simonson, A. J., Hoyle, A. T., Wang, X., Nelson, H. K., … & Guérin-Deremaux, L. (2020). Effects of whey and pea protein supplementation on post-eccentric exercise muscle damage: a randomized trial. Nutrients, 12(8), 2382.
  2. Church, D. D., Hirsch, K. R., Park, S., Kim, I. Y., Gwin, J. A., Pasiakos, S. M., Wolfe, R. R., & Ferrando, A. A. (2020). Essential Amino Acids and Protein Synthesis: Insights into Maximizing the Muscle and Whole-Body Response to Feeding. Nutrients, 12(12), 3717. https://doi.org/10.3390/nu12123717
  3. Moon, J., & Koh, G. (2020). Clinical Evidence and Mechanisms of High-Protein Diet-Induced Weight Loss. Journal of obesity & metabolic syndrome, 29(3), 166–173. https://doi.org/10.7570/jomes20028
  4. Kassis, A., Godin, J. P., Moille, S. E., Nielsen-Moennoz, C., Groulx, K., Oguey-Araymon, S., … & Mace, K. (2019). Effects of protein quantity and type on diet induced thermogenesis in overweight adults: A randomized controlled trial. Clinical Nutrition, 38(4), 1570-1580.

 

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

5 Opini seputar Makanan Tinggi Protein yang sering ditanyakan ke Virtual Health Assistant, mitos atau fakta?

5 Opini seputar Makanan Tinggi Protein yang sering ditanyakan ke Virtual Health Assistant, mitos atau fakta?

Di mata sport enthusiast, makanan tinggi protein sering dianggap sebagai pilar utama dalam menunjang performa dan pemulihan otot mereka. Namun, ada berbagai opini yang beredar terkait konsumsi protein, mulai dari manfaatnya hingga potensi efek samping yang akan ditimbulkan dari konsumsi makanan tinggi protein. 

Kira-kira apa saja ya opini seputar konsumsi makanan tinggi protein yang paling sering ditanyakan kepada Virtual Health Assistants (VHA)? mari kita bahas beberapa opini tersebut dan lihat apakah itu mitos atau fakta!

Opini 1 

Semakin banyak protein yang dikonsumsi, semakin cepat pembentukan otot

Jawaban: Mitos

Konsumsi protein memang penting untuk pertumbuhan dan pemulihan otot, tetapi lebih banyak tidak selalu lebih baik. Tubuh hanya bisa menyerap sekitar 20-30 gram protein per makan, dan kelebihan protein yang dikonsumsi biasanya akan diubah menjadi lemak atau dibuang oleh tubuh. Mengonsumsi protein secara berlebihan tidak akan mempercepat pembentukan otot1. Ada baiknya apabila konsumsi protein didistribusikan merata pada seluruh waktu makan, seperti pada saat makan utama dan snack.

Opini 2

Makanan tinggi protein bisa menggantikan semua jenis zat gizi

Jawaban: Mitos

Protein memang penting, tetapi tidak dapat menggantikan semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Tubuh juga memerlukan karbohidrat, lemak sehat, vitamin, dan mineral untuk menjalankan fungsi-fungsi penting lainnya, seperti menjaga energi, sistem imun, dan kesehatan jantung. Terlalu fokus pada protein bisa menyebabkan kekurangan zat gizi lain yang sama pentingnya. Panduan lebih mudahnya kamu bisa menerapkan “Isi Piringku” yang sesuai dengan pola makan gizi seimbang dalam setiap makan utama ya2

Opini 3

Protein shake adalah satu-satunya pilihan terbaik setelah latihan

Jawaban: Mitos

Protein shake memang salah satu produk yang praktis sehingga menjadi pilihan populer setelah berolahraga, tetapi itu bukan satu-satunya pilihan. Makanan utuh seperti telur, ayam, atau ikan juga bisa memberikan protein berkualitas dan zat gizi lainnya yang dapat membantu menunjang performa olahragamu loh!

Kamu juga bisa memilih snack bar tinggi protein seperti SOYJOY Open Sesame yang praktis untuk dikonsumsi sebelum dan setelah latihan. Hal ini tidak terlepas karena SOYJOY terbuat dari kebaikan kedelai utuh, sehingga mengandung serat dan protein yang tinggi. Jadi, pastikan protein yang kamu konsumsi sudah cukup bervariasi ya.

Opini 4

Makanan tinggi protein bisa menyebabkan sembelit

Jawaban: Fakta, dengan pengecualian

Memanglah benar, konsumsi makanan tinggi protein akan menyebabkan sembelit apabila tidak diimbangi dengan asupan serat yang cukup. Protein dari sumber hewani, seperti daging dan telur, umumnya cenderung memiliki kandungan serat yang rendah atau bahkan tidak sama sekali3. Jika tidak mengonsumsi cukup sumber serat, seperti buah, sayuran, atau biji-bijian, maka risiko sembelit bisa meningkat.

Opini 5

Protein hanya diperlukan untuk pembentukan otot

Jawaban: Mitos

Meski dikenal penting untuk pembentukan otot, ternyata protein juga memiliki peran penting dalam banyak fungsi tubuh lainnya, loh! Misalnya seperti memperbaiki jaringan tubuh, mendukung sistem kekebalan tubuh, serta membantu produksi hormon dan enzim4. Jadi, protein diperlukan untuk kesehatan secara menyeluruh, bukan hanya untuk pembentukan otot, hal inilah yang mendasari mengapa konsumsi protein harus dijaga oleh semua orang, bukan hanya sport enthusiast.

Melihat banyaknya mitos seputar konsumsi makanan tinggi protein, penting bagi sport enthusiast untuk memahami fakta yang benar. Apabila kita memilih sumber yang tepat, seperti jurnal ilmiah, artikel ilmiah, atau sumber terpercaya lain, kita bisa mendapatkan informasi yang akurat dan ilmiah mengenai peran protein dalam diet kita. Tidak jarang bantuan Virtual Health Assistants (VHA) dapat menuntun kita kepada sumber ilmiah terpecaya tersebut. 

Pada intinya, selalu perhatikan keseimbangan antara protein, serat, dan zat gizi lainnya untuk menjaga kesehatan optimal dan performa olahraga yang maksimal ya!

Referensi:

  1. Schoenfeld, B. J., & Aragon, A. A. (2018). How much protein can the body use in a single meal for muscle-building? Implications for daily protein distribution. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 15, 10. https://doi.org/10.1186/s12970-018-0215-1
  2. Kemenkes, R. I. (2014). Permenkes No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan RI, 97.
  3. Kemenkes, R.I. (2018). Tabel komposisi pangan Indonesia 2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
  4. I. Baum, J., Børsheim, E., R. Allman, B., & Walker, S. (2020). Health Benefits of Dietary Protein throughout the Life Cycle. IntechOpen. doi: 10.5772/intechopen.91404

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY