Masih muda, bukan berarti kamu bebas dari ancaman diabetes. Gaya hidup sedentari (malas bergerak)  bisa menjadi pemicu munculnya penyakit ini.

 

Selama ini, diabetes identik dengan penyakit yang menyerang orang berusia di atas 40 tahun. Tapi sekarang, rentang umur penyandang diabetes semakin muda. Penelitian skala dunia menyatakan bahwa kasus diabetes mengalami peningkatan signifikan di kalangan remaja dan dewasa muda. Meski belum ada data pasti, kasus diabetes pada usia muda di Indonesia juga cenderung meningkat selama beberapa tahun terakhir. Ini berbahaya, karena diabetes bisa memicu penyakit komplikasi yang rata-rata mengancam jiwa. Bagaimana cara mengatasinya?

 

Gaya hidup sedentari alias malas bergerak

Hasil riset yang terbit di jurnal Diabetes Care (2012) menyatakan bahwa jumlah remaja penyandang diabetes di Amerika akan melonjak drastis pada tahun 2050, yaitu 49% (diabetes tipe 2) dan 23% (diabetes tipe 1) dibandingkan tahun 2012. Hal serupa juga terjadi di Inggris. Berdasarkan data yang dihimpun Royal College of Paediatrics and Child Health pada tahun 2013 sampai 2016, jumlah penyandang diabetes tipe 2 di bawah umur 25 tahun di negara itu melonjak 41%.

 

Graham MacGregor, profesor di bidang kesehatan kardiovaskular dari Queen Mary University of London menyatakan bahwa hal ini ada hubungannya dengan peningkatan kasus obesitas di kalangan anak dan remaja. Pasalnya, 4 dari 5 penyandang diabetes juga dinyatakan mengalami kondisi kegemukan atau obesitas. Gaya hidup tidak sehat, yaitu pola makan yang keliru dan kebiasaan malas bergerak, adalah biang keladi munculnya “wabah” obesitas di kalangan muda.

 

Menurut MacGregor, mayoritas pasien obesitas memang bermukim di kota-kota besar, di mana kemajuan teknologi telah berhasil menghadirkan kemudahan di berbagai bidang. Tapi yang jadi masalah, berbagai kemudahan itu malah membuat kalangan muda perkotaan menjadi malas bergerak. Pasalnya, segala sesuatu bisa dilakukan lewat smartphone sambil duduk-duduk di sofa, mulai dari memesan sarana transportasi, membeli makanan, sampai mencari hiburan.

 

Makan sehat dan aktif secara fisik

Itu sebabnya, langkah pencegahan perlu dilakukan sesegera mungkin. Perbaikan gaya hidup, salah satunya membiasakan diri lebih aktif bergerak, adalah kuncinya. Selain mulai rutin berolahraga—setidaknya berjalan kaki selama 30 menit dalam sehari, biasakan pula melakukan berbagai aktivitas fisik dalam keseharian. Misalnya, memilih berjalan kaki atau naik sepeda kala bepergian ke tempat yang dekat atau mengerjakan pekerjaan rumah sendiri tanpa bantuan ART.

 

Pola makan sehari-hari juga perlu dikoreksi. Bukan hanya menakar porsi makan sesuai kebutuhan, seleksi pula jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh. Perbanyak asupan sayur dan buah yang kaya kandungan serat, vitamin, dan mineral. Pilih pula jenis makanan yang memiliki nilai IG (indeks glikemik) rendah agar tidak mengakibatkan lonjakan kadar gula darah setelah disantap, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, serta nasi merah.

 

Kalau mau praktis, kamu bisa menyantap SOYJOY yang terbuat dari kedelai utuh dan buah-buahan yang dikeringkan. SOYJOY bisa menjadi #soylution sehat bagi kamu yang ingin ngemil tanpa dihantui perasaan bersalah. SOYJOY kaya kandungan serat, protein, dan vitamin yang menyehatkan. Komposisi serat dan karbohidrat kompleks di dalam SOYJOY juga akan membuat kamu merasa kenyang lebih lama, sehingga tidak tergoda untuk makan berlebihan.

 

Ingin menjalani hidup lebih sehat? SOYJOY solusinya.

 

Sumber:

deneme bonusu veren siteler