Pradiabetes merupakan pencetus diabetes. Namun, apakah prediabetes sudah pasti akan menjadi diabetes? Belum tentu. Kenali kondisi pradiabetes sehingga Anda bisa melakukan langkah-langkah pencegahan.

Pradiabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah dalam tubuh telah melampaui batas normal namun belum cukup tinggi untuk dikategorikan ke dalam diabetes. Seseorang dianggap pradiabetes jika telah melalui tes gula darah puasa, 2 jam setelah makan dan HbA1C.

Minim gejala
Penyebab pasti pradiabetes belum diketahui. Namun yang jelas, orang dengan pradiabetes, tubuhnya tidak lagi memproses gula (glukosa) dengan baik. Akibatnya gula terakumulasi dalam darah, bukannya menyalurkan ke seluruh tubuh untuk mengisi sel yang membentuk otot dan jaringan lain.

Sebagian besar glukosa dalam tubuh Anda berasal dari makanan yang Anda makan. Ketika makanan dicerna, gula memasuki aliran darah Anda. Memindahkan gula dari aliran darah ke sel-sel tubuh Anda membutuhkan hormon (insulin).

Tidak bisa dipungkiri bahwa pradiabetes akan menempatkan Anda pada peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2, penyakit jantung dan stroke. Masalahnya seringkali gejala prediabetes tidak terdeteksi. Seseorang dapat memiliki prediabetes selama bertahun-tahun, namun tidak memiliki gejala yang jelas sampai masalah kesehatan yang serius. Biasanya gejala yang dirasakan adalah sering merasa haus, intensitas buang air kecil lumayan sering, mudah lelah dan penglihatan kabur. Karena mirip dengan keluhan lain, maka Gejala-gejala ini seringkali diabaikan.


Kapan harus ke dokter?

Anda perlu mengecek kadar gula darah secara rutin, jika Anda memiliki salah satu faktor risiko pradiabetes. Apa saja faktor risiko yang perlu Anda waspadai?

-Kelebihan berat badan atau obesitas.
-Ukuran pinggang. Semakin besar ukuran lingkar pinggang, makin besar pula resistensi insulinnya. Risiko insulin meningkat jika ukuran lingkar pinggang pria di atas 40 inci dan wanita di atas 35 inci.
-Berusia 45 tahun atau lebih. Ya, semakin bertambah usia, kian tinggi risiko mengalami pradiabetes.
-Memiliki orangtua, saudara laki-laki atau saudara perempuan dengan diabetes tipe 2
-Kurang aktivitas fisik. Semakin aktivitas fisik Anda kurang, maka makin besar risiko Anda mengalami pradiabetes.
-Pernah mengalami diabetes gestasional (diabetes saat melahirkan) atau melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 9 kg.
-Ras dan faktor etnis juga ikut berpengaruh. Afrika Amerika, Hispanik/Amerika Latin, Indian Amerika, Kepulauan Pasifik dan Asia berada pada risiko yang lebih tinggi.
-PCOS atau sindrom ovarium polikistik. Kondisi yang ditandai dengan menstruasi yang tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebih dan obesitas ini, meningkatkan risiko pradiabetes pada wanita.
-Kurang tidur. Orang dengan gangguan tidur tertentu memiliki peningkatan risiko resistensi insulin.

Maka itu, mengubah gaya hidup, seperti menurunkan berat berat badan, sekitar 5 hingga 7%, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur minimal 30 menit sehari selama lima hari, bisa menurunkan risiko Anda. Selain itu, terapkan pula pola makan sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan yang memiliki indeks glikemik rendah, seperti sayur, buah, kacang-kacangan dan kedelai. Selain itu, kelola stress dengan baik untuk mengendalikan pradiabetes.

https://www.cdc.gov/features/diabetesprevention/index.html

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/prediabetes/symptoms-causes/syc-20355278

https://farisfanani.id/wp-includes/bandarqq/ https://farisfanani.id/wp-includes/dominoqq/ https://ojs.stie-tdn.ac.id/pages/depo-25-bonus-25/ http://files.follettcommunity.com/index.html https://www.soyjoy.id/public/
bandarqq dominoqq https://www.bapelkesmataram.id/wp-includes/pkvqq/ https://www.bapelkesmataram.id/wp-includes/public/?sms=77+rabbit
http://files.theleague.coop/index.html
http://s1.onlinepictureproof.com/index.html
https://new.jumpspace.lv/
https://nimueskin.com/bandarqq/
http://178.79.182.11/