5 Mitos Fakta Seputar Snack pada Diabetesi

5 Mitos Fakta Seputar Snack pada Diabetesi

Diabetesi tentu sudah tidak asing dengan prinsip pengaturan makan yang harus diikuti untuk menjaga agar gula darah tetap normal, yaitu Prinsip 3J (Tepat Jumlah, Tepat Jadwal, dan Tepat Jenis). Nah, selama menjaga dan mengikuti pola makan tersebut, banyak sekali informasi-informasi yang terkadang simpang siur, terutama tentang pengaturan makanan camilan atau snacking pada diabetesi.

Hal ini membuat banyak diabetesi menjadi takut untuk snacking karena banyaknya mitos-mitos yang terdengar tersebut. Tentunya hal ini dapat membahayakan karena para diabetesi juga harus memenuhi kebutuhan gizi nya dengan baik. Yuk kita kupas tuntas informasi-informasi tentang snacking bagi diabetesi di bawah ini termasuk mitos atau fakta!

1. Diabetesi tidak boleh snacking

Snacking yang tepat bagi penderita Diabetes Melitus memiliki berbagai manfaat penting, seperti menghindari makan berlebihan pada waktu makan utama, menekan “keinginan untuk ngemil” secara psikologis, menjaga kadar gula darah tetap normal, sekaligus memenuhi kebutuhan zat gizi harian1,2 . Diabetesi disarankan untuk snacking sebanyak 2-3 kali dalam sehari, dengan pembagian waktu satu kali diantara makan pagi dan siang, satu kali diantara makan siang dan malam, serta sekitar 1-2 jam sebelum tidur apabila diperlukan untuk menghindari hipoglikemia pada pagi harinya3 . Wah jadi ternyata ini mitos ya!

2. Buah merupakan snack tinggi gula yang harus dihindari

Buah memang mengandung salah satu jenis gula sederhana yaitu fruktosa3 . Namun fruktosa dalam buah tidak dicerna dengan cara yang sama dengan gula pasir. Buah tidak memiliki dampak negatif yang signifikan dalam kenaikan kadar gula darah. Melainkan hal yang lebih penting adalah dimana buah mengandung serat dan antioksidan yang dapat membantu mencegah komplikasi Diabetes Melitus4 . Disarankan untuk mengonsumsi buah-buah yang memiliki indeks glikemik rendah, seperti apel, jeruk, papaya, pir, nanas, dan anggur. Tidak ada lagi alasan untuk menghindari buah ya

3. Konsumsi snack tinggi serat baik untuk jaga gula darah

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Association of European Diabetes Study, Canadian Diabetes Association, dan Australian Dietitians Association, merekomendasikan konsumsi snack yang tinggi serat dan rendah indeks glikemik untuk menjaga kadar gula darah dan mengontrol berat badan1,5 . Hal ini disebabkan karena konsumsi serat yang cukup dapat meningkatkan kekentalan isi lambung sehingga menunda laju pengosongan lambung. Pengentalan ini akan memperlambat penyerapan gula ke dalam usus dan meningkatkan fungsi insulin6 . Yap, benar, hal ini adalah fakta! Kamu bisa mengonsumsi SOYJOY untuk mendapatkan manfaat snack yang tinggi serat dan rendah indeks glikemik. SOYJOY terbuat dari kedelai utuh sehingga bisa bantu #JagaGulaDarah kamu loh.

4. Diabetesi tidak boleh konsumsi snack yang mengandung gula tambahan

Diabetesi yang memiliki gula darah terkontrol, masih diperbolehkan untuk mengonsumsi gula tambahan namun dalam jumlah yang terbatas. Konsumsi gula dalam sehari tidak boleh lebih dari 5% dari kebutuhan kalori harian3 . Misalnya kebutuhan kalorimu adalah 2.100 kkal, maka konsumsi gula maksimal dalam sehari adalah 26 gram atau setara dengan 2 sendok makan. Kesimpulannya, konsumsi gula masih diperbolehkan dalam jumlah yang terbatas.

5. Snack tinggi protein membuat kenyang lebih lama

Pada penderita Diabetes, protein dapat memberikan efek kenyang lebih tinggi dan lebih lama7 . Protein juga memiliki efek yang minimal pada kenaikan kadar gula darah apabila dikonsumsi pada jumlah yang sesuai8 . Selain itu, protein juga dapat membantu pengeluaran hormon insulin pada Diabetesi9,10 . Maka dari itu, pastikan kebutuhan proteinmu terpenuhi dengan konsumsi snack tinggi protein seperti SOYJOY. Kebaikan kedelainya bisa bantu kamu untuk #KenyangLebihLama. Setelah kita kupas tuntas mitos fakta seputar snacking pada Diabetesi, semoga kedepannya nggak ada kata ragu lagi yah buat tetap mengonsumsi snack yang tinggi protein, tinggi serat, dan rendah indeks glikemik, seperti SOYJOY. Sekarang ada 2 varian baru dari SOYJOY, yaitu varian rasa Lekker and Nuts serta Tropical Cranberries loh! Kamu udah cobain yang mana?

Referensi:

1. Angelos, K. S., & ÖZTAĞ, M. (2020). Optimized snacking is positively associated with socioeconomic status and better Type 2 Diabetes Mellitus management in Turkish patients. Gazzetta Medica Italiana-Archivio per le Scienze Mediche, 179(7-8), 459-67.

2. Imai, S., Kajiyama, S., Hashimoto, Y., Nitta, A., Miyawaki, T., Matsumoto, S., … & Fukui, M. (2018). Consuming snacks mid-afternoon compared with just after lunch improves mean amplitude of glycaemic excursions in patients with type 2 diabetes: A randomized crossover clinical trial. Diabetes & Metabolism, 44(6), 482-487.

3. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PB PERKENI. p18-22.

4. Du, H., Li, L., Bennett, D., Guo, Y., Turnbull, I., Yang, L., Bragg, F., Bian, Z., Chen, Y., Chen, J., Millwood, I. Y., Sansome, S., Ma, L., Huang, Y., Zhang, N., Zheng, X., Sun, Q., Key, T. J., Collins, R., Peto, R., … China Kadoorie Biobank study (2017). Fresh fruit consumption in relation to incident diabetes and diabetic vascular complications: A 7-y prospective study of 0.5 million Chinese adults. PLoS medicine, 14(4), e1002279. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1002279

5. Deed, G., Ackermann, E., Newman, R., Audehm, R., Arthur, I., Barlow, J., … & Sharma, A. (2014). General practice management of type 2 diabetes: 2014-15. Kim, H. K., Nanba, T., Ozaki, M., Chijiki, H., Takahashi, M., Fukazawa, M., Okubo, J., & Shibata, S. (2020). Effect of the Intake of a Snack Containing Dietary Fiber on Postprandial Glucose Levels. Foods (Basel, Switzerland), 9(10), 1500. https://doi.org/10.3390/foods9101500

6. Kim, H. K., Nanba, T., Ozaki, M., Chijiki, H., Takahashi, M., Fukazawa, M., Okubo, J., & Shibata, S. (2020). Effect of the Intake of a Snack Containing Dietary Fiber on Postprandial Glucose Levels. Foods (Basel, Switzerland), 9(10), 1500. https://doi.org/10.3390/foods9101500

7. Westerterp-Plantenga, M. S., Lemmens, S. G., & Westerterp, K. R. (2012). Dietary protein–its role in satiety, energetics, weight loss and health. British journal of nutrition, 108(S2), S105-S112.

8. Krzymien, J., & Ladyzynski, P. (2019). Insulin in type 1 and type 2 diabetes— should the dose of insulin before a meal be based on glycemia or meal content?. Nutrients, 11(3), 607.

9. Campbell, A. P., & Rains, T. M. (2015). Dietary protein is important in the practical management of prediabetes and type 2 diabetes. The Journal of nutrition, 145(1), 164S-169S.

10.Evert, A. B., Dennison, M., Gardner, C. D., Garvey, W. T., Lau, K. H. K., MacLeod, J., … & Yancy Jr, W. S. (2019). Nutrition therapy for adults with diabetes or prediabetes: a consensus report. Diabetes care, 42(5), 731.

Tenang, Pre-diabetes dapat diperbaiki dengan langkah-langkah ini

Tenang, Pre-diabetes dapat diperbaiki dengan langkah-langkah ini

Pre-diabetes merupakan suatu kondisi dimana mulai terjadi peningkatan kadar gula darah di atas normal, namun belum termasuk kategori Diabetes1. Banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya Pre-Diabetes, misalnya faktor genetik dan gaya hidup. Namun, faktor paling dominan yang diyakini menjadi penyebab tingginya kejadian ini adalah faktor gaya hidup2.

Ternyata, sebanyak 70% orang dengan Pre-Diabetes akan mengalami Diabetes dalam kurun waktu 10 tahun, sehingga hal ini harus segera ditangani dengan baik. Perubahan gaya hidup seperti menurunkan berat badan dan meningkatkan aktivitas fisik, dapat menurunkan resiko Diabetes hingga 58% loh3. Yuk simak penjelasan berikut untuk informasi lebih detailnya!

1. Pengaturan makan

Orang dengan Pre-Diabetes harus lebih memperhatikan makanannya. Semisal dia memiliki berat badan berlebih, berarti dia harus mengurangi konsumsi kalori hariannya sebesar 500-1.000 kkal dan mengutamakan untuk mengurangi konsumsi lemak4.

Selain dari jumlahnya, pemilihan makanan rendah indeks glikemik ternyata dapat menurunkan resiko Diabetes hingga 18-40%5. Kamu bisa mendapatkan makanan dengan indeks glikemik tersebut dengan mengonsumsi SOYJOY. Snack Bar yang terbuat dari kedelai utuh dan memiliki indeks glikemik rendah. Sudah makan SOYJOY hari ini?

2. Berolahraga rutin dan meningkatkan aktivitas fisik

Perkembangan jaman memberikan banyak kemudahan untuk kita, sehingga tren sedentary lifestyle atau sedikit aktivitas fisik pun meningkat. Orang dengan Pre-Diabetes sangat disarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga untuk meningkatkan sensivitas insulin. Penelitian membuktikan,

mengganti 30 menit dari sedentary lifestyle dengan aktivitas fisik sedang hingga berat, dapat meningkatkan sensitivitas insulin sebanyak 15% loh6!

Durasi yang direkomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik sedang adalah minimal 150 menit per minggu4. Tipsnya, kamu bisa lakukan ini secara bertahap sesuai dengan kemampuan, misalnya 30 menit/hari, atau dibagi menjadi 2x dalam sehari dengan masing-masing 15 menit, atau dibagi menjadi 3x dalam sehari dengan masing-masing 10 menit.

3. Menurunkan berat badan

Kondisi obesitas atau kelebihan berat badan akan memicu peningkatan tanda-tanda peradangan dalam tubuh yang lambat laun dapat meningkatkan resistensi insulin di dalam sel7. Mencapai dan mempertahankan penurunan berat badan minimal 7% atau mempertahankan berat badan yang sehat (ideal) dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular dan mencegah atau menunda perkembangan Pre-Diabetes menjadi Diabetes8. Namun perlu diingat, penurunan berat badan yang aman dan sehat adalah sebesar 0,5 – 1 kg per minggu4.

Penelitian membuktikan bahwa menurunkan 5% berat badan, dapat meningkatkan sensitivitas insulin hingga 30%9. Dalam studi lain, setiap penurunan 1 kg berat badan akan menurunkan resiko terjadinya Diabetes hingga 16%10. Langkah ketiga ini dapat diterapkan dengan mudah apabila sudah menerapkan langkah pertama dan kedua dengan baik.

4. Konsultasi dengan dokter apakah memerlukan obat

Selain dari modifikasi gaya hidup, beberapa orang dengan Pre-Diabetes juga memerlukan terapi tambahan berupa obat penurun gula darah (anti diabetes) ataupun obat anti obesitas agar penyakitnya tidak berkembang menjadi Diabetes11. Namun keputusan pemberian obat harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter yaa!

5. Pemeriksaan ulang secara rutin

Penderita Pre-Diabetes disarankan untuk melakukan pemeriksaan gula darah rutin minimal satu tahun sekali agar dapat memantau apakah kondisinya sudah berkembang menjadi Diabetes Melitus atau belum4. Harapannya dapat

diberikan penanganan yang tepat sehingga menghindari resiko terjadinya komplikasi akibat gula darah yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, baik perubahan gaya hidup maupun terapi obat penurun gula darah, keduanya sama-sama efektif untuk mencegah Diabetes, namun memang intervensi gaya hidup memiliki efek yang lebih besar dan berkelanjutan12. Eitsss tenang aja, ada SOYJOY yang bisa bantu kamu untuk memiliki gaya hidup yang sehat karena kebaikan kedelainya bisa #BantuJagaBeratBadan dan #BantuJagaGulaDarah kamu! Jangan lupa? Makan SOYJOY!

Referensi:

  1. Centers for Disease Control and Prevention. (2011). National diabetes fact sheet: national estimates and general information on diabetes and prediabetes in the United States, 2011. Atlanta, GA: US department of health and human services, centers for disease control and prevention, 201(1), 2568-2569.
  2. Arigbede, O., Adeoye, I., Jarrett, O., & Yusuf, O. (2017). Prediabetes among Nigerian adolescents: A School-based study of the prevalence, risk factors and pattern of fasting blood glucose in Ibadan, Nigeria. International Journal of Diabetes in Developing Countries, 37(4), 437–445. https://doi.org/10.1007/s13410-016-0505-6.
  3. Schellenberg, E. S., Dryden, D. M., Vandermeer, B., Ha, C., & Korownyk, C. (2013). Lifestyle interventions for patients with and at risk for type 2 diabetes: a systematic review and meta-analysis. Annals of internal medicine, 159(8), 543- 551.
  4. ElSayed, N. A., Aleppo, G., Aroda, V. R., Bannuru, R. R., Brown, F. M., Bruemmer, D., … & Gabbay, R. A. (2023). 3. Prevention or delay of type 2 diabetes and associated comorbidities: standards of care in diabetes—2023. Diabetes Care, 46(Suppl 1), S41.
  5. Cho, S. S., Qi, L., Fahey Jr, G. C., & Klurfeld, D. M. (2013). Consumption of cereal fiber, mixtures of whole grains and bran, and whole grains and risk reduction in type 2 diabetes, obesity, and cardiovascular disease. The American journal of clinical nutrition, 98(2), 594-619.
  1. Yates,T.,Henson,J.,Edwardson,C.,Dunstan,D.,Bodicoat,D.H.,Khunti,K., & Davies, M. J. (2015). Objectively measured sedentary time and associations with insulin sensitivity: Importance of reallocating sedentary time to physical activity. Preventive medicine, 76, 79-83.
  2. Purkayastha, S., Zhang, G., & Cai, D. (2011). Uncoupling the mechanisms of obesity and hypertension by targeting hypothalamic IKK-β and NF-κB. Nature medicine, 17(7), 883-887.
  3. Saeedi, P., Petersohn, I., Salpea, P., Malanda, B., Karuranga, S., Unwin, N., Colagiuri, S., Guariguata, L., Motala, A. A., Ogurtsova, K., Shaw, J. E., Bright, D., & Williams, R. (2019). Global and Regional Diabetes Prevalence Estimates For 2019 and Projections For 2030 and 2045: Results From The International Diabetes Federation Diabetes Atlas, 9th Edition. Diabetes Research and Clinical Practice, 157, 1–10. https://doi.org/10.1016/j.diabres.2019.107843
  4. Kitabchi, A. E., Temprosa, M., Knowler, W. C., Kahn, S. E., Fowler, S. E., Haffner, S. M., … & Shamoon, H. (2005). Diabetes Prevention Program Research Group Role of insulin secretion and sensitivity in the evolution of type 2 diabetes in the diabetes prevention program: effects of lifestyle intervention and metformin. Diabetes, 54(8), 2404-2414.

10. Hamman, R. F., Wing, R. R., Edelstein, S. L., Lachin, J. M., Bray, G. A., Delahanty, L., … & Diabetes Prevention Program Research                 Group. (2006). Effect of weight loss with lifestyle intervention on risk of diabetes. Diabetes care, 29(9), 2102-2107.

11.Khan, R., Chua, Z., Tan, J., Yang, Y., Liao, Z., & Zhao, Y. (2019). From Pre- Diabetes to Diabetes: Diagnosis, Treatments and                         Translational Research. Medicina, 55(9), 546. https://doi.org/10.3390/medicina55090546

12.Beulens, J. W. J., Rutters, F., Ryden, L., Schnell, O., Mellbin, L., Hart, H. E., & Vos, R. C. (2019). Risk and management of pre-                       diabetes. European journal of preventive cardiology, 26(2_suppl), 47-54.

Turun berat badan 5 kilo dalam 3 hari, apakah aman?

Turun berat badan 5 kilo dalam 3 hari, apakah aman?

Demi mendapatkan penurunan berat badan yang diinginkan, banyak orang rela untuk melakukan pola makan ekstrim  agar berat badannya dapat turun banyak dan dalam waktu yang cepat. Pola makan ekstrim adalah pola makan yang tidak mengandung komposisi zat gizi yang seimbang, seperti tinggi lemak-rendah karbohidrat, tinggi karbohidrat-rendah lemak, atau defisit kalori ekstrim (<800 kkal/hari)10. Misalnya dengan hanya memakan buah apel, ubi-ubian, dan dengan lauk-pauk yang sangat sedikit. Banyak orang yang tergiur untuk mengikuti pola makan tersebut karena hasil penurunan berat badannya dapat mencapai 5 kg dalam 3 hari, lho!

Sumber: iStockphoto – KatarzynaBialasiewicz

Tapi apa sih hal-hal yang sebenarnya harus diperhatikan sebelum kamu mengikuti pola makan tertentu? Yuk simak penjelasan berikut ini agar pola makan kamu untuk menurunkan berat badan aman dan berhasil:

1. Kenali kebutuhan kalorimu

Kebutuhan kalori setiap orang dalam satu hari sudah pasti berbeda-beda. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah jenis kelamin, usia, berat badan, dan tinggi badan1. Rata-rata kebutuhan kalori seorang pria dewasa (berusia 19-49 tahun) berkisar antara 2.550-2.650 kkal sedangkan untuk wanita berkisar pada 2.150-2.250 kkal2. Namun terdapat kebutuhan kalori minimal (kalori basal) yang digunakan tubuh untuk menjalankan fungsi-fungsi dasar, seperti bernapas, aktivitas jantung, dan aktivitas dasar lainnya. Sehingga kamu harus pastikan bahwa asupan kalorimu tidak kurang dari kalori basalmu ya!

2. Penurunan berat badan yang wajar

Penurunan berat badan dapat tercapai apabila kamu mengikuti prinsip kalori defisit, yaitu kondisi dimana kalori yang keluar harus lebih besar daripada kalori yang masuk. Pengurangan asupan kalori yang aman biasanya dilakukan secara bertahap, dimulai dari 500 kkal hingga 750 kkal3-7. Hal ini selaras dengan hasil sebuah penelitian dimana defisit kalori sebesar 500-600 kkal, dapat menurunkan berat badan sekitar 0,5 kg per minggu8

3. Penerapan dalam jangka panjang

Defisit kalori ekstrim memang terlihat lebih menggiurkan karena dapat menurunkan berat badan yang cukup banyak dalam waktu singkat. Namun ternyata penurunan berat badan yang seperti ini menimbulkan efek yang berbaya untuk tubuh, mulai dari meningkatkan resiko terkena serangan jantung, stroke, dan hingga kematian dini9.

Selain berbahaya untuk tubuh, defisit kalori ekstrim juga sangat menyiksa diri sehingga cenderung tidak bisa dilakukan dengan nyaman dalam jangka panjang.

Kesimpulan dari 3 hal yang harus diperhatikan tersebut adalah tetaplah berpegang kepada Prinsip Gizi Seimbang.

Pertama, perhatikan keberagaman makanan, ingatlah bahwa tidak ada satupun bahan makanan yang sempurna bisa melengkapi semua kebutuhan gizi mu.

Kedua, perhatikan porsi makanmu agar terhindar dari makan kalap.

Ketiga, pilihlah makanan yang cenderung memberikan efek kenyang lebih lama, seperti protein dan serat.

Kamu bisa bantu penuhi protein dan serat harianmu dengan  mengonsumsi SOYJOY. Snack bar yang terbuat dari kedelai utuh, yang tinggi protein dan serat, sehingga bisa #BantuKenyangLebihLama dan tentunya bisa bantu #JagaBeratBadan mu, loh!

Dan yang paling penting, SOYJOY siap nemenin perjalananmu untuk jaga pola makan, dengan aman dan enjoy!

Referensi:

  1. Kemenkes RI. (2018). Berapa kebutuhan kalori anda per hari?. Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
  2. Kemenkes RI. (2019). Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia. Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019.
  3. Kim J. Y. (2021). Optimal Diet Strategies for Weight Loss and Weight Loss Maintenance. Journal of obesity & metabolic syndrome, 30(1), 20–31. https://doi.org/10.7570/jomes20065
  4. Seo, M. H., Lee, W. Y., Kim, S. S., Kang, J. H., Kang, J. H., Kim, K. K., … & Committee of Clinical Practice Guidelines. (2019). 2018 Korean society for the study of obesity guideline for the management of obesity in Korea. Journal of obesity & metabolic syndrome, 28(1), 40.
  5. Yi, Y., & Kim, S. (2019). CPG for the diagnosis and treatment of pediatric obesity: recommendations from committee on pediatric obesity of the Korean society of pediatric, gastroenterology, hepatology y nutrition. Nature, 22(1), 1-27.
  6. Ryan, D. H., & Kahan, S. (2018). Guideline recommendations for obesity management. Medical Clinics, 102(1), 49-63.
  7. Turner, L. R., Harris, M. F., & Mazza, D. (2015). Obesity management in general practice: does current practice match guideline recommendations?. Medical Journal of Australia, 202(7), 370-372.
  8. MacLean, P. S., Bergouignan, A., Cornier, M. A., & Jackman, M. R. (2011). Biology’s response to dieting: the impetus for weight regain. American Journal of Physiology-Regulatory, Integrative and Comparative Physiology.
  9. Kim, M. K., Han, K., Park, Y. M., Kwon, H. S., Kang, G., Yoon, K. H., & Lee, S. H. (2018). Associations of variability in blood pressure, glucose and cholesterol concentrations, and body mass index with mortality and cardiovascular outcomes in the general population. Circulation, 138(23), 2627-2637.
  10. Joshi, S., & Mohan, V. (2018). Pros & cons of some popular extreme weight-loss diets. The Indian journal of medical research, 148(5), 642–647. https://doi.org/10.4103/ijmr.IJMR_1793_18
Yuk Kita Bedah Tiffany’s Plate, Pola Makan yang Bikin Turun 30 Kg

Yuk Kita Bedah Tiffany’s Plate, Pola Makan yang Bikin Turun 30 Kg

Beberapa waktu lalu, sempat viral pola makan yang dilakukan oleh seorang Tiktokers, Tiffany Magee, yang mengaku berhasil menurunkan berat badan hingga 30 kilogram lebih. Tren pola makan ini dia beri nama Tiffany’s Plate. Pola makan Tiffany’s Plate terdiri dari sosis, berbagai sayur-sayuran seperti seledri, brokoli, wortel, okra, lobak, kubis brussel, dan buah-buahan seperti buah naga dan persik, yang diberikan sedikit keju cottage dan mustard sebagai cocolan.

Sumber: Tiktok @tiffanyymagee

Nah kira-kira apa ya yang bikin diet ini bisa menurunkan berat badan lebih dari 30 kg? Yuk kita bedah alasannya!

1. Rendah kalori

Kalori yang terkandung pada bahan-bahan makanan di Tiffany’s Plate tergolong rendah, hanya berkisar 21 hingga 78 kkal per 100 gramnya1,2. Wajar saja apabila pola makan seperti ini dapat menurunkan berat badan yang cukup banyak jika dilakukan dalam waktu lama. Namun ternyata ada dampak yang akan timbul apabila pola makan terlalu rendah kalori diterapkan dalam waktu lama. Seperti yang terjadi pada penelitian yang menerapkan defisit kalori sebesar 15-20%, ternyata menyebabkan pengurangan pengeluaran energi 5-10% loh3! Sehingga pola makan defisit kalori sebaiknya dilakukan dengan pendampingan yang tepat agar tidak menimbulkan pelambatan metabolisme. Selain itu, pola makan terlalu rendah kalori kurang bisa dijadikan sebagai gaya hidup yang sehat untuk jangka panjang karena umumnya terasa ‘menyiksa’ dan lebih rentan menimbulkan efek Yoyo (berat badan naik kembali) di masa yang akan datang.

2. Kaya akan serat

Bahan makanan yang dipilih pada pola makan ini cenderung tinggi serat karena berasal dari beberapa sayur dan buah. Serat terbukti dapat mempertahankan rasa kenyang lebih lama karena dapat ‘mengisi’ lambung dan dicerna lebih lama4. Sehingga makanan tinggi serat dapat membantu kamu untuk menurunkan atau menjaga berat badan. Selain berasal dari sayur dan buah, pilihan bahan makanan tinggi serat yang bisa kamu konsumsi adalah kacang-kacangan, yang salah satunya seperti kedelai.

3. Tinggi protein

Pada sebuah penelitian, orang-orang yang menjalankan pola makan berprotein tinggi seperti keju cottage selama 1 tahun, mengalami penurunan berat badan dengan rata-rata sebesar 2,8 kg pada wanita dan 1,4 kg pada pria5. Selain itu, pola makan tinggi protein juga terbukti dapat meningkatkan hormon rasa kenyang sehingga bantu kamu untuk tidak kalap makan6. Tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pola makan Tiffany’s Plate ini, seperti tingginya kadar natrium yang terkandung pada keju cottage dan sosis. Natrium yang terkandung dalam keju cottage (406 mg/100 g) dan sosis (765 mg/100 g) tergolong tinggi. Asupan natrium yang tinggi akan memicu peningkatan tekanan darah dan meningkatkan resiko penyakit jantung7. Sehingga sebaiknya tidak terlalu banyak dan sering mengonsumsi kedua bahan tersebut. 

Sebagai penggantinya kamu bisa memilih sumber tinggi protein lain yang lebih rendah kadar natriumnya, misalnya seperti ayam, ikan, atau plant based protein seperti kedelai. Cara praktis untuk bantu penuhi protein harianmu adalah dengan konsumsi SOYJOY. Snack bar yang terbuat dari kedelai utuh tinggi protein dan serat, bisa #BantuJagaBeratBadanmu karena udah gak khawatir lagi bakalan kalap makan.

Setelah menyimak segala penjelasan mengenai pola makan Tiffany’s Plate, semoga kamu bisa lebih bijak dalam memilih pola makan yang baik dan bisa kamu terapkan dalam jangka panjang yaa! Karena sejatinya pola makan yang baik dan sehat adalah pola makan yang bisa kamu terapkan seumur hidup. Tenang, dalam perjalanan itu, SOYJOY akan selalu setia menemani kamu kok, karena kebaikan kedelai dari SOYJOY bisa #BantuJagaBeratBadan mu. Jangan lupa? Makan SOYJOY!

Referensi:

  1. Kementrian Kesehatan, RI. (2018). Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
  2. Food Data Central. 2019. Food Data Central. fdc.nal.usda.gov. https://fdc.nal.usda.gov/fdc-app.html#/food-details/175156/nutrients
  3. Most, J., & Redman, L. M. (2020). Impact of calorie restriction on energy metabolism in humans. Experimental gerontology, 133, 110875. https://doi.org/10.1016/j.exger.2020.110875
  4. Borkoles, E., Krastins, D., van der Pols, J. C., Sims, P., & Polman, R. (2022). Short-Term Effect of Additional Daily Dietary Fibre Intake on Appetite, Satiety, Gastrointestinal Comfort, Acceptability, and Feasibility. Nutrients, 14(19), 4214. https://doi.org/10.3390/nu14194214
  5. Ostrowska, L., Stefańska, E., Jastrzebska, M., Adamska, E., Wujek, A., & Waszczeniuk, M. (2012). Ocena wpływu zmiany nawyków zywieniowych na wybrane parametry metaboliczne u osób otyłych redukujacych mase ciała [Effects of dietary habits modifications on selected metabolic parameters during weight loss in obese persons]. Roczniki Panstwowego Zakladu Higieny, 63(1), 83–90.
  6. van der Klaauw, A. A., Keogh, J. M., Henning, E., Trowse, V. M., Dhillo, W. S., Ghatei, M. A., & Farooqi, I. S. (2013). High protein intake stimulates postprandial GLP1 and PYY release. Obesity, 21(8), 1602-1607.
  7. Rust, P., & Ekmekcioglu, C. (2017). Impact of Salt Intake on the Pathogenesis and Treatment of Hypertension. Advances in experimental medicine and biology, 956, 61–84. https://doi.org/10.1007/5584_2016_147
Udah Jaga berat badan tapi Berat Badan Stuck? Mungkin Kamu Mengalami Hal Ini

Udah Jaga berat badan tapi Berat Badan Stuck? Mungkin Kamu Mengalami Hal Ini

Banyak cara yang ditempuh untuk menurunkan berat badan, salah satunya adalah dengan melakukan jaga berat badan desifit kalori. Namun, ketika sudah melakukan jaga berat badan selama berminggu-minggu dan berhasil turun beberapa kilo dari berat badan awal, ada kalanya berat badan kita akhirnya stuck. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Fase stuck berat badan saat jaga berat badan biasa dikenal dengan weight-loss plateau (masa stabil) yang umumnya terjadi setelah 6 bulan melakukan program jaga berat badan1. Hal ini dapat terjadi karena terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan tubuh saat kita, seperti penurunan pengeluaran energi dan peningkatan rasa lapar2.

Penyesuaian metabolisme tubuh inilah yang dapat menyebabkan penururan berat badan menjadi lambat atau bahkan berhenti. Sehingga pada fase ini sering terjadi peningkatan berat badan kembali karena orang sudah mulai merasa frustasi karena berat badannya stuck, ditambah lagi dengan adanya rasa lapar yang meningkat. Namun ternyata ada faktor utama yang menentukan fase berat badan stuck ini, yaitu kepatuhan akan jaga berat badan1. Fase ini harus dipahami dan dihadapi dengan tepat agar jaga berat badan kita tidak gagal.

Lalu hal apa saja sih yang bisa kita lakukan untuk mengahapi fase Weight-Loss Plateau ini?

1. Patuhi jaga berat badanmu dengan food journal

Orang yang sudah lama melakukan jaga berat badan sudah terbiasa untuk mengestimasi jumlah makanan yang dikonsumsinya. Namun terkadang estimasi ini bisa saja kurang tepat. Mencatat seluruh makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat membatu kita untuk tetap on track dengan rencana jaga berat badan yang telah disusun3. Kamu bisa manfaatkan aplikasi-aplikasi yang dapat membantu mencatat asupan kalori harianmu.

2. Tingkatkan massa otot tubuhmu

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan metabolisme tubuh adalah dengan meningkatan massa otot tubuh4. Lakukan olahraga kekuatan (strength exercise) dengan beban tambahan seperti barbel atau kettleball, maupun dengan beban berat badan tubuh, seperti push-up, sit-up, dan squat.

3. Pilih makanan yang membuat kenyang lebih lama

Makanan-makanan tinggi serat dan protein terbukti dapat meningkatkan rasa kenyang dan memberikan efek kenyang lebih lama5. Misalnya seperti konsumsi kacang-kacangan, buah-buahan atau SOYJOY. Snack bar yang terbuat dari kedelai utuh, dengan  kandungan protein dan serat yang tinggi bisa bikin kamu #KenyangLebihLama.

4. Tidur yang cukup

Memastikan tidur pada jam yang sama setiap harinya dengan durasi yang cukup (7-9 jam), akan membantu seseorang untuk mendapatkan penurunan berat badan yang lebih banyak. Selain itu, orang yang memiliki durasi tidur cukup, memiliki tren penurunan lingkar perut yang lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang kurang tidur6. Maka penting untuk memastikan durasi dan kualitas tidurmu setiap harinya ya!

5. Enjoy the process

Penting sekali untuk memahami fase weight-loss plateau ini agar kamu bisa menghadapinya dengan bijak dan gak stres. Stres merupakan salah satu faktor yang mempersulit penurunan berat badan kamu. Orang yang memiliki manajemen stres yang baik, terbukti mengalami penurunan IMT (Indeks Massa Tubuh) yang lebih banyak7. So, jangan terpatok pada angka timbangan saja ya, perhatikan juga komposisi tubuhmu agar kamu bisa lebih enjoy menjalani proses jaga berat badan ini 😊

Nah dari penjelasan di atas, semoga dapat membantu kamu untuk melewati fase berat badan stuck ini ya! Tenang, akan selalu ada kebaikan kedelai dari SOYJOY yang setia menemai perjalanan jaga berat badan kamu menuju body goals yang kamu impikan.

Referensi:

  1. Thomas, D. M., Martin, C. K., Redman, L. M., Heymsfield, S. B., Lettieri, S., Levine, J. A., … & Schoeller, D. A. (2014). Effect of dietary adherence on the body weight plateau: a mathematical model incorporating intermittent compliance with energy intake prescription. The American journal of clinical nutrition, 100(3), 787-795. 
  2. Trexler, E. T., Smith-Ryan, A. E., & Norton, L. E. (2014). Metabolic adaptation to weight loss: implications for the athlete. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 11(1), 7. https://doi.org/10.1186/1550-2783-11-7  
  3. Guo, J., Robinson, J. L., Gardner, C. D., & Hall, K. D. (2019). Objective versus selfreported energy intake changes during lowcarbohydrate and lowfat diets. Obesity, 27(3), 420-426.   
  4. McPherron, A. C., Guo, T., Bond, N. D., & Gavrilova, O. (2013). Increasing muscle mass to improve metabolism. Adipocyte, 2(2), 92–98. https://doi.org/10.4161/adip.22500 
  5. Leidy, H. J., Clifton, P. M., Astrup, A., Wycherley, T. P., Westerterp-Plantenga, M. S., Luscombe-Marsh, N. D., … & Mattes, R. D. (2015). The role of protein in weight loss and maintenance. The American journal of clinical nutrition, 101(6), 1320S-1329S. Clark MJ, Slavin JL. The effect of fiber on satiety and food intake: a systematic review. J Am Coll Nutr. 2013;32(3):200-211. 
  6. Papandreou, C., Bulló, M., Díaz-López, A., Martínez-González, M. A., Corella, D., Castañer, O., … & Salas-Salvado, J. (2020). High sleep variability predicts a blunted weight loss response and short sleep duration a reduced decrease in waist circumference in the PREDIMED-Plus Trial. International Journal of Obesity, 44(2), 330-339. 
  7. Xenaki, N., Bacopoulou, F., Kokkinos, A., Nicolaides, N. C., Chrousos, G. P., & Darviri, C. (2018). Impact of a stress management program on weight loss, mental health and lifestyle in adults with obesity: a randomized controlled trial. Journal of molecular biochemistry, 7(2), 78–84.
Snacking time tanpa Feeling Guilty? Memangnya Bisa?

Snacking time tanpa Feeling Guilty? Memangnya Bisa?

Jajanan atau snack adalah hal yang tidak asing dari kehidupan kita sehari-hari. Dalam sehari, beragam jenis snack bisa kita konsumsi, baik di waktu pagi ataupun sore hari. Namun pertanyaannya, apakah snack yang kita konsumsi mengandung gizi yang baik dan tidak membuat kita merasa bersalah karena akan menambah berat badan kita? Lalu bagaimana kita bisa memilih snack yang baik untuk di konsumsi? Yuk simak penjelasan berikut!

1. Pahami manfaat snacking

Sebelumnya, kita harus tahu dulu nih, apa saja manfaat yang ada pada snacking. Snacking bermanfaat untuk membantu mengontrol nafsu makan sehingga dapat mencegah makan kalap1, menjaga gula darah tetap stabil2, hingga memenuhi kebutuhan gizi harian kita. Namun, pemilihan jenis snack yang dikonsumsi harus benar-benar diperhatikan. Prioritaskan untuk mengonsumsi snack yang mengandung kandungan gizi yang baik untuk tubuh. Jangan sampai kita hanya mencari snack yang rasanya enak tanpa memperhatikan kandungan gizi dari snack tersebut.

2. Kelengkapan kandungan gizi

Sebaiknya hindari konsumsi snack dengan kandungan gizi yang cenderung hanya mengandung satu atau beberapa zat gizi saja. Misalnya seperti permen, coklat, jelly dan snack kurang bergizi lainnya seperti snack-snack berbumbu kuat karena biasanya mengandung garam yang tinggi. Jenis-jenis snack tersebut bisa menyebabkan kelebihan asupan kalori dan hanya menimbulkan rasa bersalah setelah mengkonsumsi karena dapat menjadi salah satu penyebab kenaikan berat badan, dan bisa meningkatkan risiko terkena penyakit Diabetes Melitus Tipe 2, hipertensi, serta peningkatan kadar kolesterol3,4.

Sedangkan snack yang baik dan sehat biasanya mengandung beberapa zat gizi yang dapat melengkapi kebutuhan gizi harian, seperti protein, serat, dan karbohidrat. Snack yang memiliki gizi lengkap, dapat memberikan beberapa manfaat yang baik untuk tubuh seperti memberikan efek kenyang lebih lama1,  menjaga massa otot5, dan bikin kamu lebih bertenaga. Manfaat baik tersebut bisa kamu dapatkan dengan mengonsumsi SOYJOY. Snack bar yang terbuat dari kedelai utuh, sehingga memiliki kandungan gizi yang lengkap dan bisa bantu penuhi kebutuhan gizi harianmu.

3. Jenis bahan utama

Umumnya bahan utama pada snack rendah gizi berupa gula (fruktosa, glukosa, sukrosa) dan memiliki indeks glikemik yang tinggi (>70) yang akan menyebabkan peningkatan gula darah. Sedangkan snack yang bergizi, cenderung mengandung bahan utama yang lebih kompleks sehingga memiliki kandungan indeks glikemik yang lebih rendah. Misalnya seperti snack bar yang terbuat dari kebaikan kedelai yaitu SOYJOY. Indeks glikemik seluruh varian SOYJOY berkisar pada rentang rendah (≤55) yaitu mulai dari 7 hingga 366. Sehingga SOYJOY dapat menjadi opsi snack sehat yang dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja tanpa merasa bersalah ditambah dengan segala manfaat yang baik untuk tubuh

Setelah kamu tahu hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih snack di atas, semoga SOYJOY bisa nemenim snacking time kamu biar bebas guilty ya! Yuk, jangan lupa? Makan SOYJOY!

Referensi:

  1. Leidy, H. J., Todd, C. B., Zino, A. Z., Immel, J. E., Mukherjea, R., Shafer, R. S., Ortinau, L. C., & Braun, M. (2015). Consuming High-Protein Soy Snacks Affects Appetite Control, Satiety, and Diet Quality in Young People and Influences Select Aspects of Mood and Cognition. The Journal of nutrition, 145(7), 1614–1622. https://doi.org/10.3945/jn.115.212092
  2. Imai, S., Kajiyama, S., Hashimoto, Y., Nitta, A., Miyawaki, T., Matsumoto, S., … & Fukui, M. (2018). Consuming snacks mid-afternoon compared with just after lunch improves mean amplitude of glycaemic excursions in patients with type 2 diabetes: A randomized crossover clinical trial. Diabetes & Metabolism, 44(6), 482-487.
  3. Cowan, A. E., Higgins, K. A., Fisher, J. O., Tripicchio, G. L., Mattes, R. D., Zou, P., & Bailey, R. L. (2020). Examination of different definitions of snacking frequency and associations with weight status among US adults. PloS one, 15(6), e0234355.
  4. Mozaffarian, D. (2016). Dietary and policy priorities for cardiovascular disease, diabetes, and obesity: a comprehensive review. Circulation, 133(2), 187-225. 
  5. Cruz-Jentoft, A. J., & Sayer, A. A. (2019). Sarcopenia. The Lancet, 393(10191), 2636-2646.
  6. Nurdin, N. M., Navratilova, H. F., Ekawidyani, K. R., Pratiwi, D., & Kurniawan, M. Y. (2020). Soy Flour-Based Snack Bar as Potential Snack Alternative for Diabetes Mellitus. Jurnal Gizi dan Pangan, 15(3), 125-132. 
Ketika Nanas dan Kranberi Bertemu dengan Kebaikan Kedelai, Apa Manfaatnya Untuk Tubuh?

Ketika Nanas dan Kranberi Bertemu dengan Kebaikan Kedelai, Apa Manfaatnya Untuk Tubuh?

Dibalik rasanya yang menyegarkan, ternyata Nanas dan Kranberi memiliki segudang manfaat untuk kesehatan lho!

Nanas adalah salah satu buah tropis yang dalam 100 gramnya mengandung 40 kkal1. Selain itu, nanas juga mengandung vitamin C yang tinggi, mineral, serat, dan antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh. Sedangkan Kranberi merupakan buah yang masih termasuk ke dalam keluarga berry yang mengandung 46 kkal dan kandungan serat yang cukup tinggi yaitu 3,6 gram serat2.

Kedelai sendiri terkenal sebagai superfood karena memiliki berbagai macam zat gizi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Kedelai merupakan sumber protein yang juga mengandung serat serta beberapa zat lain seperti isoflavon dan polifenol3,4. Lantas apasih manfaatnya untuk tubuh kita, disaat manfaat buah Nanas dan Kranberi bertemu dengan kebaikan kedelai? Yuk simak 3 manfaatnya untuk tubuh kita!

1. Menjaga berat badan

Penelitian membuktikan, kandungan antioksidan (polifenol) pada nanas dapat membantu metabolisme lemak di dalam tubuh sehingga dapat membantu menjaga berat badan5. Penurunan berat badan juga terjadi pada subjek penelitian pemberian buah Kranberi6. Sementara itu, kedelai memiliki salah satu fungsi sebagai penghambat pembentukan lemak, sehingga dapat juga membantu menjaga berat badan7.

2. Mencegah penuaan dini

Nanas mengandung senyawa Malic Acid yang dapat mengencangkan dan melembutkan kulit serta dapat meningkatkan daya tahan tubuh8. Selaras dengan Nanas, Kranberi juga mengandung antioksidan yang tinggi sehingga terbukti memiliki fungsi anti-aging9. Senyawa isoflavon pada kedelai juga terbukti memberikan kebaikan berupa efek anti-aging karena memiliki peran sebagai antioksidan10.

3. Membantu menjaga kadar gula darah

Baik nanas, kranberi, dan kedelai memiliki fungsi untuk membantu menjaga gula darah sehingga menurunkan resiko dari  penyakit diabetes11,12. Kebaikan kedelai juga membantu menjaga kadar gula darah tetap normal pada penderita diabetes. Snack bar yang terbuat dari tepung kedelai, terbukti memiliki kemampuan 20% lebih rendah untuk meningkatkan kadar gula darah penyandang diabetes jika dibandingkan dengan snack bar yang terbuat dari tepung terigu13.

Nah dari berbagai macam manfaat yang ada, apakah kamu penasaran untuk mencoba rasa dari 3 kombinasi bahan tersebut? Kini telah hadir SOYJOY dengan rasa baru yaitu varian Tropical Cranberries, loh! Perpaduan rasa buah nanas dan kranberi yang unik, bertemu dengan #KebaikanKedelai yang bisa bantu #JagaBeratBadan kamu. Yuk cobain sekarang!

Referensi:

  1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Tabel Komposisi Pangan Indonesia. https://www.panganku.org/id-ID/beranda.
  2. United States Department of Agriculture Food Data Central. [(accessed on 4 July 2023)]; Cranberries, Raw. Available online: https://fdc.nal.usda.gov/falc-app.html#/food-details/171722/nutrients
  3. Kashino, I., Mizoue, T., Serafini, M., Akter, S., Sawada, N., Ishihara, J., … & Tsugane, S. (2019). Higher dietary non-enzymatic antioxidant capacity is associated with decreased risk of all-cause and cardiovascular disease mortality in Japanese adults. The Journal of Nutrition, 149(11), 1967-1976.
  4. Yu, Y., Jing, X., Li, H., Zhao, X., & Wang, D. (2016). Soy isoflavone consumption and colorectal cancer risk: a systematic review and meta-analysis. Scientific reports, 6(1), 25939.
  5. El-Shazly, S. A., Ahmed, M. M., Al-Harbi, M. S., Alkafafy, M. E., El-Sawy, H. B., & Amer, S. A. M. (2018). Physiological and molecular study on the anti-obesity effects of pineapple (Ananas comosus) juice in male Wistar rat. Food science and biotechnology, 27(5), 1429–1438. https://doi.org/10.1007/s10068-018-0378-1.
  6. Flanagan, E., Cameron, D., Sobhan, R., Wong, C., Pontifex, M. G., Tosi, N., Mena, P., Del Rio, D., Sami, S., Narbad, A., Müller, M., Hornberger, M., & Vauzour, D. (2022). Chronic Consumption of Cranberries (Vaccinium macrocarpon) for 12 Weeks Improves Episodic Memory and Regional Brain Perfusion in Healthy Older Adults: A Randomised, Placebo-Controlled, Parallel-Groups Feasibility Study. Frontiers in nutrition, 9, 849902. https://doi.org/10.3389/fnut.2022.849902
  7. Hashidume, T., Sakano, T., Mochizuki, A., Ito, K., Ito, S., Kawarasaki, Y., & Miyoshi, N. (2018). Identification of soybean peptide leginsulin variants in different cultivars and their insulin-like activities. Scientific Reports, 8(1), 16847.
  8. Hossain, M. F., Akhtar, S., & Anwar, M. (2015). Nutritional value and medicinal benefits of pineapple. International Journal of Nutrition and Food Sciences, 4(1), 84-88.
  9. Nile, S. H., & Park, S. W. (2014). Edible berries: Bioactive components and their effect on human health. Nutrition, 30(2), 134-144.
  10. Liu, T., Li, N., Yan, Y. Q., Liu, Y., Xiong, K., Liu, Y., … & Liu, Z. D. (2020). Recent advances in the antiaging effects of phytoestrogens on collagen, water content, and oxidative stress. Phytotherapy research, 34(3), 435-447.
  11. Siddiq, M., Ahmed, J., Lobo, M. G., & Ozadali, F. (Eds.). (2012). Tropical and subtropical fruits: postharvest physiology, processing and packaging. John Wiley & Sons.
  12. Kowalska, K., & Olejnik, A. (2016). Beneficial effects of cranberry in the prevention of obesity and related complications: Metabolic syndrome and diabetes–A review. Journal of functional foods, 20, 171-181. 
  13. Nurdin, N. M., Navratilova, H. F., Ekawidyani, K. R., & Kurniawan, M. Y. (2022). Soy flour snack bars lower glycaemic response in type 2 diabetes mellitus: A randomized cross-over design. Malaysian Journal of Nutrition, 28(2), 163-175.
Back in Shape Sehabis Lebaran

Back in Shape Sehabis Lebaran

Pada umumnya sehabis lebaran, beberapa orang mengalami kenaikan berat badan karena kalap makan saat dan selama libur lebaran. Menu hari raya yang menggugah selera membuat kita tidak sadar konsumsi lebih banyak kalori dari yang tubuh kita butuhkan, belum lagi dengan kue kering khas lebaran yang rata-rata tinggi gula dan lemak sehingga akan menyumbang kalori lebih banyak. Semua itu bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang baru akan kita sadari setelah moment libur lebaran berakhir.

Bagaimana menyiasatinya agar bisa kembali ke berat badan ideal, yuk simak tips berikut ini :

1. Ciptakan pola makan yang teratur

Makan secara teratur bantu kamu memenuhi asupan kalori tepat waktu dan menghindari kamu dari kalap makan. Pilihlah makanan yang tinggi protein, seperti daging tanpa lemak, ikan, kacang kedelai, dll dapat membantu kenyang lebih lama. Sebuah studi meneliti mengenai pengaruh konsumsi makanan kaya protein pada berat badan dan rasa kenyang. Para ahli menemukan bahwa makanan kaya protein lebih mengenyangkan daripada makanan kaya karbohidrat dan lemak. Studi juga menemukan, kondisi kenyang lebih lama mengakibatkan pengurangan konsumsi kalori total dan penurunan berat badan. Selain dari menu makan utama, memilih camilan yang mengandung tinggi protein dan serat bisa bantu kenyang lebih lama sehingga bisa jaga porsi makan utama. SOYJOY satu-satunya snack bar dengan #KebaikanKedelai utuh yang tinggi tinggi protein dan serat, dicerna perlahan dalam tubuh, bantu kamu kenyang lebih lama, jadi #Soylution untuk bantu jaga porsi makan mu.

2. Olahraga secara teratur

Pastikan untuk menyempatkan berolahraga untuk menghindari obesitas. Olahraga sebaiknya bisa dilakukan pada pagi hari, Ketika bangun tidur, tubuh butuh beberapa saat untuk menyelaraskan pikiran. Kamu bisa coba olahraga seperti, yoga dan meditasi yang dapat bantu sinkronisitas antara tubuh dan pikiran. Atau olahraga dengan intensitas yang lebih tinggi seperti kardio. Usahakan untuk dilakukan secara konsisten dan juga sesuaikan dengan kemampuan kalian, agar hasil yang di dapat bisa lebih optimal.

3. Istirahat cukup

Pastikan jam tidurmu selalu terpenuhi 7-8 jam perhari untuk dapatkan tubuh dan pikiran yang sehat. Ketika melakukan program diet, kesalahan fatal yang sering terjadi pada orang awam adalah lebih fokus pada asupan makanan dan olahraga, padahal mempunyai kebiasaan istirahat yang cukup (7-8 jam) juga tidak kalah penting untuk bantu hindari kelelahan pada hari berikutnya.

Faktanya, orang yang kelelahan (kurang tidur) susah mengontrol nafsu makan. Sehingga, secara tidak sadar mengonsumsi hingga 385 Kalori extra per hari. Pilihan camilan yang tepat, dapat memengaruhi kualitas tidur, seperti kedelai. Studi menemukan bahwa orang yang mengonsumsi kedelai mempunyai kualitas tidur 2.5x lebih baik daripada yang tidak mengonsumsi kedelai.

Reference:

  1. Schumacher, L. M., Thomas, J. G., Raynor, H. A., Rhodes, R. E., & Bond, D. S. (2020). Consistent morning exercise may be beneficial for individuals with obesity. Exercise and sport sciences reviews, 48(4), 201.
  2. Semeco A. The Top 10 Benefits of Regular Exercise [Internet]. 2017 [cited 2019 Nov 19]. Available from: https://www.healthline.com/nutrition/10-benefits-of-exercise
  3. Al Khatib, H. K., Harding, S. V., Darzi, J., & Pot, G. K. (2017). The effects of partial sleep deprivation on energy balance: a systematic review and meta-analysis. European journal of clinical nutrition, 71(5), 614-624.
  4. Nisar M, Mohammad RM, Arshad A, Hashmi I, Yousuf SM & Baig S. (2019). Influence of dietary intake on sleeping patterns of medical students. Cureus, 11(2).
#Soylution untuk Gak LEBAR-AN Sehabis Lebaran

#Soylution untuk Gak LEBAR-AN Sehabis Lebaran

Setelah 1 bulan penuh menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan, tibalah saat umat muslim merayakan Hari Raya Lebaran atau Idul Fitri. Pada hari Raya tersedia hidangan yang menggugah selera dan pastinya bisa membuat kalap makan.

Menu-menu khas Lebaran seperti ketupat, opor ayam, sambal goreng ati, rendang, semur daging, serta kue khas Lebaran seperti kue nastar, kastengels, putri salju dan lain lain, ditambah lagi minuman manis dan segar tentu bisa membuat  kalap makan dan lupa akan kandungannya yang tinggi kalori serta lemak. Setelahnya barulah sadar angka timbangan berat badan bergeser ke kanan dan pakaian mulai terasa sempit. Jadi bagaimana caranya sehabis  Lebaran jangan sampai Lebar-an? Berikut tips yang bisa dilakukan.

1. Perhatikan porsi makan

Menjaga 3x porsi makan utama, yang mungkin disaat lebaran bablas hingga 4-5x.  Agar tidak makan berlebihan, pilih piring atau mangkuk yang ukurannya kecil, trik ini sangat baik mencegah makan berlebihan, karena kita akan cenderung memenuhi isi piring saat kalap. Pilih camilan yang mengandung tinggi serat dan protein untuk bantu kenyang lebih lama sehingga bisa jaga porsi makan utama. SOYJOY itu satu-satunya snack bar dengan #KebaikanKedelai utuh yang tinggi serat dan tinggi protein, dicerna perlahan dalam tubuh, bantu kamu kenyang lebih lama, jadi #Soylution untuk bantu jaga porsi makan mu.

2. Jangan lupa makan sayur dan buah

Di hari Lebaran, kita cenderung lebih banyak mengonsumsi makanan berkalori dan berlemak tinggi dibandingkan makanan berserat. Padahal serat dapat membantu mencegah kenaikan berat badan, jadi pastikan mengkonsumsi sayur dan buah secara rutin sehabis lebaran sebagai sumber serat.

3. Kembali aktif bergerak dan berolahraga

Saat berpuasa, aktivitas fisik dan olahraga sempat berkurang, dan saat lebaran pastinya disibukkan dengan silaturahmi ke sanak saudara sehingga waktu untuk melakukan kegiatan olahraga masih terbatas. Cobalah untuk kembali aktif bergerak dan berolahraga sehabis lebaran. Mulailah secara rutin berolahraga minimal 30-40 menit sehari, 3x seminggu. Dengan demikian tubuh bisa kembali fit dan membantu membakar kalori berlebih di saat lebaran dan libur lebaran.

Reference:

  1. Effect of a relatively high-protein, high-fiber diet on body composition and metabolic risk factors in overweight women. European Journal of Clinical Nutrition (2010) 64, 1323–1331; doi:10.1038/ejcn.2010.163
  2. https://www.healthline.com/nutrition/tips-to-avoid-holiday-weight-gain#section7
  3. Cara Praktis Mengatasi Obesitas : Tata Laksana dari Pola Makan, Bagian 1 – Direktorat P2PTM (kemkes.go.id)
Jangan Skip Sahur Untuk Kenyang Lebih Lama Saat Berpuasa

Jangan Skip Sahur Untuk Kenyang Lebih Lama Saat Berpuasa

Bulan suci Ramadan merupakan bulan penuh berkah yang ditunggu oleh seluruh umat muslim di dunia. Sebulan penuh seluruh umat muslim akan berpuasa kurang lebih selama 12 hingga 13 jam. Saat berpuasa umumnya orang-orang lebih memikirkan “Akan buka dengan menu apa hari ini?” ketimbang “Saat sahur sebaiknya makan apa?” Sehingga pada umumnya menu makan sahur disediakan seadanya dan menu berbuka cenderung istimewa.Tak jarang beberapa orang sahur hanya dengan segelas susu atau malah teh manis saja.

Menu sahur sebaiknya diusahakan mengandung gizi lengkap dan seimbang, mencakup karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin dan mineral. Godaan terbesar saat puasa selain rasa haus adalah mudah lapar, antara lain bisa disebabkan dari pilihan menu sahur yang kurang tepat.

Agar puasa kamu tetap fit dan bugar, pastikan mengkonsumsi makan sahur yang sehat dan tepat agar bisa memberikan efek Kenyang Lebih Lama saat Berpuasa, dengan tips berikut ini :

Yuk simak penjelasannya dibawah ini

Kementerian kesehatan merekomendasikan untuk membiasakan pola makan teratur yang terdiri dari 3 kali makan utama (pagi, siang, sore) dan 1-2 kali makan selingan. Dengan pola makan teratur tersebut bisa bantu untuk #JagaBeratBadan.

Dengan mengikuti pola makan 5x sehari, banyak manfaat yang bisa kita dapatkan, seperti :

  • Konsumsi makanan tinggi serat, makanan yang mengandung serat akan lebih lama di cerna di lambung dan usus sehingga memberi respon rasa kenyang pada tubuh (3).Contoh makanan yang mengandung serat seperti kacang polong, kacang kedelai, kurma dan kacang almond (1, 4)
  • Mengkonsumsi makanan tinggi protein dapat memberikan rasa kenyang lebih lama dan bantu jaga otot kalian. Sumber protein dapat diperoleh dari tumbuhan seperti kacang-kacangan dan kedelai serta protein hewani, ayam tanpa kulit dan susu rendah lemak (5).
  • Pilihlah karbohidrat kompleks saat maka sahur sebagai sumber energi mu untuk #KenyangLebihLama, kamu bisa konsumsi seperti beras, gandum, kentang atau kacang-kacangan (1,2).
  • Makanan yang banyak mengandung air. WHO menganjurkan untuk makanan dengan kandungan air yang tinggi selama bulan Ramadan. Contoh makanan yang mengandung air tinggi seperti semangka, timun dan tomat (6).

Usahakan konsumsi dan pilih jenis makanan yang tepat agar mampu menjalankan ibadah puasa dengan lancar dan sehat. Untuk membantu memenuhi kebutuhan protein dan serat yang cukup saat sahur, lengkapi menu sahurmu dengan SOYJOY. SOYJOY satu-satunya snack bar dengan #KebaikanKedelai utuh yang tinggi serat dan tinggi protein, dicerna perlahan dalam tubuh, bantu kamu kenyang lebih lama, jadi #Soylution untuk #KenyangLebihLama selama berpuasa di bulan Ramadan.

Reference:

  1. Holesh, J.E., & Martin, A. (Updated 2019 Jun 18). Physiology, carbohydrates. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. [online] Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459280/ (Accessed on 17th March 2023).
  2. Cherney, K. (2018). Simple carbohydrates vs. complex carbohydrates. [online] Available from: https://www.healthline.com/health/food-nutrition/simple-carbohydrates-complex-carbohydrates (Accessed on 17th March 2023).
  3. Slavin, J. (2013). Fiber and prebiotics: mechanisms and health benefits. Nutrients, 5(4), 1417-1435.
  4. Smiley, B. (2017). How much fiber should I eat per day?. [online] Available from: https://www.healthline.com/health/food-nutrition/how-much-fiber-per-day (Accessed on 17th March 2023).
  5. Effect of a relatively high-protein, high-fiber diet on body composition and metabolic risk factors in overweight women. European Journal of Clinical Nutrition (2010) 64, 1323–1331; doi:10.1038/ejcn.2010.163.
  6. WHO. (n.d). Dietary recommendations for the month of Ramadan. [online] Available from: http://www.emro.who.int/nutrition/nutrition-infocus/dietary-recommendations-for-the-month-of-ramadan.html (Accessed on 17th March 2023).