Kapan Penyandang Diabetes Harus Hentikan Puasa? Kenali Tandanya

Kapan Penyandang Diabetes Harus Hentikan Puasa? Kenali Tandanya

Ramadan merupakan bulan mulia yang dinantikan umat Islam di seluruh di dunia. Selama bulan Ramadan, umat Muslim di penjuru dunia menjalani ibadah puasa, bahkan bagi mereka yang menyandang diabetes mellitus tipe 2. Hasil studi EPIDIAR pada tahun 2001 di 13 negara dengan populasi Muslim yang besar (dengan sampel sebanyak 12.914 orang) menunjukkan setidaknya 79% dari sampel tersebut menjalani ibadah puasa saat Ramadan.

Bagi penyandang diabetes, berpuasa dalam jangka waktu yang cukup lama akan meningkatkan timbulnya risiko hipoglikemia, dehidrasi juga hiperglikemia. Hipoglikemia terjadi ketika penyandang diabetes tipe 2 mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis.

Hipoglikemia menjadi hal yang perlu diwaspadai bagi para pasien diabetes mellitus tipe 2 yang ingin menjalankan ibadah puasa Ramadan. Risiko hipoglikemia (gula darah turun) pada pasien diabetes tipe 2 meningkat hingga 7,5 kali lipat sepanjang bulan Ramadan. Karena alasan inilah penting bagi pasien untuk mengontrol gula darah dengan baik agar puasa lancar.

Meski berpuasa di bulan Ramadan merupakan keputusan pribadi yang sangat penting sesuai dengan perintah agama, namun sebaiknya pasien diabetes berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan berpuasa. Dan ajaran agama pun tidak memberatkan sesorang untuk berpuasa, apabila kondisi kesehatannya tidak memadai.

Ada pertimbangan medis tentang risiko tinggi yang terkait dengan puasa sehingga pasien diabetes disarankan untuk tidak menjalankan puasa. Pertimbangan medis tersebut adalah 1) kadar gula darah sangat tinggi : gula darah puasa >250 mg/dL atau gula darah sewaktu >300 mg/dL; 2) penderita diabetes melitus dengan komplikasi penyakit jantung yang tidak stabil, stroke, dan gagal ginjal; 3) penderita diabetes melitus dengan penyakit penyerta akut seperti demam, diare, dan infeksi; 4) penderita diabetes melitus yang sedang hamil, usia lanjut, atau tinggal sendiri; 5) menggunakan suntikan insulin lebih dari 2x sehari.

Mengingat puasa Ramadan menjadi tantangan bagi penyandang diabetes, semua pasien diabetes yang akan menjalankan ibadah puasa seharusnya mempersiapkan diri untuk pemeriksaan medis, yang bertujuan untuk kenyamanan pasien, mempertahankan kendali glikemik/gula darah, tekanan darah, serta lemak darah. Selama pemeriksaan medis dokter akan memberitahukan informasi tentang potensi terjadinya risiko yang mungkin dihadapi terkait dengan puasa Ramadan.

Penilaian medis tersebut sebaiknya dilaksanakan 1–2 bulan sebelum puasa Ramadan, agar dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian diet, aktivitas fisik dan/atau terapi obat yang digunakan.

Mengapa pasien diabetes harus mempersiapkan diri dengan baik sebelum bulan Ramadan tiba? Alasanya, selama bulan Ramadan sering terjadi perubahan besar dalam pola makan. Sebagian besar masalah kesehatan di bulan Ramadan merupakan akibat dari diet yang tidak tepat, makan berlebih, atau kurang tidur. Perubahan diet yang sering terjadi selama Ramadan adalah meningkatnya jumlah makanan dengan kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi, khususnya saat buka puasa.

Mestinya pola makan penyandang diabetes selama Ramadan tidak terlalu berbeda dengan hari biasa, namun disesuaikan dengan keadaan klinis serta kebutuhan khas tiap individu. Pengaturan makanan bertujuan mempertahankan masa tubuh yang konstan. Diet yang dianjurkan pada saat sahur adalah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, tinggi serat dan protein yang dikonsumsi sedekat mungkin dengan waktu imsak. Penyandang diabetes juga mesti mencukupi asupan cairan.

Ada sejumlah rambu-rambu yang harus ditaati penyandang diabetes saat menjalankan puasa, yaitu tahu kapan harus membatalkan puasa jika kondisi tidak memungkinkan. Tanda pasien diabetes harus menghentikan puasa adalah:

*Terjadi hipoglikemia (glukosa darah

* Pasien diabetes juga harus menghentikan puasa jika kadar adar glukosa mencapai  >300 mg/dL (hiperglikemia), atau pasien sakit.

Upaya yang dapat dilakukan pasien diabetes tipe 2 dalam menghindari hipoglikemia adalah menjalankan pola diet seimbang; beraktivitas fisik ringan; rutin memantau kadar gula darah secara berkala; serta mengonsumsi obat sesuai instruksi dokter.

Yang perlu diingat, penyandang diabetes perlu mempertimbangkan makanan dengan indeks glikemik (GI) rendah untuk memcegah lonjakan gula darah dengan cepat – hal yang tak diharapkan terjadi pada penyandang diabetes. Kedelai memiliki indeks glikemik 18, tinggi protein nabati, vitamin E, nutrisi dan serat, yang dapat memperbaiki metabolisme lemak, menurunkan kolesterol jahat, juga memiliki manfaat antioksidan. Kandungan isoflavon dan serat pangan pada kedelai dapat membantu memperbaiki resistensi insulin dan menjaga kestabilan kadar gula darah.

Nah, kini penyandang diabetes dapat menikmati kedelai dengan cara praktis dan enak, yaitu SOYJOY. Kandungan kedelai yang tinggi serat dan protein pada SOYJOY dicerna secara perlahan sehingga membantu kenyang lebih lama, membuat nafsu makan lebih terkendali sehingga dapat menjaga gula darah tetap stabil.

Referensi

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hypoglycemia/symptoms-causes/syc-20373685

Panduan-penatalaksanaan-DM-Tipe-2-pada-individu-dewasa-di-bulan-Ramadan-PERKENI-2015(2).pdf

https://www.diabetes.co.uk/diet/fasting-and-diabetes.html

Kebiasaan Salah Orang Indonesia saat Sahur: Lebih Mementingkan Karbohidrat

Kebiasaan Salah Orang Indonesia saat Sahur: Lebih Mementingkan Karbohidrat

Orang Indonesia tanpa disadari kerap mengonsumsi karbohidrat berlebih. “Belum makan deh kalau belum ketemu nasi..” begitu ungkapan sejumlah orang, meskipun beberapa jam sebelumnya ia sudah makan roti atau ubi, yang juga sumber karbohidrat.

Ketergantungan terhadap nasi orang Indonesia bisa dibilang cukup mencemaskan. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, meski tren konsumsi beras mengalami penurunan, namun jumlahnya masih di atas rata-rata negara lain. Pada tahun 2010, konsumsi beras di Indonesia mencapai 130 kilogram per kapita per tahun, dan tahun 2014 mencapai 124 kilogram per kapita per tahun, jumlah ini menurun menjadi 117 kilogram per kapita per tahun pada 2017.

Kendati demikian, angka tersebut masih jauh di atas konsumsi negara-negara Asia, seperti Korea Selatan 40 kilogram per kapita per tahun, Jepang 50 kilogram per kapita per tahun, Malaysia 80 kilogram per kapita per tahun, dan Thailand 70 kilogram per kapita per tahun.

Nah, bagaimana konsumsi karbohidrat jika dikaitkan dengan puasa Ramadan? Masih muncul anggapan bahwa agar kenyang lebih lama, maka sahur sebaiknya banyak makan karbohidrat. Memang, karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber energi saat sahur, namun dalam jumlah secukupnya.

Konsumsi terlalu banyak karbohidrat malah memicu rasa lapar lho. Kok bisa? Pasalnya tubuh akan mengolah karbohidrat dalam jumlah banyak sekaligus. Kondisi ini akan membuat kadar gula darah naik dengan cepat. Karena terlalu banyak kadar gula darah justru akan cepat menurun kembali dan akhirnya kita gampang merasa lapar saat itu. Kondisi ini akan terus seperti itu siklusnya.

Nah, saat tubuh berusaha melawan rasa lapar yang muncul tersebut, gula darah akan tetap rendah sampai waktu makan jam makan berikutnya. Jika ini terjadi saat berpuasa, maka akan dipenuhi saat buka puasa (iftar). Pada saat ini, tubuh akan memproduksi hormon ghrelin, hormon yang meningkatkan nafsu makan. Ini membuat kita cenderung ‘balas dendam’ alias makan berlebihan lagi pada waktu buka puasa.

Bijak Konsumsi Karbohidrat saat Sahur

Nah, agar tidak mudah lapar, pilihlah jenis karbohidrat yang tepat saat sahur, yaitu karbohidrat kompleks yang mengandung serat lebih banyak sehingga kita merasa kenyang lebih lama. Kelebihan lainnya adalah karbohidrat kompleks juga memberikan vitamin mineral untuk tubuh dan membantu menstabilkan kadar gula darah lebih baik dibandingkan karbohidrat sederhana, atau olahan.

Contoh karbohidrat kompleks adalah nasi putih, namun akan lebih baik lagi jika suka nasimerah, yang memiliki indeks glikemik rendah sehingga cocok dikonsumsi untuk mereka yang sedang diet atau puasa. Beras merah mengandung serat yang lebih tinggi. Menyantap nasi merah dan putih dengan porsi yang sama akan memberikan rasa kenyang yang berbeda. Makan nasi merah jauh lebih mengenyangkan.

Selain karbohidrat kompleks, perbanyak juga konsumsi buah dan sayur tinggi serat. Buah-buahan dan sayuran segar, beku dan kalengan tanpa tambahan gula merupakan pilihan yang baik. Buah-buahan dan sayuran utuh juga menjadi sumber serat dan air yang membantu kita kenyang  lebih lama namun hanya sedikit mengandung kalori.

Penting untuk meningkatkan konsumsi sayuran dan buah selama berpuasa. Penelitian Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) yang diselenggarakan Balitbangkes pada 2015 menunjukkan, saat ini rata-rata konsumsi penduduk buah dan sayuran sangat rendah, yaitu hanya 91 gr per hari. Padahal, sayuran dan buah mengandung serat yang tinggi, sehingga lambat dicerna dan membuat rasa kenyang yang lebih lama. Selain itu, buah-buahan dan sayuran mengandung vitamin dan mineral, karena berfungsi membantu metabolisme zat gizi lainnya.

Sebagai sumber protein, konsumsilah produk susu rendah lemak. Susu, keju, yogurt, dan produk susu lainnya adalah sumber kalsium dan protein yang baik, yang juga mengandung vitamin dan mineral lainnya. Pertimbangkan untuk mengonsumsi versi rendah lemak, untuk membantu membatasi kalori dan lemak jenuh. Dan waspadalah terhadap produk susu yang telah ditambahkan gula.

Selain susu, legum ( termasuk kacang-kacangan, kacang polong, dan lentil) adalah sumber protein yang baik dan dapat menjadi pengganti yang sehat untuk daging (yang memiliki lebih banyak lemak jenuh dan kolesterol). Pangan ini biasanya rendah lemak dan tinggi folat, kalium, zat besi dan magnesium. Legum juga mengandung lemak dan serat yang bermanfaat.

Untuk membantu memenuhi kebutuhan protein dan serat yang cukup saat sahur, lengkapi menu sahurmu dengan SOYJOY, snack bar #soylution yang terbuat dari kedelai utuh yang mengandung protein nabati dan serat yang membantu kenyang lebih lama.

Kurangi asupan gula dan asupan gorengan atau makanan asin saat sahur karena bisa memicu rasa haus selama berpuasa. Pastikan selama puasa kita mengonsumsi menu bergizi seimbang agar tubuh bisa kuat menahan lapar dan haus. Selain karbo, sahur juga harus diimbangi dengan asupan protein, serat dan cairan yang cukup.

 

Referensi

https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/carbohydrates/art-20045705

https://www.healthline.com/nutrition/good-carbs-bad-carbs

Tips saat Sahur agar Kenyang Lebih Lama

Tips saat Sahur agar Kenyang Lebih Lama

Saat puasa kita menahan lapar sekitar 12 jam. Terkadang rasa lapar di siang hari dapat menghambat jalannya ibadah maupun pekerjaan. Mungkin salah satu sebabnya ialah mengabaikan asupan makan saat sahur. Padahal, sahur merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan energi pada tubuh. Ingin puasamu berjalan dengan lancar?  Simak video berikut ini:

 

Saat sahur pastikan makanan mengandung komponen berikut ini:

1. Protein

Protein termasuk kategori zat gizi yang dicerna perlahan oleh tubuh dibandingkan zat makanan lain, misalnya tepung dan gula. Karena dicerna perlahan oleh tubuh, konsumsi protein akan menyebabkan rasa untuk kenyang lebih lama. Oleh karena itu, protein wajib dikonsumsi saat sahur. Selain itu, usaha untuk memadukan protein hewani dan nabati saat sahur untuk mendapatkan manfaat yang optimal. Protein hewani dapat diperoleh dari ayam, ikan, telur, dan juga daging. Sedangkan protein nabati dapat diperoleh dari makanan berbahan dasar kedelai.

2. Serat

Sebaiknya menu sahur yang paling ideal itu adalah yang mengandung banyak serat. Serat hampir sama seperti karbohidrat karena mampu memberikan energi pada tubuh, namun kalori pada serat lebih rendah. Serat merupakan jenis mineral yang dicerna perlahan dan sangat penting untuk membantu system pencernaan tubuh. Perbanyak konsumsi serat saat sahur selain lebih sehat, juga akan bikin kenyang lebih lama. Pastikan ada serat di menu sahurmu, seperti sayur, buah dan kacang-kacangan seperti kedelai.

Untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh saat berpuasa, pastikan ada protein dan serat di menu sahurmu dan lengkapi dengan SOYJOY, snack bar yang terbuat dari kedelai, tinggi protein dan serat sehingga menjadi #Soylution saat sahur agar kenyang lebih lama. Nah mulai sekarang, lengkapi sahurmu dengan SOYJOY supaya bantu kamu kenyang lebih lama!

Mengendalikan Pradiabetes Agar Tak Menjadi Diabetes

Mengendalikan Pradiabetes Agar Tak Menjadi Diabetes

Jangan biarkan istilah pradiabetes membuat Anda lengah karena pradiabetes adalah kondisi kesehatan yang serius yang bisa menempatkan kita pada peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan stroke.

Masih banyak orang yang sulit membedakan antara diabetes melitus (DM) tipe 1 dan tipe 2. Keduanya tidak sama. Sekitar 90% -95% dari penyandang diabeter merupakan DM tipe 2, hanya 5% yang DM tipe 1. Jika tak dikelola, pradiabetes dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2, tetapi bukan tipe 1. Pradiabetes bisa dibilang merupakan “pra-diagnosis” diabetes — kita bisa menganggapnya sebagai tanda peringatan. Kondisi ini muncul ketika kadar glukosa darah (kadar gula darah) lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dianggap diabetes.

Pradiabetes adalah indikasi awal sebelum terkena diabetes tipe 2, terutama jika Anda tidak melakukan perubahan gaya hidup secepatnya. Kabar baiknya adalah, sangat mungkin untuk mencegah pradiabetes agar tidak berkembang menjadi diabetes tipe 2.

Sejumlah cara bisa dilakukan untuk mencapai tujuan ini, antara lain mengonsumsi makanan yang lebih sehat seperti makanan yang tinggi serat, protein dan mengurangi makanan berlemak tinggi,  mengatasi kelebihan berat badan dan mempertahankan berat badan yang sehat, melakukan beberapa aktivitas fisik yang bertujuan untuk membantu mengembalikan kadar glukosa darah ke kisaran normal.

Rekomendasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Pradiabetes

Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) menyebut, bahwa perubahan gaya hidup yang serius efektif dalam mencegah diabetes tipe 2 (bahkan setelah seseorang didiagnosis pradiabetes), yaitu:

1. Bijak pilih makanan

Mulailah membuat rencana makan yang sesuai dengan kadar glukosa darah. Tujuan dari rencana makan adalah memastikan gula darah terkendali dengan menjaganya dalam kisaran normal dan sehat. Pilih makanan rendah lemak dan kalori dan tinggi serat. Fokus pada buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Upayakan variasi makanan untuk membantu mencapai tujuan tanpa mengurangi rasa atau nutrisi.

2. Aktivitas fisik/olahraga

Ketika berolahraga, tubuh menggunakan lebih banyak glukosa, itulah alasan mengapa olahraga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dengan berolahraga maka tubuh tidak membutuhkan insulin dalam jumlah banyak untuk mengangkut glukosa, sehingga dapat menghindari resistensi insulin yang merupakan awal terjadinya diabetes/prediabetes. Olahraga juga memiliki manfaat dalam membantu turun berat badan, menjaga kesehatan jantung, membuat tidur lebih baik, dan bahkan meningkatkan suasana hati. Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) merekomendasikan setidaknya 150 menit aktivitas sedang selama seminggu, atau 30 menit hingga 60 menit minimal 5 hari dalam seminggu. Hal yang bisa dilakukan misalnya berjalan, naik sepeda, atau berenang.

3. Menurunkan berat badan

Mereka yang kelebihan berat badan sebaiknya berusaha menurunkannya. Mengurangi 5 hingga 10% dari berat badan (hanya 4,5 hingga 9 kilogram jika memiliki berat 90 kg) – secara signifikan mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2.  Untuk menjaga berat badan dalam kisaran yang sehat, fokuslah pada perubahan permanen pada kebiasaan makan dan olahraga. Motivasi diri sendiri dengan mengingat manfaat penurunan berat badan, seperti jantung yang lebih sehat, lebih banyak energi, dan peningkatan rasa percaya diri. Kombinasi antara makan dengan baik dan berolahraga adalah cara yang bagus untuk menurunkan berat badan — dan selanjutnya mempertahankan berat badan itu di kisaran sehat.

4. Berhenti merokok

Merokok telah terbukti menjadi faktor risiko bagi diabetes dan meningkatkan risiko komplikasi pada pasien diabetes. Merokok dapat menyulitkan kontrol gula darah penyandang pradiabetes/diabetes. Gula darah yang tidak terkontrol dalam waktu lama dapat menyebabkan penderita diabetes terkena komplikasi.

Anak-anak yang didiagnosis pradiabetes harus melakukan perubahan gaya hidup yang direkomendasikan untuk orang dewasa dengan diabetes tipe 2, termasuk menurunkan berat badan (jika kegemukan), kurangi konsumsi makanan manis yang bergula tinggi dan lemak, misalnya gorengan, dan lebih banyak serat, dan rutin melakukan aktivitas fisik.

Gaya hidup yang lebih sehat dapat membantu mengembalikan kadar gula darah ke level normal, atau setidaknya menjaga agar kadar gula tidak berkembang menjadi diabetes tipe 2.

Referensi:

http://www.diabetes.org/diabetes-basics/diagnosis/

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/prediabetes/diagnosis-treatment/drc-20355284

https://www.cdc.gov/features/diabetesprevention/index.html

https://www.endocrineweb.com/conditions/pre-diabetes/pre-diabetes

Makanan Tinggi Serat dan Protein saat Sahur Bikin Kenyang Lebih Lama

Makanan Tinggi Serat dan Protein saat Sahur Bikin Kenyang Lebih Lama

Saat menjalankan ibadah puasa Ramadan, rasa lapar dan haus – kadang diselingi sedikit rasa lemas menjelang sore karena gula darah mulai menurun – merupakan hal yang wajar. Namun jika rasa lemas sampai mengganggu aktivitas dan kinerja, wah mungkin ada yang salah dengan menu sahurnya.

Cek lagi, bagaimana kualitas sahurmu. Apakah hanya minum segelas teh manis ditemani dengan donat? Atau malah tidak sahur sama sekali dengan alasan ngantuk atau capek? Melewatkan sahur atau sahur dengan menu yang salah, misalnya tinggi karbohidrat sederhana, bisa menjadi biang penyebab lemas saat puasa dan mudah lapar.

Saat puasa, sahur menjadi hal yang penting, jadi tak bisa dilakukan dengan asal-asalan. Saat berpuasa, khususnya waktu sahur, perbanyak makanan kaya protein dan serat serta penuhi kebutuhan cairan. Mengapa keduanya penting? Tak lain agar kita kenyang lebih lama sehingga tidak kelaparan saat berpuasa.

Penelitian yang dipublikasikan di British Journal of Nutrition menyebut, protein membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna dibandingkan karbohidrat, sehingga bisa menahan rasa lapar lebih lama.

Meskipun harus meningkatkan asupan protein dan serat, namun karbohidrat tetap tak boleh ditinggalkan saat sahur. Kuncinya adalah pilih karbohidrat kompleks, yang juga mengandung serat. Contohnya nasi, nasi merah, ubi, singkong,, serta beragam makanan yang terbuat dari biji gandum utuh (roti gandum). Untuk protein bisa mengonsumsi protein hewani maupun nabati, atau bahkan keduanya. Contoh protein hewani untuk menu sahur diantaranya, telur rebus atau telur ceplok, ayam rebus atau ayam bumbu, dan ikan. Sedangkan untuk protein hewani bisa memilih kedelai, tempe, atau tahu.

Sedangkan untuk serat, tubuh manusia tidak bisa mencerna bahan ini, namun bisa digunakan sebagai bahan pangan (prebiotik) bagi bakteri baik di usus (probiotik) untuk menjaga kesehatan saluran cerna. Karena tak bisa dicerna, konsumsi serat juga bisa membuat kita kenyang lebih lama.

Selain dari karbohidrat kompleks, serat juga dapat dipenuhi dari sayur dan buah-buahan. Usahakan ketika sahur mengonsumsi buah (bisa buat potong atau buah yang diblender tanpa menambahkan gula yang diminum berikut ampasnya), dan sayur (bisa salad atau jenis sayuran lain sesuai selera).
Jika  mau praktis, cobalah konsumsi soy bar SOYJOY yang tinggi serat dan protein sehingga bisa membantu mengenyangkan lebih lama.

Jangan lupa cukupi asupan minuman atau cairan. Air putih adalah minuman terbaik. Kebutuhan cairan juga bisa dipenuhi dari sup dan buah yang banyak mengandung air. Hindari minum teh manis atau sirup saat sahur karena gula sederhana bisa memicu rasa lapar datang lebih cepat. Lebih baik pilih kudapan manis berupa buah-buahan sebagai asupan sumber gula alami untuk menjaga kadar gula darah. Buah juga bisa menjadi sumber karbohidrat dan serat alami yang akan menjaga perut kenyang lebih lama.

Saat sahur usahakan minum 2-3 gelas air putih, diminum sebelum makan, setelah makan dan menjelang imsak. Jika suka, minumlah susu sebagai sumber protein hewani sekaligus menambah asupan cairan.

Hindari minum kopi, teh atau minuman karbonasi saat sahur karena bersifat  diuretik yang akan merangsang frekuensi berkemih, yang juga rentan membuat kamu kehilangan banyak cairan di siang hari.

 

Referensi

https://www.nutrition.org.uk/healthyliving/seasons/ramadan.html

https://www.healthline.com/nutrition/how-to-fast#section7

https://www.medicalnewstoday.com/articles/322827.php

5 Langkah Cegah Pradiabetes Menjelma Jadi Diabetes

5 Langkah Cegah Pradiabetes Menjelma Jadi Diabetes

Diagnosis pradiabetes bukan harga mati. Ada banyak langkah yang bisa diambil untuk mencegahnya berkembang menjadi diabetes. Kamu pernah dengar tentang pradiabetes? Pradiabetes adalah kondisi saat kadar gula darah sudah melampaui batas normal namun belum dikategorikan diabetes. Seseorang disebut mengalami pradiabetes apabila kadar gula darah puasanya berada dalam kisaran 100-125 mg/dL. Namun, berbeda dengan kondisi diabetes yang perlu penanganan ekstra serius, status pradiabetes bisa lebih mudah dikembalikan menjadi kondisi normal. Dengan penanganan yang tepat, risiko perubahan status pradiabetes menjadi diabetes bisa ditekan bahkan dihilangkan. Berikut langkah-langkah yang bisa kamu lakukan.   1. Berat badan seimbang Kelebihan berat badan, terutama penumpukan lemak di daerah perut, bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya resistensi insulin dan serangan diabetes tipe 2. Penelitian membuktikan bahwa penyandang pradiabetes yang mengalami kelebihan berat badan bisa memangkas risiko diabetes hingga 58% apabila berhasil menurunkan berat badan antara 5-7% dari bobot tubuhnya saat itu.   2. Aktif fisik Banyak bergerak bisa membantu mengatasi kelebihan berat badan sekaligus mengontrol kadar gula darah. Pasalnya, aktivitas fisik akan mendorong tubuh mengubah kelebihan gula di dalam darah menjadi energi untuk bergerak. Kian banyak bergerak, kian banyak pula gula yang diubah menjadi energi. American Diabetes Association merekomendasikan olahraga aerobik seperti jalan cepat, berenang, dan jogging setidaknya selama 30 menit per hari, serta menambah jumlah aktivitas fisik harian seperti berkebun dan beres-beres rumah.   3. Pola makan sehat Menjauhi minuman dan makanan manis, memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan, dan menghindari lemak tak sehat, adalah pola konsumsi yang perlu diterapkan untuk menurunkan risiko diabetes. Kamu juga bisa memakai cara mudah untuk mengontrol konsumsi harian, yaitu dengan menggunakan “metode isi piringku”. Isi ½ bagian dengan sayuran, ¼ bagian dengan karbohidrat kompleks (nasi merah atau produk whole grain lainnya), dan ¼ bagian dengan sumber protein. Jika ingin ngemil, camilan sehat seperti buah-buahan segar dan SOYJOY jangan pernah dilewatkan. SOYJOY yang terbuat dari kedelai utuh dan buah-buahan asli, memiliki 5 varian rasa yang semuanya lezat. Karbohidrat di dalam SOYJOY adalah jenis karbohidrat kompleks sehingga memiliki nilai Indeks Glikemik (IG) rendah. Artinya, konsumsi SOYJOY tidak mengakibatkan lonjakan kadar gula darah secara drastis. SOYJOY juga kaya serat sehingga bisa menghadirkan rasa kenyang lebih lama.   4. Manajemen stres yang baik Kala stres menyerang, tubuh akan melepaskan hormon kortisol dan adrenalin ke dalam darah. Produksi hormon-hormon tersebut akan memicu proses pengubahan cadangan lemak di dalam tubuh menjadi gula. Gula yang dihasilkan dari proses tersebut akan dilepaskan ke dalam darah dan mengakibatkan tingginya kadar gula darah. Bila stres tidak dikelola dengan baik, maka proses pelepasan gula ke dalam darah ini akan terjadi secara terus-menerus sehingga tubuh berisiko mengalami resistensi insulin.   5. Hapus kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan Penelitian menyatakan bahwa kebiasaan merokok bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2 hingga 30-40%. Bukan hanya itu, kebiasaan buruk lainnya seperti kurang tidur dan hobi begadang juga bisa meningkatkan risiko obesitas dan diabetes.   Sumber: