Jalani Ramadanmu Bersama Nastar Sehat dengan Kebaikan Kurma

Jalani Ramadanmu Bersama Nastar Sehat dengan Kebaikan Kurma

Ramadan adalah salah satu bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat islam di seluruh dunia. Saat bulan Ramadan, menjaga keseimbangan asupan zat gizi sangat penting untuk memastikan energi tetap optimal sepanjang hari. Namun sayangnya, jenis makanan yang umumnya disajikan pada saat bulan Ramadan cenderung tinggi karbohidrat dan lemak, seperti misalnya gorengan, kue-kue manis, dan lain-lain. Dampaknya konsumsi lemak dan karbohidrat pun cenderung meningkat1. Selain itu, kondisi lapar juga berpotensi membuat kita ‘kalap makan’ pada saat berbuka.’

 

Konsumsi makanan bergizi dan seimbang tetap menjadi anjuran pada saat Ramadan, seperti dengan mengonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi. Konsumsi makanan dengan kandungan serat yang tinggi berperan dalam menunda pengosongan lambung dan memperpanjang rasa kenyang, sehingga dapat membantu kita tetap bertenaga lebih lama saat berpuasa2. Selain itu, makanan tinggi serat juga dapat membantu untuk menghindari kalap makan setelah berbuka.

Kini telah hadir SOYJOY varian terbaru, yaitu SOYJOY KURMA NASTAR. Varian ini merupakan snack bar berbasis kedelai dengan kombinasi kurma dan nanas yang tinggi serat serta memiliki indeks glikemik rendah. Kedelai sebagai sumber protein nabati berkualitas tinggi dapat membantu menekan rasa lapar dan meningkatkan rasa kenyang3.

 

Sementara itu, kandungan serat dari kedelai, kurma, dan juga nanas menjadikan SOYJOY Kurma Nastar snack bar yang tinggi serat. Dalam 100 gram kurma, terkandung hingga 8 gram serat, sedangkan dalam 100 gram nanas kandungan seratnya dapat mencapai 1,4 gram4. Hal ini dapat berkontribusi dalam memperlambat penyerapan gula dalam pencernaan, serta mencegah lonjakan gula darah yang dapat memicu rasa lapar berlebihan setelah berbuka2,5.

 

Kombinasi unik ini tidak hanya memberikan cita rasa khas kue nastar yang nikmat, tetapi juga menjadi pilihan camilan yang lebih sehat dan fungsional untuk dikonsumsi saat sahur maupun berbuka. Hal ini yang menjadikannya pilihan ideal bagi mereka yang ingin menjalani puasa dengan lebih nyaman dan sehat. Apakah kamu sudah coba ‘Nastar’ versi sehat ini? Yuk, jangan lupa makan SOYJOY!

 

Referensi:

  1. Osman, F., Haldar, S., & Henry, C. J. (2020). Effects of Time-Restricted Feeding during Ramadan on Dietary Intake, Body Composition and Metabolic Outcomes. Nutrients, 12(8), 2478. https://doi.org/10.3390/nu12082478
  2. Yao, B., Fang, H., Xu, W., Yan, Y., Xu, H., Liu, Y., … & Zhao, Y. (2014). Dietary fiber intake and risk of type 2 diabetes: a dose–response analysis of prospective studies. European journal of epidemiology, 29, 79-88.
  3. Listyarani, H., Prayudani, A. P. G., Prihandari, R., Prangdimurti, E., & Astawan, M. (2024). Effect of snack bar type on satiation and sensory acceptance in young adults. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 1359, No. 1, p. 012005). IOP Publishing.
  4. Juices, F. (2018). National nutrient database for standard reference release legacy April, 2018 full report (all nutrients) 09087, United States Department of Agriculture. Agricultural Research Service, USDA Food Composition Databases. Deglet Nour a, 4-9.
  5. Wyatt, P., Berry, S. E., Finlayson, G., O’Driscoll, R., Hadjigeorgiou, G., Drew, D. A., Khatib, H. A., Nguyen, L. H., Linenberg, I., Chan, A. T., Spector, T. D., Franks, P. W., Wolf, J., Blundell, J., & Valdes, A. M. (2021). Postprandial glycaemic dips predict appetite and energy intake in healthy individuals. Nature metabolism, 3(4), 523–529. https://doi.org/10.1038/s42255-021-00383-x

 

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

Kebaikan High Protein Snack untuk Sports Enthusiast dari POV Virtual Health Assistant

Kebaikan High Protein Snack untuk Sports Enthusiast dari POV Virtual Health Assistant

 

Seiring berkembangnya jaman dan teknologi, kini muncul sebuah Artificial Intelligence yang dapat difungsikan sebagai Virtual Health Assistants (VHAs) sehingga menjaga kesehatan kini menjadi lebih mudah dan kekinian. Terutama bagi sport enthusiast yang sangat peduli dengan pola hidup sehat khususnya asupan makanan, VHAs kerap kali memainkan peran penting dalam merekomendasikan asupan makanan yang sesuai untuk mendukung latihan fisik yang optimal. 

Salah satu jenis makanan yang sering direkomendasikan oleh VHA adalah high protein snack atau snack tinggi protein. Hal ini tentu tidak lepas dari pola pikir dimana sport enthusiast disarankan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein agar pembentukan ototnya berjalan maksimal. Namun bagaimana ya pandangan VHA mengenai rekomendasi snack tinggi protein ini? Yuk, simak penjelasannya dari point of view VHAs!

 

1. Protein: Pondasi Utama Pemulihan Otot

Menurut banyak virtual health assistants, protein adalah salah satu zat gizi esensial yang diperlukan untuk memperbaiki dan membangun otot. Faktanya, setelah menjalani sesi latihan intens, tubuh membutuhkan protein untuk memperbaiki serat-serat otot yang rusak dan meningkatkan massa otot1. Protein dalam snack membantu memastikan bahwa tubuh menerima cukup asupan untuk pemulihan otot yang cepat.

2. Efisiensi Penyerapan Zat Gizi

Virtual health assistants juga menyoroti pentingnya memilih snack yang mengandung protein berkualitas tinggi. Protein dari sumber seperti kacang-kacangan, susu, atau daging tanpa lemak memiliki profil asam amino lengkap yang lebih mudah diserap oleh tubuh2. Kamu bisa mendapatkan kebaikan kedelai utuh dengan mengonsumsi SOYJOY. Kini telah hadir varian lebih tinggi protein, yaitu SOYJOY Open Sesame yang mengandung 7 gram protein dalam setiap barnya, loh! Cocok banget buat sport enthusiast yang ingin memenuhi kebutuhan proteinnya.

3. Mengontrol Rasa Lapar

VHA sering kali membantu untuk mengatur waktu makan yang tepat agar performa latihan tetap optimal. Salah satu peran penting high protein snack adalah membantu mengontrol rasa lapar lebih lama. Protein merupakan zat gizi yang mampu membantu tubuh untuk melepaskan hormone kenyang3. Jadi kalau kamu konsumsi snack tinggi protein, rasa lapar kamu akan lebih terkontrol, termasuk untuk mencegah kalap makan setelah berolahraga.

4. Meningkatkan Metabolisme

Konsumsi protein dapat meningkatkan efek termis dari makanan (thermic effect of food/TEF), di mana tubuh memerlukan lebih banyak energi untuk mencerna, menyerap, dan memproses protein dibandingkan dengan lemak atau karbohidrat4. Menurut rekomendasi VHA, snack tinggi protein tidak hanya baik untuk membangun otot, tapi juga bisa membantu meningkatkan metabolisme, sehingga tubuh membakar lebih banyak kalori sepanjang hari.

5. Ragam Pilihan High Protein Snack

Virtual health assistants dapat memberikan rekomendasi snack berdasarkan preferensi diet dan gaya hidup. Misalnya, jika kamu menjalani diet bebas gluten, VHAs akan merekomendasikan high protein snack dengan bahan utama tanpa gluten seperti kacang kedelai, almond, atau bahan makanan bebas gluten lainnya. Selain tinggi protein, SOYJOY Open Sesame juga bebas gluten loh, sehingga aman untuk kamu yang memiliki sensitivitas terhadap gluten atau menjalani diet bebas gluten.

6. Snack yang Praktis dan Efektif

Bagi para sport enthusiast, kepraktisan adalah kunci. VHA memahami bahwa di tengah jadwal latihan yang padat, kamu membutuhkan snack yang cepat dan mudah dikonsumsi. Snack seperti protein bar atau kacang-kacangan sering kali direkomendasikan karena mudah dibawa dan tidak memerlukan persiapan panjang, namun tetap memberikan zat gizi yang lengkap untuk pemulihan tubuh.

Berdasarkan 6 poin di atas, kita dapat meilihat bahwa Virtual health assistants memahami betapa pentingnya protein dalam mendukung gaya hidup aktif para sport enthusiast. Melalui bantuan teknologi ini, kamu bisa mendapatkan pandangan baru dan mungkin rekomendasi snack yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuhmu, baik untuk pemulihan otot, peningkatan performa, maupun kontrol berat badan. Ingat ya, high protein snack bukan hanya sekadar camilan, melainkan bagian penting dari pola makan terencana yang mendukung kesehatan dan performa tubuh yang optimal.

Jadi apakah Min-Soy udah cocok jadi your personal virtual health assistant? Yuk, jangan lupa? Makan SOYJOY!

 

Referensi:

  1. Nieman, D. C., Zwetsloot, K. A., Simonson, A. J., Hoyle, A. T., Wang, X., Nelson, H. K., … & Guérin-Deremaux, L. (2020). Effects of whey and pea protein supplementation on post-eccentric exercise muscle damage: a randomized trial. Nutrients, 12(8), 2382.
  2. Church, D. D., Hirsch, K. R., Park, S., Kim, I. Y., Gwin, J. A., Pasiakos, S. M., Wolfe, R. R., & Ferrando, A. A. (2020). Essential Amino Acids and Protein Synthesis: Insights into Maximizing the Muscle and Whole-Body Response to Feeding. Nutrients, 12(12), 3717. https://doi.org/10.3390/nu12123717
  3. Moon, J., & Koh, G. (2020). Clinical Evidence and Mechanisms of High-Protein Diet-Induced Weight Loss. Journal of obesity & metabolic syndrome, 29(3), 166–173. https://doi.org/10.7570/jomes20028
  4. Kassis, A., Godin, J. P., Moille, S. E., Nielsen-Moennoz, C., Groulx, K., Oguey-Araymon, S., … & Mace, K. (2019). Effects of protein quantity and type on diet induced thermogenesis in overweight adults: A randomized controlled trial. Clinical Nutrition, 38(4), 1570-1580.

 

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

5 Opini seputar Makanan Tinggi Protein yang sering ditanyakan ke Virtual Health Assistant, mitos atau fakta?

5 Opini seputar Makanan Tinggi Protein yang sering ditanyakan ke Virtual Health Assistant, mitos atau fakta?

Di mata sport enthusiast, makanan tinggi protein sering dianggap sebagai pilar utama dalam menunjang performa dan pemulihan otot mereka. Namun, ada berbagai opini yang beredar terkait konsumsi protein, mulai dari manfaatnya hingga potensi efek samping yang akan ditimbulkan dari konsumsi makanan tinggi protein. 

Kira-kira apa saja ya opini seputar konsumsi makanan tinggi protein yang paling sering ditanyakan kepada Virtual Health Assistants (VHA)? mari kita bahas beberapa opini tersebut dan lihat apakah itu mitos atau fakta!

Opini 1 

Semakin banyak protein yang dikonsumsi, semakin cepat pembentukan otot

Jawaban: Mitos

Konsumsi protein memang penting untuk pertumbuhan dan pemulihan otot, tetapi lebih banyak tidak selalu lebih baik. Tubuh hanya bisa menyerap sekitar 20-30 gram protein per makan, dan kelebihan protein yang dikonsumsi biasanya akan diubah menjadi lemak atau dibuang oleh tubuh. Mengonsumsi protein secara berlebihan tidak akan mempercepat pembentukan otot1. Ada baiknya apabila konsumsi protein didistribusikan merata pada seluruh waktu makan, seperti pada saat makan utama dan snack.

Opini 2

Makanan tinggi protein bisa menggantikan semua jenis zat gizi

Jawaban: Mitos

Protein memang penting, tetapi tidak dapat menggantikan semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Tubuh juga memerlukan karbohidrat, lemak sehat, vitamin, dan mineral untuk menjalankan fungsi-fungsi penting lainnya, seperti menjaga energi, sistem imun, dan kesehatan jantung. Terlalu fokus pada protein bisa menyebabkan kekurangan zat gizi lain yang sama pentingnya. Panduan lebih mudahnya kamu bisa menerapkan “Isi Piringku” yang sesuai dengan pola makan gizi seimbang dalam setiap makan utama ya2

Opini 3

Protein shake adalah satu-satunya pilihan terbaik setelah latihan

Jawaban: Mitos

Protein shake memang salah satu produk yang praktis sehingga menjadi pilihan populer setelah berolahraga, tetapi itu bukan satu-satunya pilihan. Makanan utuh seperti telur, ayam, atau ikan juga bisa memberikan protein berkualitas dan zat gizi lainnya yang dapat membantu menunjang performa olahragamu loh!

Kamu juga bisa memilih snack bar tinggi protein seperti SOYJOY Open Sesame yang praktis untuk dikonsumsi sebelum dan setelah latihan. Hal ini tidak terlepas karena SOYJOY terbuat dari kebaikan kedelai utuh, sehingga mengandung serat dan protein yang tinggi. Jadi, pastikan protein yang kamu konsumsi sudah cukup bervariasi ya.

Opini 4

Makanan tinggi protein bisa menyebabkan sembelit

Jawaban: Fakta, dengan pengecualian

Memanglah benar, konsumsi makanan tinggi protein akan menyebabkan sembelit apabila tidak diimbangi dengan asupan serat yang cukup. Protein dari sumber hewani, seperti daging dan telur, umumnya cenderung memiliki kandungan serat yang rendah atau bahkan tidak sama sekali3. Jika tidak mengonsumsi cukup sumber serat, seperti buah, sayuran, atau biji-bijian, maka risiko sembelit bisa meningkat.

Opini 5

Protein hanya diperlukan untuk pembentukan otot

Jawaban: Mitos

Meski dikenal penting untuk pembentukan otot, ternyata protein juga memiliki peran penting dalam banyak fungsi tubuh lainnya, loh! Misalnya seperti memperbaiki jaringan tubuh, mendukung sistem kekebalan tubuh, serta membantu produksi hormon dan enzim4. Jadi, protein diperlukan untuk kesehatan secara menyeluruh, bukan hanya untuk pembentukan otot, hal inilah yang mendasari mengapa konsumsi protein harus dijaga oleh semua orang, bukan hanya sport enthusiast.

Melihat banyaknya mitos seputar konsumsi makanan tinggi protein, penting bagi sport enthusiast untuk memahami fakta yang benar. Apabila kita memilih sumber yang tepat, seperti jurnal ilmiah, artikel ilmiah, atau sumber terpercaya lain, kita bisa mendapatkan informasi yang akurat dan ilmiah mengenai peran protein dalam diet kita. Tidak jarang bantuan Virtual Health Assistants (VHA) dapat menuntun kita kepada sumber ilmiah terpecaya tersebut. 

Pada intinya, selalu perhatikan keseimbangan antara protein, serat, dan zat gizi lainnya untuk menjaga kesehatan optimal dan performa olahraga yang maksimal ya!

Referensi:

  1. Schoenfeld, B. J., & Aragon, A. A. (2018). How much protein can the body use in a single meal for muscle-building? Implications for daily protein distribution. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 15, 10. https://doi.org/10.1186/s12970-018-0215-1
  2. Kemenkes, R. I. (2014). Permenkes No. 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan RI, 97.
  3. Kemenkes, R.I. (2018). Tabel komposisi pangan Indonesia 2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
  4. I. Baum, J., Børsheim, E., R. Allman, B., & Walker, S. (2020). Health Benefits of Dietary Protein throughout the Life Cycle. IntechOpen. doi: 10.5772/intechopen.91404

Author : Dian Rahma – Scientific & Regulatory Affairs

Editor : Deny Nurkhaedi Ramadhani – Graphic Design Marketing SOYJOY

7 Starter Pack buat Diabetesi sebelum Berolahraga

7 Starter Pack buat Diabetesi sebelum Berolahraga

Latihan fisik atau olahraga merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan Diabetes Melitus agar kondisinya tetap baik. Olahraga yang dilakukan Diabetesi (penyandang Diabetes Melitus) dapat membawa beberapa manfaat, seperti menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga harapannya dapat memperbaiki kendali gula darah1.

Namun olahraga sering kali menjadi momen yang harus menjadi perhatian khusus bagi Diabetesi karena rawan terjadi gula darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau gula darah yang terlalu tinggi (hiperglikemia). Ada beberapa hal yang wajib diketahui oleh Diabetesi sebelum mulai berolahraga, yuk simak starter pack berikut! .

Makanan yang memiliki IG tinggi akan menyebabkan peningkatan gula darah yang lebih besar dan lebih cepat, karena karbohidrat yang dikandungnya akan dicerna dan diserap lebih cepat daripada makanan ber-IG rendah2. Kenapa sih kamu harus mulai memperhatikan IG dari makanan yang kamu konsumsi? Paling tidak ada 4 alasan ini:

1. Mulai dengan berkonsultasi dengan dokter

Olahraga memang memiliki banyak manfaat bagi pengendalian diabetes, namun tetap ingat, bahwa setiap individu punya kondisi yang unik. Sebelum memulai rutinitas baru, konsultasi dengan dokter sangat disarankan untuk mengetahui kondisi terkini, terutama untuk kamu yang mungkin memiliki komplikasi seperti neuropati atau penyakit jantung. Berbekal saran dari tenaga medis, kamu bisa mendapatkan rekomendasi olahraga yang paling sesuai dan aman.

2. Selalu cek kadar gula darah sebelum berolahraga

Hal yang harus diperhatikan dan menjadi keharusan pada saat diabetesi hendak berolahraga adalah memeriksa kadar gula darah. Apabila hasil pemeriksaan gula darah sebelum berolahraga kurang dari 100 mg/dL, maka diabetesi disarankan untuk mengonsumsi makanan terlebih dahulu untuk menghindari gula darah yang terlalu rendah (hipoglikemia). Namun apabila hasil pemeriksaan gula darah sebelum berolahraga lebih dari 250 mg/dL, maka diabetesi disarankan untuk menunda olahraga terlebih dahulu karena dapat berisiko untuk mengalami gula darah terlalu tinggi (hiperglikemia)2,3.

3. Pilih jenis olahraga yang aman

Adapun jenis olahraga yang dapat dilakukan adalah olahraga aerobic dengan intensitas sedang, seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Selain olahraga aerobik dengan intensitas sedang, diabetesi tanpa komplikasi (contoh: osteoarthritis, hipertensi yang tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan untuk melakukan olahraga kekuatan (resistance training) juga. Olahraga kekuatan dapat dilakuan 2 hingga 3 kali dalam seminggu, atau sesuai dengan rekomendasi dokter. Intesitas olahraga yang dilakukan diabetesi sangat bergantung pada kondisi dan kebugaran seseorang tersebut. Apabila kondisi diabetesnya terkontrol dan kondisi kesehatannya relatif baik, maka intensitas dapat ditingkatkan sesuai kemampuan2,3

4. Gunakan outfit yang nyaman

Selain hal-hal di atas, perhatikan juga pakaian dan alas kaki yang akan digunakan untuk berolahraga. Diabetesi tidak diperbolehkan berolahraga tanpa menggunakan alas kaki untuk menghindari luka yang tidak disadari. Alas kaki yang akan digunakan pun harus dipastikan bersih dari benda asing, dan memiliki ukuran yang sesuai. Alas kaki yang terlalu sempit atau terlalu besar dapat menyebabkan luka pada kaki3

5. Bijak dalam memilih waktu

Olahraga yang disarankan untuk Diabetesi sebaiknya dilakukan secara teratur sebanyak 3 hingga 5 kali dalam satu minggu dengan durasi sekitar 30 sampai 45 menit, sehingga total durasi olahraga selama satu minggu adalah 150 menit. Olahraga juga sebaiknya dilakukan dengan jeda tidak lebih dari 2 hari berturut-turut3. Namun waktu olahraga juga harus diperhatikan. Waktu yang paling ideal untuk berolahraga biasanya adalah setelah makan, di mana kadar gula darah cenderung lebih stabil. Bagi yang menggunakan insulin, hindari olahraga pada puncak kadar insulin, agar tidak terjadi penurunan gula darah yang terlalu cepat.

6. Kenali tanda bahaya

Terakhir, walaupun olahraga menjadi bagian penting dalam manajemen Diabetes, namun harus selalu perhatikan tanda bahaya dan segera hentikan olahraga apabila muncul tanda seperti, pusing atau terasa mau pingsan, rasa sakit pada ulu hati, dada terasa sesak, napas pendek, nyeri dada biasa maupun yang menjalar hingga bahu, lengan, atau rahang kiri, dan jantung berdebar terlalu cepat3,4

Apabila diawali dengan persiapan yang tepat, olahraga dapat menjadi bagian yang aman dan bermanfaat dalam manajemen diabetes. Jangan lupa, konsistensi adalah kunci. Olahraga teratur, pengaturan makan yang baik, dan pemantauan kesehatan yang tepat dapat membantu menjaga tubuh tetap bugar dan gula darah lebih terkendali. Misalnya dengan konsumsi snack yang secara ilmiah sudah terbukti diabetic friendly, yaitu SOYJOY. Snack bar ini terbuat dari kedelai utuh, sehingga tinggi serat, protein, dan memiliki indeks glikemik rendah yang bisa bantu jaga gula darah diabetesi5
.

Referensi:

    1. US Department of Health and Human Services. (2018). 2018 Physical activity guidelines advisory committee. 2018 Physical activity guidelines advisory committee scientific report.
    2. American Diabetes Association Professional Practice Committee, & American Diabetes Association Professional Practice Committee:. (2022). 5. Facilitating behavior change and well-being to improve health outcomes: Standards of Medical Care in Diabetes—2022. Diabetes care, 45(Supplement_1), S60-S82.
    3. PERKENI. (2021). Pedoman pengelolaan dan pencegahan Diabetes melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PB Perkeni, 46.
    4. Dramawan, A., Cembun, C., & Fathoni, A. (2018). The exercise for diabetes mellitus type 2. Jurnal Kesehatan Prima, 10(1), 1618-1625.
    5. Nurdin, N. M., Navratilova, H. F., Ekawidyani, K. R., & Kurniawan, M. Y. (2022).Soy flour snack bars lower glycaemic response in type 2 diabetes mellitus subjects: A randomised cross-over design. Malaysian Journal of Nutrition,28(2).
Wall Pilates: Versi Terjangkau dari Olahraga Pilates

Wall Pilates: Versi Terjangkau dari Olahraga Pilates

Akhir-akhir ini ada sebuah olahraga yang sedang naik daun di kalangan sport enthusiast, yaitu pilates. Olahraga Pilates dikembangkan oleh Joseph Pilates, dengan fokus utama pada penguatan otot inti, meningkatkan fleksibilitas, dan meningkatkan keseimbangan1. Pilates menawarkan berbagai manfaat fisik, seperti peningkatan massa otot rangka, keseimbangan, fleksibilitas, kekuatan otot inti, dan kekuatan otot perut. Pada sebuah penelitian yang dilakukan pada wanita muda dengan aktivitas fisik rendah (sedentary lifestyle), kemudian diberikan latihan pilates satu kali dalam seminggu selama 10 minggu, terbukti menghasilkan peningkatan yang signifikan pada massa otot rangka, fleksibilitas, keseimbangan, kekuatan otot inti dan otot perut, kesadaran tubuh, dan menurunkan emosi negatif2

Namun pada umumnya, pilates memerlukan ruangan yang khusus dan peralatan yang mahal, sehingga harga kelas pilates cenderung mahal. Akhirnya terciptalah variasi pilates yang dapat dilakukan di rumah, dan tidak memerlukan banyak peralatan, yaitu wall pilates.

Apa Itu Wall Pilates?
Wall Pilates adalah variasi latihan Pilates tradisional yang memanfaatkan dinding sebagai alat penopang utama. Dinding dapat membantu kita untuk mempertahankan posisi, melatih stabilitas, sekaligus menjaga keseimbangan. Seperti tujuan pilates pada umumnya, gerakan dari wall pilates juga dirancang untuk meningkatkan fleksibilitas, memperkuat otot inti, dan memperbaiki postur tubuh.

Komposisi tubuh yang lebih baik
Pilates telah terbukti memberikan efek positif terhadap perbaikan komposisi tubuh. Sebuah penelitian menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap berat badan, BMI, persentase lemak, lingkar pinggang, perut, dan pinggul setelah menjalani latihan pilates selama 90 menit, 3 kali per minggu, selama 8 minggu3. Kombinasi gerakan yang ada dalam wall pilates, dapat melatih otot inti, punggung, kaki, dan lengan, dengan berat badan sebagai ‘beban latihan’. Selain memperkuat otot tubuh, kombinasi ini dapat membangun postur yang lebih baik sehingga akan membantu tubuh tetap kuat dan terhindar dari risiko cidera dalam aktivitas sehari-hari.

Mengurangi stres dan mendukung kesehatan mental
Seperti latihan Pilates pada umumnya, Wall Pilates dikenal karena efek relaksasi dan pengurangan stresnya. Teknik pernapasan yang tepat dan gerakan perlahan membantu menurunkan kadar hormon stres dan meningkatkan konsentrasi serta ketenangan pikiran. Inilah yang menjadikan Wall Pilates cocok sebagai latihan harian, terutama untuk kamu yang memiliki gaya hidup sibuk atau berisiko mengalami stres tinggi4

Tips memulai wall pilates untuk pemula
Bagi yang ingin mencoba Wall Pilates, berikut tips mudah untuk memulainya:

    • Pilih dinding yang kokoh di rumah dan mulailah dengan posisi dasar seperti plank atau squat yang disandarkan pada dinding.
    • Gunakan alas atau matras agar tidak licin, dan selalu mulai dengan peregangan ringan untuk mempersiapkan tubuh.
    • Mulai dari gerakan sederhana seperti wall sit, wall bridge, atau leg raises, kemudian tingkatkan intensitasnya seiring waktu.

Jangan lupa perhatikan makanan setelah wall pilates
Setelah menjalani olahraga, tubuh perlu didukung dengan konsumsi makanan bergizi, utamanya protein. Makanan tinggi protein masih menjadi primadona di kalangan sport enthusiast. Hal ini tidak terlepas dari beberapa fungsi protein itu sendiri, seperti untuk memperbaiki dan membangun kembali jaringan otot yang rusak, membantu pembentukan massa otot baru, mengurangi kerusakan otot, serta membantu mempercepat proses pemulihan5,6,7

Wah ternyata penting sekali ya untuk memenuhi kebutuhan protein terutama setelah berolahraga! Kini SOYJOY hadir dengan varian baru dan protein yang lebih tinggi, yaitu SOYJOY Open Sesame yang punya protein hingga 7 gram per barnya loh! Perpaduan rasa manis dan gurih yang unik dari kedelai dan biji wijen putih, tentu bisa bantu penuhi kebutuhan proteinmu setelah berolahraga, biar kamu gak kalap makan
setelah berolahraga.

Nah sekarang udah tau kan kalo pilates juga ada versi low budget nya, jadi bisa banget dicoba bareng bestie kamu biar bisa bareng-bareng buat mulai hidup sehat. Sekali lagi, jangan lupa? Makan SOYJOY!

Referensi:

    1. Kolomiitseva, O., Prikhodko, A., Bodrenkova, I., Hrynchenko, I., Vashchenko, I., & Honchar, R. (2022). Effect of Pilates training on respiration, joints mobility, and muscle strength in healthy middle-aged women with sedentary occupations.
    2. Tolnai, N., Szabó, Z., Köteles, F., & Szabo, A. (2016). Physical and psychological benefits of once-a-week Pilates exercises in young sedentary women: A 10-week longitudinal study. Physiology & behavior, 163, 211-218.
    3. Şavkin, R., & Aslan, U. B. (2016). The effect of Pilates exercise on body composition in sedentary overweight and obese women. The Journal of sports medicine and physical fitness, 57(11), 1464-1470.
    4. Singh, Laishram. (2021). Effects of Pilates Exercises on Health and Fitness. 10.13140/RG.2.2.20578.45762.
    5. Jäger, R., Kerksick, C. M., Campbell, B. I., Cribb, P. J., Wells, S. D., Skwiat, T. M., … & Antonio, J. (2017). International society of sports nutrition position stand: protein and exercise. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 14, 1-25.
    6. Moore, D. R. (2019). Maximizing post-exercise anabolism: the case for relative protein intakes. Frontiers in nutrition, 6, 485822.
    7. Deutz, N. E., Bauer, J. M., Barazzoni, R., Biolo, G., Boirie, Y., Bosy-Westphal, A., … & Calder, P. C. (2014). Protein intake and exercise for optimal muscle function with aging: recommendations from the ESPEN Expert Group. Clinical nutrition, 33(6), 929-936.
Do’s and Don’ts saat Makan Sahur

Do’s and Don’ts saat Makan Sahur

Bulan Ramadan adalah bulan keberkahan yang dinantikan seluruh umat muslim di dunia. Pada bulan tersebut, umat muslim akan berpuasa dari mulai waktu subuh hingga matahari terbenam. Makan sahur adalah makan yang dilakukan sebelum waktu subuh dan momen ini merupakan poin yang penting selama bulan Ramadan. Makan sahur dapat memberikan energi yang dibutuhkan untuk menjalani puasa seharian. Makanan yang dikonsumsi tentu juga harus diperhatikan dengan tepat agar kebutuhan gizi dapat terpenuhi dan kesehatan tubuh tetap terjaga. Lalu, hal apa saja yang sebaiknya dilakukan dan sebaiknya dihindari? Yuk simak penjelasan berikut mengenai do’s and don’ts pada saat makan sahur.

Do’s
Pertama: Tetap terapkan prinsip gizi seimbang
Usahakan untuk mengonsumsi makanan lengkap dan seimbang pada saat sahur, yaitu terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur, dan buah. Pilihlah makanan pokok yang tergolong karbohidrat kompleks, seperti roti gandum, nasi merah, atau kentang. Karbohidrat kompleks akan mencegah penurunan kadar gula darah secara drastis dan memberikan energi yang bertahan lebih lama¹

Selain itu utamakan sayur dan buah sebagai sumber serat karena serat akan melancarkan pencernaan dan membuat makanan dicerna lebih lama, sehingga perasaan kenyang pun akan lebih lama². Lauk-pauk tinggi protein seperti telur, daging tanpa lemak, atau kacang-kacangan juga harus menjadi prioritas karena protein akan melepaskan hormon kenyang sehingga membantu menjaga kenyang lebih lama dan menjadi cadangan energi sepanjang hari³ .

Kamu bisa melengkapi menu sahurmu agar menjadi gizi seimbang dengan mengonsumsi 1 hingga 2 bar SOYJOY. Kandungan protein dan seratnya yang tinggi karena terbuat dari kelai utuh, bisa bantu kamu buat kenyang lebih lama pada saat puasa loh!

Kedua: Penuhi kebutuhan cairan saat sahur
Saat puasa, tentu kita tidak boleh minum selama belasan jam, sedangkan aktivitas kita tetap berjalan seperti biasa. Hal ini lah yang akan meningkatkan risiko dehidrasi selama bulan puasa . Pilihlah buah-buahan dan sayur-sayuran yang tinggi air, seperti semangka, melon, timun, dan tomat agar membantu kamu memenuhi kebutuhan cairan saat puasa.

Ketiga: Mengakhirkan waktu sahur
Usahakan untuk memaksimalkan waktu sahur dengan mengonsumsi makan dan minuman hingga batas akhir (imsak atau sebelum subuh) waktu sahur. Hal ini akan membantu untuk mengonsumsi makanan dengan tenang dan nyaman, memenuhi kebutuhan gizi yang lebih lengkap, dan dapat memberikan energi lebih lama pada saat puasa.

Don’ts
Pertama: Imbalance food
Makanan dengan komposisi gizi yang tidak seimbang sebaiknya dihindari. Misalnya makan mie dan nasi tanpa telur dan sayur dapat mengakibatkan rasa lapar yang lebih cepat. Selain itu makanan tinggi lemak seperti santan atau gorengan juga sebaiknya dihindari karena rentan menimbulkan masalah pencernaan

Kedua: Minum minuman berkafein
Hindari konsumsi minuman berkafein seperti teh dan kopi pada saat sahur. Hal ini disebabkan karena minuman berkafein bersifat diuretik sehingga akan meningkatkan urin yang keluar. Hal ini tentu akan berdampak pada rasa haus dan risiko dehidrasi yang mengintai kita

Ketiga: Sahur sebelum tidur malam
Makan sahur sebelum tidur malam tidak dianjurkan karena dengan begitu artinya durasi puasa yang akan ditempuh akan semakin lama. Umumnya makan di waktu ini tidak bisa maksimal karena masih ada efek kenyang setelah berbuka. Selain itu, jeda makan malam dengan waktu tidur yang kurang dari 3 jam akan meningkatkan risiko penyakit GERD.

Nah, setelah tau do’s dan don’ts saat makan sahur, semoga ini bisa jadi #Soylution agar ibadah puasa dapat berjalan dengan lancar ya! Jangan lupa? Makan SOYJOY!

Referensi:

  1. Akbar A, Shreenath AP. High Fiber Diet. [Updated 2021 May 9]. In: StatPearls
    [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available
    from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559033/
  2. Brownlee, I. (2014). The impact of dietary fibre intake on the physiology and
    health of the stomach and upper gastrointestinal tract. Bioactive carbohydrates
    and dietary fibre, 4(2), 155-169.
  3. Morell, P., & Fiszman, S. (2017). Revisiting the role of protein-induced satiation
    and satiety. Food Hydrocolloids, 68, 199-210.
  4. Rouhani, M. H., & Azadbakht, L. (2014). Is Ramadan fasting related to health
    outcomes? A review on the related evidence. Journal of Research in Medical
    Sciences, 19(10), 987–992.
  5.  Zhang, M., & Yang, J. (2016). Effects of a high-fat diet on intestinal microbiota
    and gastrointestinal diseases. World Journal of Gastroenterology, 22(40),
    8905-8909. https://doi.org/10.3748/wjg.v22.i40.8905
  6.  Helmyati. (2022). Menjaga Hidrasi Selama Bulan Ramadan. Pusat
    Kesehatan Dan Gizi Manusia Universitas Gadjah Mada.
    https://pkgm.fk.ugm.ac.id/2022/04/12/menjaga-hidrasi-selama-bulanramadan/
  7.  Yang, J. H., Kang, H. S., Lee, S. Y., Kim, J. H., Sung, I. K., Park, H. S., … & Jin,
    C. J. (2014). Recurrence of gastroesophageal reflux disease correlated with a
    short dinner‐to‐bedtime interval. Journal of Gastroenterology and Hepatology,
    29(4), 730-735.