by gl75FKPUUayArC | Jun 19, 2017 | Healthy Living
Tak jarang orang menghentikan aktivitas olahraga saat puasa karena takut batal. Ada juga yang melakukan aktivitas fisik namun sekadarnya saja alias tidak optimal.
Justru selama puasa dianjurkan berolahraga agar kebugaran tetap terjaga. Kebugaran tubuh yang baik akan melancarkan ibadah puasa sebulan penuh. Orang yang berolahraga selama puasa justru memiliki metabolisme yang lebih baik dibanding mereka yang tidak puasa.
Strateginya adalah jangan memaksakan diri berlatih keras, lakukan secara minimum dengan hasil optimum. Dengan demikian metabolisme tubuh tetap terjaga.
Puasa Ramadan selain merupakan ibadah wajib bagi umat Islam, juga memiliki manfaat positif dalam menurunkan berat badan. Sejumlah penelitian menunjukkan terjadi penurunan berat badan pada individu normal sebesar 1-4 kg setelah puasa penuh selama Ramadan.
Olahraga yang dilakukan saat puasa bermanfaat meningkatkan kekuatan otak karena tubuh memompa lebih banyak darah sehingga kadar oksigen dalam darah meningkat. Hal ini akan berdampak positif bagi otak.
Selain itu, olahraga yang teratur dan terukur saat puasa dapat mencegah penuaan, meningkatkan perasaan bahagia secara alami.
Namun, ada sejumlah hal yang perlu diingat dalam melakukan olahraga saat berpuasa

1.Pilih waktu yang tepat
Banyak yang cemas olahraga bisa membatalkan puasa jika waktunya tidak tepat. Sebenarnya tidak ada halangan untuk olahraga pagi atau siang hari ketika berpuasa. Namun jika harus berolahraga dengan intensitas cukup keras sebaiknya tidak dilakukan pada pagi atau siang hari karena dibutuhkan sumber energi yang besar yang dapat menyebabkan kelelahan, oleh karena itu jika ingin melakukan olah raga dengan intensitas yang keras sebaiknya dilakukan pada malam hari, setelah berbuka puasa.
Untuk olahraga yang mengeluarkan banyak keringat juga sebaiknya dilakukan malam hari. Pengeluaran keringat dalam jumlah banyak akan memicu rasa haus.
Namun jika hanya bisa melakukan olahraga di pagi hari, lakukan sekitar pukul 05.00-06.00 atau kira-kira dua jam setelah sahur. Sebaiknya pilih olahraga ringan yang tidak memicu rasa haus.
Waktu yang paling cocok melakukan olahraga saat puasa adalah sore hari menjelang berbuka karena suhu badan akan turun dan kehilangan cairan dapat segera diganti.
Ada yang memilih melakukan olahraga setelah berbuka. Hal ini kurang disarankan karena akan mengganggu salat tarawih. Olahraga dilakukan setelah salat tarawih juga tak disarankan karena akan mengganggu waktu tidur. Idealnya, olahraga dilakukan 3 jam sebelum waktu tidur agar bisa bangun saat makan sahur.

2. Perhatikan sumber energi
Kegiatan olahraga membutuhkan sejumlah energi yang diperoleh dari bahan makanan. Sumber energi yang penting dari bahan makanan tersebut adalah karbohidrat, lemak dan protein yang merupakan energi kimiawi yang berasal dari matahari.
Ada anggapan agar kuat berolahraga, maka makanlah sahur sekenyang mungkin. Padahal cara ini malah bisa jadi bumerang bagi kebugaran tubuh. Setelah makan, kadar gula darah akan melonjak serta memancing pengeluaran insulin.
Hormon insulin berfungsi membawa gula dari darah menuju jaringan tubuh yang akan selanjutnya akan disimpan sebagai sumber tenaga cadangan dalam bentuk lemak dan glikogen. Ini hanya bersifat sementara, sebab cadangan itu bakal dilepas pada siang hari.
Satu hal yang perlu diingat adalah, bila makan sahur terlalu banyak, terutama jika karbohidratnya berupa nasi, roti, kentang, mi atau kue-kue dalam jumlah banyak maka insulin yang dikeluarkan akan melimpah. Kelebihan kalori akan diubah menjadi lemak.
Karena lemak sukar dibakar, akibatnya di siang hari gula akan cepat anjlok. Dengan kata lain, darah akan kekurangan gula. Efeknya bakal muncul rasa lemas, lesu dan sakit kepala, atau perut terasa perih.
Oleh karenanya tidak disarankan makan sahur berlebihan, setidaknya tidak melebihi porsi makan siang hari ketika tidak berpuasa. Porsi idealnya adalah sepertiga kalori total per hari.
Usahakan saat sahur mengonsumsi karbohidrat komplek, misalnya nasi dan protein karena akan mengenyangkan lebih lama. Untuk berbuka, pilihlah makanan manis dan mudah dicerna, dalam porsi secukupnya.

3. Pilih olahraga yang pas
Berpuasa yang dirangkai dengan salat tarawih selama sebulan penuh, tidak saja bermanfaat sebagai terapi kesehatan, tetapi juga dapat memberikan kebugaran. Dengan salat tarawih sebanyak11-23 rakaat, tubuh diajak berolahraga secara rutin selama kurang lebih 1-2 jam setiap hari.
Stretching atau peregangan merupakan salah satu latihan yang dapat dilakukan saat berpuasa. Tidak hanya berguna untuk melancarkan peredaran darah, tetapi aktivitas ini juga bermanfaat untuk meredakan emosi dan menenangkan pikiran.
Satu hal yang harus diingat adalah, cobalah mengurangi intensitas atau durasi latihan saat berpuasa. Olahraga berat akan menguras tenaga, dehidrasi (kekurangan cairan), apalagi jika tinggal di daeraj beriklim panas. Olahraga ideal yang bisa dilakukan saat berpuasa adalah jenis yang ringan seperti jalan, senam dan jogging selama 20-30 menit.
Nah, selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan tubuh yang tetap bugar.
by gl75FKPUUayArC | Jun 5, 2017 | Healthy Living
Puasa Ramadan merupakan ibadah wajib bagi umat Muslim di seluruh dunia. Meskipun sifatnya wajib, namun ada sejumlah kondisi yang membuat sejumlah orang yang tidak disarankan menjalankan ibadah puasa Ramadan demi alasan kesehatan.
Pada penderita diabetes melitus yang hendak menjalankan ibadah puasa sebaiknya harus mengonsultasikan hal ini dengan dokter. Tenaga kesehatan akan mempertimbangkan dan memberikan saran berharga apakah penderita diabetes melitus layak berpuasa atau tidak berdasarkan kondisi yang bersangkutan.
Dokter bahkan akan melakukan pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya jika perlu.
Sejumlah pertimbangan penyandang diabetes boleh berpuasa, antara lain:
- Fungsi hati dan ginjal baik
- Belum pernah terjadi gangguan pembuluh darah otak yang cukup berat
- Punya cadangan lemak yang cukup atau tidak terlalu kurus
- Tidak memiliki kelainan hormonal lain yang berkaitan dengan regulasi glukosa serta mematuhi petunjuk diet tertentu.
Pada penyandang diabetes melitus, tantangan utama adalah tercapainya kendali gula darah yang normal. Risiko yang dihadapi penderita diabetes saat puasa adalah memburuknya kendali gula darah, hipoglikemia dan risiko dehidrasi. Bagi penderita diabetes melitus yang memiliki kadar gula darah dua jam setelah makan 250 mg/dL lebih sebaiknya tidak berpuasa.
Beberapa hal penting yang diperhatikan untuk penyandang diabetes sehingga dokter tidak menganjurkan berpuasa yaitu:
1. Kadar gula darah sangat tinggi, gula darah puasa >250 mg/dL atau gula darah sewaktu >300 mg/dL
2. Penyandang diabetes dengan komplikasi penyakit jantung yang tidak stabil, stroke dan gagal ginjal
3. Penderita diabetes dengan penyakit penyerta akut seperti demam, diare dan infeksi
4. Penyandang diabetes melitus yang hamil, usia lanjut atau tinggal sendiri
5. Menggunakan suntikan insulin lebih 2x sehari
Bagi penyandang diabetes yang berniat puasa (gula darah stabil dan tidak masuk poin di atas), dianjurkan:
1. Aktif secara fisik
2. Hindari aktivitas berat
3. Bila merasakan gejala hipoglikemia (lapar berlebihan, keringat dingin, lemas, gemetar dan hilang konsentrasi) sebaiknya segera batalkan puasa.

Bagi penyandang diabetes melitus yang puasa, perlu pengaturan pola makan yang baik, antara lain:
Contoh Menu 1500 Kalori untuk Sahur, Buka Puasa, dan Sesudah Shalat Tarawih
Sahur : Makan Besar ± 40%
Nasi 150 g 1 gelas
Ayam Bumbu Bali 80 g 2 potong kecil
Tempe bacem 50 g 1 potong sedang
Sayur lodeh 100 g 1 mangkuk
Pisang ambon 50 g 1 buah
Buka Puasa : Snack & Makan Besar ±50%
Sebelum shalat Mahgrib (10%) :
Teh hangat (gula) 6 g 1 sendok teh
Sop buah 100 g 1 porsi
Sesudah shalat Maghrib (40%) :
Nasi 150 g 1 gelas
Semur daging 50 g 1 potong sedang
Tahu bumbu rujak 100 g 2 buah sedang
Tumis sayuran 100 g 1 porsi
Telur puyuh 25 g 3 butir
Jeruk 100 g 1 buah
Sesudah Tarawih : ±10% Snack
SOYJOY Almond Chocolate 1 bar
by gl75FKPUUayArC | May 23, 2017 | Healthy Living
Nasi dan ikan disebut sebagai dua makanan yang terus ada dari zaman ke zaman di Indonesia sejak masa Paleolitikum (50.000 hingga 100.000 tahun lalu), seperti dicatatkan dalam buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia.
Pada masa itu, makanan di Asia Tenggara telah terbentuk berdasarkan karakter geografisnya, termasuk padi-padian yang tumbuh subur di barat, sementara umbi-umbian subur di timur.
Saking suburnya, lahan tani di Jawa menjadi sumber beras bagi pulau-pulau lainnya, seperti yang terpantau oleh Thomas Raffles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Jawa (1811-1816), yang menuliskan kekaguman akan suburnya tanah Jawa dalam buku The History of Java.
Di sisi lain, faktor kerekatan masyarakat Indonesia dan nasi juga punya catatan tersendiri. Konsumsinya jauh tidak berimbang, setidaknya tercatat pada abad ke-19.
Saat itu, Dr CL van der Burg, ilmuwan yang merintis persoalan kesehatan dan higienitas di Hindia, mendapati konsumsi nasi (karbohidrat) orang Indonesia lebih banyak dibanding orang Eropa di Hindia Belanda, berdasarkan catatan Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia.
Orang Eropa mengonsumsi protein 15,4 persen, lemak 31,3 persen, dan karbohidrat 53,3 persen. Sementara itu, pribumi (orang Indonesia) hanya mengonsumsi protein 9,3 persen, lemak 9,9 persen saja, sedangkan karbohidrat terlampau tinggi hingga 80,8 persen.
Memang, ada banyak faktor yang membuat konsumsi nasi di Indonesia tinggi. Lahan pertaniannya subur dan melimpah, seperti sudah disebutkan di atas. Ada juga faktor kemiskinan sehingga nasi rentan digunakan untuk mengenyangkan diri.
Lalu faktor lainnya adalah kurang informasi di antara masyarakat soal pilihan karbohidrat. Oleh karena itu, tidak heran jika Presiden Soekarno pada 1960-an kemudian berpandangan untuk melahirkan buku Mustika Rasa.
Buku tersebut menjelaskan bahwa masyarakat punya alternatif makanan selain beras sebagai sumber karbohidrat, bahkan menciptakan makanan-makanan baru yang bahannya berasal dari daerah masing-masing, seperti juga negara lain memanfaatkan kacang kedelai sebagai penganan.
Internet dan isu diabetes
Nasi boleh terus ada dari zaman ke zaman. Namun, saat ini konsumsi nasi sering dikaitkan dengan terjadinya penyakit yang disebut diabetes melitus atau kencing manis.
Pandangan tersebut cukup umum pada masa kini. Walau demikian, dulu, ketika survei Van der Burg itu dibuat, diabetes belum menjadi isu penting.
Boleh jadi, hal ini karena orang Indonesia dan Belanda zaman dulu yang disurvei oleh Van der Burg merupakan para pekerja. Oleh sebab itu, meskipun karbohidrat yang dikonsumsi cukup besar, jumlahnya tetap sesuai dengan energi yang mereka keluarkan.
Ketika memasuki tahun 1995, barulah jumlah penyandang diabetes membengkak. Total terdapat 4,5 juta penderita diabetes di Indonesia menurut International Diabetes Federation (IDF), seperti tercatat dalam buku Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes, tanpa menyebutkan tingkatan usia.
IDF melalui situsnya kemudian memperbarui data pada tahun 2015 bahwa jumlah pasien (terdaftar berdasarkan usia 20-79 tahun) sudah sebanyak 10,021 juta jiwa. Angka ini pun hanya mewakilkan mereka yang terdata menderita diabetes, tidak termasuk mereka yang belum terdiagnosis menderita diabetes.
Mengapa penderita diabetes terus bertambah? Langsung atau tidak langsung, ini ada hubungannya dengan perkembangan teknologi.
Alat transportasi kian berkembang sehingga kita tidak harus bergerak aktif untuk berpindah tempat. Kita juga bahkan tidak perlu banyak bergerak lagi dan cukup diam saja di rumah untuk, misalnya, sekadar memesan makanan lewat smartphone.
Perkembangan dunia internet membuat segala segi kehidupan menjadi lebih mudah dan cepat hanya dengan sentuhan jari.
Tahun 2016 saja, data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet dari total penduduk 256,2 juta jiwa. Pendek kata, separuh lebih dari jumlah total orang Indonesia kini menjalani sebagian aktivitasnya hanya dengan mengandalkan tenaga jari.
“Kurang olahraga, terlalu banyak duduk, dan pola makan yang salah merupakan penyebab penyakit ini (diabetes),” kata dr Rochismandoko, spesialis penyakit dalam, dalam peluncuran aplikasi Dokter Diabetes, seperti dikutip dari Kompas.com.
Diabetes melitus secara umum terjadi karena tingginya kadar gula dalam darah yang terjadi akibat kelainan metabolisme karbohidrat akibat ketidakmampuan secara mutlak atau relatif dari aktivitas hormon insulin.
Persoalannya, kini yang diwanti-wanti dalam urusan diabetes bukan lagi jumlah pasien. WHO menunjukkan data jumlah angka kematian karena diabetes semakin meningkat.
Pada tahun 2016 saja, di Indonesia sudah ada 99.400 kasus kematian akibat diabetes. Angka tersebut menunjukkan bahwa diabetes merupakan penyebab kematian nomor 4 terbesar di Indonesia, setelah penyakit jantung, kanker, dan kecelakaan.
Walau demikian, tentu bukan berarti nasi dan teknologi patut untuk disalahkan. Nasi atau sumber karbohidrat lain masih kita butuhkan, tetapi jumlahnya jangan berlebihan.
Di samping itu, internet memang kian mempermudah segala urusan, tetapi jangan lupa untuk tetap bergerak aktif dengan berolahraga. Dalam hal ini, kontrol di diri masing-masinglah yang diperlukan, termasuk soal makanan.
Misalnya, coba snacking 2 jam sebelum makan untuk membantu mengurangi porsi karbohidrat berlebih. Lirik snack yang kaya serat dan protein, seperti SOYJOY yang terbuat dari kedelai. Kandungan serat dan protein yang tinggi membuat kenyang lebih lama.
Pada intinya, nasi bisa tetap eksis dari zaman ke zaman. Teknologi pun terus berkembang dari zaman ke zaman. Karena itu pula, kontrol diri juga harus membuat kita bertahan dari zaman ke zaman.
by gl75FKPUUayArC | Apr 18, 2017 | Healthy Living
Snacking atau ngemil sering dimaknai negatif sebagai hal yang tidak sehat. Padahal ngemil merupakan salah satu cara untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil, khususnya bagi penyandang diabetes.
Jadwal makan menjadi hal yang harus dipatuhi oleh penyandang diabetes. Melewatkan waktu makan bisa memicu gula darah menjadi tidak terkontrol. Jadwal makan yang disarankan untuk penyandang diabetes adalah 5 -6 kali sehari, dengan rincian 3 kali makan besar dan 2-3 kali makanan selingan.
Makan besar dapat dilakukan pukul 07.00, makan siang pukul 12.00 dan makan malam pada pukul 19.00.Sedangkan makanan selingan (Snacking) dianjurkan disantap di antara jam makan besar. Waktu yang disarankan untuk snacking bagi penyandang diabetes adalah pukul 09.00, pukul 15.00 dan pukul 21.00 jika masih lapar. Dengan menjaga pola makan seperti ini, gula darah menjadi terjaga.
Diabetesi juga penting untuk mengetahui tentang Indeks glikemik (GI) yaitu indeks yang mengukur seberapa cepat suatu makanan yang mengandung karbo dapat meningkatkan kadar gula darah dibandingkan dengan konsumsi glukosa murni. Makanan dengan indeks glikemik tinggi seperti Karbo dapat meningkatkan gula darah dengan cepat, sebaliknya makanan dengan indeks glikemik rendah tidak cepat meningkatkan kadar gula darah setelah dikonsumsi. Beberapa contoh makanan yang masuk low GI antara lain oatmeal, kacang-kacangan, kedelai, sebagian besar sayuran dan buah, juga havermut (1).
Strategi Snacking pada Penyandang Diabetes
Mengapa Snacking di antara jam makan besar disarankan bagi penyandang diabetes? Fungsi snacking adalah untuk memberikan rasa kenyang agar tidak terlalu kelaparan sehingga bisa memicu turunnya kadar gula darah (hipoglikemik), hal yang harus dihindari pada penyandang diabetes.
Namun, pemilihan camilan harus bijak, tidak boleh ‘ngasal’. Perhatikan porsi dan jenis makanan. Salah memilih camilan malah bisa berpotensi meningkatkan gula darah secara dratis, hal yang juga harus dihindari pada penyandang diabetes.
Berikut ini strategi snacking cerdas yang bisa dilakukan penyandang diabetes:
1. Pilih makanan kaya serat dan Low GI
Hal harus dipertimbangkan bagi penyandang diabetes saat memilih makanan adalah, pilihlah makanan yang kaya serat dan Low GI. Mengapa ini penting? karena makanan kaya serat dan Low GI akan membantu meningkatkan rasa kenyang, sehingga membuat kita tidak gampang lapar hingga jam makan besar tiba.
Salah satu contoh makanan yang tinggi serat serta low GI adalah kedelai. Sumber protein nabati dan serat pada kedelai dapat membantu kita merasa kenyang lebih lama dan mengendalikan nafsu makan. Kedelai bisa dikonsumsi dalam bentuk utuh atau produk olahan yang berbahan kedelai.
Memperhatikan jumlah asupan serat dalam makanan ringan (snack) dan memilih makanan dengan indeks glikemik rendah, keduanya merupakan cara yang baik dalam memilih camilan cerdas. Camilan tersebut tidak akan membuat gula darah meningkat drastis saat dikonsumsi, malah akan membantu Menjaga gula darah tetap stabil, demikian yang diinformasikan oleh Akademi Nutrisi dan Diet (Academy of Nutrition and Dietetics),
2. Tambahkan protein
Protein memiliki efek yang kuat pada nafsu makan, yaitu dapat meningkatkan rasa kenyang, mengurangi rasa lapar dan membantu mengurangi asupan kalori. Hal ini terjadi karena protein mempengaruhi beberapa hormon yang berperan dalam lapar dan kenyang.Beberapa contoh makanan yang kaya protein yaitu dada ayam, ikan, kacang-kacangan, tempe dan kedelai.
3. Pilih Snack dengan Kalori yang Pas
Hal yang tak boleh diabaikan saat snacking bagi penyandang diabetes adalah memperhatikan jumlah kalori yang masuk. Menurut dr. Tjandraningrum, M.Gizi, SpGK. jumlah kalori snack untuk penyandang diabetes direkomendasikan antara 60 – 110 kkal per sekali makan.
SOYJOY80 merupakan salah satu alternatif pilihan snack bagi penyandang diabetes. SOYJOY80 yang hanya mengandung 80 Kalori, terbuat dari kedelai, tinggi serat dan protein serta low GI, sangat cocok dikonsumsi bagi diabetisi. Konsumsi SOYJOY80 dua jam sebelum makan besar, membantu mengendalikan nafsu makan dan mengurangi porsi berlebih saat makan besar.
Sumber referensi:
1. http://www.diabetes.org/food-and-fitness/food/what-can-i-eat/understanding-carbohydrates/glycemic-index-and-diabetes.html?loc=ff-slabnav
2. http://www.eatright.org/resource/health/diseases-and-conditions/diabetes/diabetes-and-diet
3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18469287
4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16400055
5. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16002798
6. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23885994
7. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17092830
by gl75FKPUUayArC | Feb 2, 2017 | Healthy Living
Dalam keluarga ada yang terkena diabetes dan kamu berada dalam risiko terkena penyakit ini? Berisiko diabetes tidak otomatis akan pasti mengalami penyakit ini. Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk menghindari diri terkena diabetes mellitus tipe 2, antara lain dengan menjalani pola hidup sehat dan menjaga berat badan ideal.
Menjalani gaya hidup aktif dengan bergerak setiap hari tidak hanya mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2, namun juga dapat membantu tidur lebih nyenyak, mengelola stres serta memperbaiki suasana hati.Ingatlah, melakukan perubahan kecil ke arah yang lebih baik akan menjadi awal yang baik.
Berapa banyak aktivitas yang perlu dilakukan setiap hari? Mulailah dengan 30 menit sehari latihan intensitas sedang setidaknya lima hari dalam seminggu. Intensitas sedang berarti bahwa pernapasan meningkat, namun masih bisa berbicara.
Sejumlah hal sederhana dapat dilakukan untuk memulai aktivitas fisik yang mendorong kita menjalani gaya hidup lebih aktif, antara lain:
1. Memarkir kendaraan di area yang lebih jauh sehingga punya kesempatan berjalan.
2. Memilih menggunakan tangga bukan eskalator atau lift.
3. Usahakan berjalan kaki saat janji temu dengan teman apabila lokasinya dekat.
4. Saat membawa binatang piaraan berjalan-jalan, berilah tambahan ekstra 5 menit berjalan kaki.
5. Gunakan pedometer untuk melacak langkah yang telah dilakukan. Ini sekaligus menantang kita untuk melakukan lebih di hari berikutnya.
Penting juga untuk melakukan beberapa kegiatan yang meningkatkan kekuatan otot minimal dua hari dalam seminggu. Langkah ini tak harus dilakukan di pusat kebugaran: Lakukan kegiatan sehari-hari seperti berkebun atau membawa barang belanjaan.
Yang tak boleh dilupakan untuk memulai kebiasaan baik dalam upaya meminimalkan risiko terkena diabetes tipe 2 adalah dengan memahami apa yang sedang kita lakukan. Gunakan buku harian untuk mencatat apa yang dimakan dan aktivitas apa saja yang telah dilakukan selama seminggu.
Dengan mengisi jurnal, kita bisa melihat perubahan kecil untuk diet dan tingkat aktivitas yang akan membantu kita tetap sehat. Coba mulai sekarang ya.
Oh ya, selain melakukan aktivitas olahraga, imbangi juga dengan pola makan #CutCarbo ya. Mengapa mengurangi asupan karbohidrat penting, Karena kelebihan konsumsi karbo bisa memicu diabetes mellitus tipe 2.
Penjelasan singkatnya adalah: kelebihan konsumsi karbohidrat, pola makan yang tidak seimbang, jarang bergerak bisa mencetuskan obesitas yang menuntun pada terjadinya diabetes.
Agar karbohidrat kompleks dapat masuk ke dalam sel, harus dipecah menjadi gula sederhana yaitu glukosa darah. nah, apabila konsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebih, metabolisme karbohidrat dalam tubuh akan lebih berat. hal ini memicu diabetes melitus.
Konsumsi karbohidrat berlebihan dalam sekali makan menyebabkan tubuh memproduksi insulin dalam jumlah yang besar. Inilah yang membuat insulin mengubah karbohidrat yang masuk menjadi gula darah dalam jumlah yang besar pula. Dengan kapasitas dan kebutuhan tubuh yang terbatas, banyak dari gula dalam darah tersebut yang akhirnya tak terpakai, sehingga langsung tersimpan dalam bentuk sel lemak.
Karena alasan inilah, penting mengurangi asupan karbo dari sekarang. Mungkin ada yang takut, dengan mengurangi karbo membuat perut tidak kenyang. Hal ini bisa disiasati dengan memilih jenis karbohidrat yang tepat. Pilih karbohidrat yang mengandung serat tinggi, misalnya kacang kedelai dan kacang-kacangan, sayur, dan buah.
Agar tak merasa kelaparan saat #CutCarbo, konsumsilah camilan tinggi serat kira-kira dua jam sebelum makan. Konsumsi camilan tinggi serat ini bisa menjaga kadar gula darah tetap stabil dan nafsu makan tidak berlebih saat mengonsumsi karbohidrat di waktu makan besar.
Penelitian menunjukkan, konsumsi SOYJOY 2 jam sebelum makan terbukti mengontrol nafsu makan dan mencegah kita mengonsumsi makanan berlebih saat jam makan utama tiba.
Yuk kita coba!
by gl75FKPUUayArC | Jan 24, 2017 | Healthy Living
Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis menjadi topik yang banyak diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir. Apabila sudah terkena diabetes, maka kondisi ini akan disandang seumur hidup.
Namun kabar baiknya adalah, risiko diabetes mellitus tipe 2 dapat dikurangi. Sekitar 3 dari 5 kasus diabetes tipe 2 dapat ditunda atau bahkan dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup.
Beberapa faktor risiko untuk diabetes tipe 2 – seperti usia, latar belakang etnis, atau sejarah keluarga – memang tidak dapat diubah, tetapi yang lain bisa. Kabar baiknya adalah bahwa kita semua dapat membuat perubahan kecil untuk membantu mengurangi risiko kita terkena diabetes tipe 2.
Apabila seseorang terkena diabetes – meski penyakit ini tak bisa disembuhkan dengan obat -namun penyakit kencing manis ini bisa dikelola agar tak sampai menimbulkan komplikasi yang membahayakan.
Apabila diabetes tak dikendalikan dengan baik, maka tubuh bisa memetik dampak negatifnya. Terlalu banyak gula dalam darah bisa merusak saraf dan pembuluh darah, yang bermuara pada beragam masalah kesehatan.
Komplikasi diabetes bisa dihindari dengan melakukan sejumlah kebiasaan baik. Selain pengobatan, kebiasaan hidup sehat bisa membantu mencegah diabetes memunculkan komplikasi serius.
Apa saja risiko kesehatan serius yang mengancam penyandang diabetes? Gula darah tinggi dapat berdampak berbagai bagian tubuh, antara lain:
1.Mata

Diabetes meningkatkan peluang seseorang memiliki masalah penglihatan, termasuk kebutaan. Hal ini dapat menyebabkan beragam masalah terkait dengan mata, yaitu Katarak (lensa mata berawan atau keruh); Glaukoma (diabetes merusak saraf yang menghubungkan mata ke otak yang memungkinkan kita melihat dengan baik); Retinopati (diabetes bertanggung jawab pada perubahan retina di belakang mata).
2. Jantung

Gula darah tinggi yang berlangsung bertahun-tahun dapat membahayakan pembuluh darah tubuh. Hal ini membuka kesempatan penyandang diabetes memiliki penyakit jantung, yang dapat memicu serangan jantung atau stroke di kemudian hari. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, dan juga kolesterol tinggi membuat masalah kesehatan itu lebih mungkin terjadi.
3. Ginjal

Diabetes dapat mempengaruhi pembuluh darah di ginjal, sehingga membuat organ penting ini tidak bekerjadengan baik. Jika gangguan pada ginjal berlangsung selama bertahun-tahun, suatu saat organ ini bisa berhenti bekerja.
4. Kaki

Gula darah tinggi dapat membahayakan aliran darah dan kerusakan saraf, yang dapat menyebabkan luka, goresan, atau luka sembuh lebih lama. Penyandang diabetes mungkin merasakan mati rasa di bagian kaki. Hal ini berbahaya Karena bisa saja kaki terluka tanpa disadari, dan menimbulkan infeksi yang sulit sembuh. Bahkan jika infeksi ini serius, penyandang diabetes mungkin harus merelakan kakinya diamputasi.
5. Saraf

Jika gula darah tinggi merusak saraf, yang dikenal dengan istilah neuropati diabetes, penyandang diabetes mungkin merasa nyeri, kesemutan, atau mati rasa, terutama di kaki.
6. Kulit

Diabetes dapat membuat seseorang lebih mungkin untuk terkena infeksi ragi (yeast), gatal-gatal, muncul ‘belang’ pada kulit seperti bersisik atau berwarna kecoklatan.
7. Masalah ereksi

Pria dengan diabetes mungkin berisiko mengalami gangguan seksual karena gula darah tinggi dapat membahayakan aliran darah dan merusak saraf yang dibutuhkan tubuh untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi.