by gl75FKPUUayArC | Feb 23, 2024 | Healthy Living, Soylution
Coklat sering menjadi guilty pleasure bagi kebanyakan orang. Hal ini disebabkan karena coklat memiliki rasa yang enak dan diyakini mampu ‘memperbaiki mood’. Namun, kalori yang terkandung dalam olahan coklat umumnya tergolong tinggi, sehingga coklat sering dihindari oleh orang-orang yang ingin hidup sehat.
Tapi ternyata, coklat memiliki banyak manfaat loh untuk tubuh kita. Manfaat-manfaat ini, tentu dapat menunjang pola hidup sehat kamu. Apa saja sih manfaatnya? Yuk simak penjelasan berikut.
Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah
Konsumsi coklat berhubungan dengan penurunan angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah hingga 50% loh1. Coklat, khususnya dark chocolate, mengandung antioksidan tinggi seperti flavonoid. Antioksidan membantu melawan radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat mengurangi risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung dan kanker. Flavonoid dalam coklat dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dengan mengurangi tekanan darah dan meningkatkan aliran darah Selain itu, polifenol dalam cokelat dapat menjaga kesehatan jantung karena dapat menurunkan lemak darah2.
Meningkatkan fungsi otak
Kandungan flavonoid dalam coklat juga dapat memiliki efek positif pada fungsi otak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi coklat bisa meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan daya ingat, dan melindungi otak dari penuaan3. Manfaat meningkatkan fungsi otak dari cokelat juga didukung oleh penelitian yang melaporkan peningkatan skor kognitif atau kinerja tugas di antara orang dewasa muda (kurang dari 25 tahun) dan anak-anak dengan konsumsi cokelat dalam jangka panjang4.
Meningkatkan mood
Coklat telah terbukti merangsang produksi endorfin, hormon bahagia dalam tubuh. Selain itu, senyawa feniletilamin yang terkandung dalam coklat juga dapat meningkatkan rasa bahagia dan cinta. Manfaat ini diduga didukung oleh efek prebiotik yang dimiliki dark chocolate. Prebiotik akan membantu merestrukturisasi keragaman dan komposisi bakteri baik di usus, sehingga dapat meningkatkan suasana hati karena pencernaan yang sehat5.
Ternyata banyak banget ya manfaat dari coklat itu sendiri. Cara untuk menghindari ‘guilty pleasure’ setelah mengonsumsi coklat adalah dengan memilih olahan coklat yang paling banyak memiliki manfaat bagi tubuh kita. Misalnya pilihlah olahan coklat dengan campuran bahan lain yang tinggi protein dan serat, seperti SOYJOY Almond Chocolate.
Terbuat dari kebaikan kedelai utuh, kacang almond, dan coklat dengan kualitas terbaik, SOYJOY Almond Chocolate tentu dapat memberikan segudang manfaat bagi tubuh kita. Almond dikenal sebagai salah satu kacang yang memiliki kandungan lemak baik. Lemak baik memiliki manfaat untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah6.
Selain itu, varian ini juga memiliki indeks glikemik yang rendah yaitu sebesar 20 sehingga aman dikonsumsi baik bagi diabetesi maupun orang yang ingin menjalani pola hidup sehat7. Snack bar yang terbuat dari tepung kedelai, terbukti memiliki kemampuan 20% lebih rendah untuk meningkatkan kadar gula darah penyandang diabetes jika dibandingkan dengan snack bar yang terbuat dari tepung terigu8.
Wah ternyata banyak banget ya manfaat yang ada pada SOYJOY Almond Chocolate, makin yakin kan kalau SOYJOY bisa jadi besti hidup sehat kamu?
Referensi:
- Araujo, Q. R. D., Gattward, J. N., Almoosawi, S., Parada Costa Silva, M. D. G. C., Dantas, P. A. D. S., & Araujo Júnior, Q. R. D. (2016). Cocoa and human health: From head to foot—A review. Critical reviews in food science and nutrition, 56(1), 1-12.
- García, L. C., & Hernández, A. N. M. (2020). Beneficial effects of cocoa and dark chocolate polyphenols on health. The FASEB Journal, 34(S1), 1-1.
- Lamport, D. J., Christodoulou, E., & Achilleos, C. (2020). Beneficial effects of dark chocolate for episodic memory in healthy young adults: A parallel-groups acute intervention with a white chocolate control. Nutrients, 12(2), 483.
- Martín, M. A., Goya, L., & de Pascual-Teresa, S. (2020). Effect of cocoa and cocoa products on cognitive performance in young adults. Nutrients, 12(12), 3691.
- Shin, J. H., Kim, C. S., Cha, L., Kim, S., Lee, S., Chae, S., … & Shin, D. M. (2022). Consumption of 85% cocoa dark chocolate improves mood in association with gut microbial changes in healthy adults: a randomized controlled trial. The Journal of nutritional biochemistry, 99, 108854.
- Özdemir, B., Yücel, S. S., & Okay, Y. (2016). Health properties of almond. J Hyg Eng Des, 17, 28-33.
- Nurdin, N. M., Navratilova, H. F., Ekawidyani, K. R., Pratiwi, D., & Kurniawan, M. Y. (2020). Soy Flour-Based Snack Bar as Potential Snack Alternative for Diabetes Mellitus. Jurnal Gizi dan Pangan, 15(3), 125-132.
- Nurdin, N. M., Navratilova, H. F., Ekawidyani, K. R., & Kurniawan, M. Y. (2022). Soy flour snack bars lower glycaemic response in type 2 diabetes mellitus: A randomized cross-over design. Malaysian Journal of Nutrition, 28(2), 163-175.
by gl75FKPUUayArC | Feb 22, 2024 | Healthy Living, Soylution
Sering kali kita merasakan kantuk yang timbul setelah makan, utamanya setelah makan siang. Fenomena ini dikenal sebagai “food coma” atau postprandial somnolence. Biasanya food coma ditandai dengan rasa ngantuk, lemas, dan penurunan konsentrasi1. Food coma bukan merupakan masalah kesehatan yang serius, namun diperlukan manajemen pola makan yang baik supaya hal ini tidak mengganggu produktivitas kita. Yuk kenalan lebih dalam tentang fenomena ini!
Penyebab food coma
Food coma dapat terjadi karena adanya interaksi dari beberapa faktor, seperti:
1. Konsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat
Setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat, tubuh akan melepaskan hormon seperti cholecystokinin (CCK). Hormon ini memperlambat pergerakan makanan dalam saluran pencernaan, sehingga berefek pada perasaan lesu dan lelah2.
2. Makanan porsi besar
Semakin besar porsi makan, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencerna makanan tersebut. Lonjakan gula darah juga akan terjadi, sehingga akan menyebabkan penurunan tingkat energi yang signifikan setelahnya3,4.
3. Melewatkan sarapan
Sebuah penelitian menemukan bahwa orang yang tidak sarapan, mengalami perubahan aliran darah ke otak setelah makan siang yang berdampak pada peningkatkan kelelahan5.
Pencegahan food coma
Perlu adanya manajemen untuk mencegah fenomena food coma ini, baik dari sisi pola makan, maupun beberapa rekomendasi lain yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan pola hidup sehat lainnya.
1. Makan dalam porsi kecil namun sering
Makanan dalam porsi kecil akan meringankan beban pencernaan dan membantu menyediakan energi yang lebih stabil sepanjang hari. Lonjakan dan penurunan gula darah yang signifikan dan tiba-tiba dapat dihindari dengan mengonsumsi 3 kali makan utama dan 2 kali makanan selingan (snack).
Eits tentu kamu harus memilih snack yang tinggi protein dan serat seperti SOYJOY,! SOYJOY merupakan snack yang terbuat dari kedelai utuh dan memiliki indeks glikemik rendah yang bisa bantu jaga gula darah kamu tetap stabil atau meningkat secara signifikan. Sehingga fenomena food coma pun bias kamu hindari7.
2. Konsumsi makanan gizi seimbang
Daripada mengonsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat, pilihlah menu makanan gizi seimbang, yaitu terdiri dari karbohidrat kompleks, protein, lemak baik, dan serat. Makanan dengan gizi seimbang dapat menyediakan energi lebih lama loh!
3. Terapkan mindful eating
Mindful eating dapat membantu mengurangi stress dan menciptakan suasana yang lebih tenang saat makan. Suasana ini dapat membantu memperlancar pencernaan yang pada akhirnya membantu kita untuk mengenali sinyal kenyang dari tubuh supaya kita tidak makan berlebihan.
4. Berjalan kaki singkat
Aktivitas fisik ringan, seperti berjalan kaki singkat, dapat membantu meningkatkan aliran darah dan mengurangi durasi food coma setelah makan8.
5. Stay hydrated!
Konsumsi air yang cukup akan membantu pencernaan untuk memecah dan menyerap makanan lebih efektif serta efisien. Hal ini dapat mengurangi beban kerja pada sistem pencernaan dan mencegah kelelahan setelah makan. Hidrasi yang tepat juga membantu menjaga kestabilan kadar gula darah, sehingga mengurangi risiko kehabisan energi9.
Referensi:
- Slama, H., Deliens, G., Schmitz, R., Peigneux, P., & Leproult, R. (2015). Afternoon nap and bright light exposure improve cognitive flexibility post lunch. PloS one, 10(5), e0125359. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0125359
- Miller LJ, Desai AJ. Metabolic actions of the type 1 cholecystokinin receptor: Its potential as a therapeutic target. Trends Endocrinol Metab. 2016;27(9):609-619. doi:10.1016/j.tem.2016.04.002
- Murphy, K. R., Deshpande, S. A., Yurgel, M. E., Quinn, J. P., Weissbach, J. L., Keene, A. C., … & Ja, W. W. (2016). Postprandial sleep mechanics in Drosophila. Elife, 5, e19334.
- Martins, A. J., Martini, L. A., & Moreno, C. R. (2019). Prudent diet is associated with low sleepiness among short-haul truck drivers. Nutrition, 63, 61-68.
- Ishizeki, A., Kishino, T., Ogura, S., Kuga, H., Masai, Y., Harashima, K., … & Watanabe, T. (2019). Influence of breakfast on hemodynamics after lunch–a sonographic evaluation of mesenteric and cervical blood flows. Clinical Physiology and Functional Imaging, 39(3), 226-229.
- Ma, M., & Mu, T. (2016). Anti-diabetic effects of soluble and insoluble dietary fibre from deoiled cumin in low-dose streptozotocin and high glucose-fat diet-induced type 2 diabetic rats. Journal of Functional Foods, 25, 186-196.
- Nurdin, N. M., Navratilova, H. F., Ekawidyani, K. R., Pratiwi, D., & Kurniawan, M. Y. (2020). Soy Flour-Based Snack Bar as Potential Snack Alternative for Diabetes Mellitus. Jurnal Gizi dan Pangan, 15(3), 125-132.
- Askaripoor, T., Motamedzade, M., Golmohammadi, R., Farhadian, M., Babamiri, M., & Samavati, M. (2019). Effects of light intervention on alertness and mental performance during the post-lunch dip: a multi-measure study. Industrial health, 57(4), 511–524. https://doi.org/10.2486/indhealth.2018-0030
- Johnson EC, Bardis CN, Jansen LT, Adams JD, Kirkland TW, Kavouras SA. Reduced water intake deteriorates glucose regulation in patients with type 2 diabetes. Nutr Res. 2017;43:25-32. doi:10.1016/j.nutres.2017.05.004
by gl75FKPUUayArC | Feb 20, 2024 | Healthy Living, Soylution
Tahun baru kerap kali menjadi titik balik dimana seseorang menjadi lebih bersemangat dalam menyusun resolusi-resolusi hidup sehat yang ingin dicapai. Banyak dari kita merumuskan resolusi yang berfokus pada kesehatan. Salah satu langkah penting yang bisa diambil adalah mempertimbangkan jenis makanan yang kita konsumsi, khususnya yang berkaitan dengan Indeks Glikemik (IG) makanan tersebut.
Indeks Glikemik suatu makanan menunjukkan kemampuannya untuk meningkatkan gula darah yang diukur dalam skala 0-1001,2. IG suatu makanan dapat dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu rendah (≤55), sedang (56-69), atau tinggi GI (≥70)3.
Makanan yang memiliki IG tinggi akan menyebabkan peningkatan gula darah yang lebih besar dan lebih cepat, karena karbohidrat yang dikandungnya akan dicerna dan diserap lebih cepat daripada makanan ber-IG rendah2. Kenapa sih kamu harus mulai memperhatikan IG dari makanan yang kamu konsumsi? Paling tidak ada 4 alasan ini:
1. Menjaga kadar gula darah
Makanan dengan GI rendah cenderung menghasilkan peningkatan glukosa darah yang lebih lambat dan stabil. Terutama pada penderita prediabetes dan obesitas, makanan dengan IG rendah terbukti mampu menurunkan gula darah setelah makan4. Pilihlah bahan makanan yang memiliki IG rendah, seperti kacang kedelai (IG: 15), kubis (GI: 10), tomat (GI: kurang dari 15), wortel (GI: 16), mentimun (GI: 15), apel (GI: 36), jeruk (GI: 43), dan kurma (GI: 42). Kamu bisa mendapatkan camilan rendah IG yang terbuat dari #KebaikanKedelai utuh dengan mengonsumsi SOYJOY. Indeks glikemik SOYJOY berada pada kategori rendah, yaitu mulai dari 7 hingga 375. Jadi tentunya aman ya untuk membantu menjaga kadar gula darah!
2. Membantu menjaga berat badan
Konsumsi makanan dengan GI rendah dapat membantu dalam menjaga berat badan. Berdasarkan beberapa penelitian, pola makan rendah IG dapat membantu penurunan berat badan dan IMT6,7. Selain itu, makanan rendah IG juga mampu membantu mengurangi penumpukan lemak tubuh karena dapat membakar lemak hingga 5,3 gram lebih banyak, apalagi jika dikonsumsi sebelum berolahraga8,9. Cocok banget buat kamu yang lagi program penurunan berat badan kan?
3. Menjaga agar tidak kalap makan
Konsumsi makanan dengan GI rendah dapat membantu mengontrol nafsu makan karena cenderung memberikan rasa kenyang yang lebih lama dan mengurangi keinginan untuk ngemil atau craving, jika dibandingkan dengan makanan tinggi IG10.
4. Membantu melindungi kesehatan jangka panjang
Pilihan makanan dengan GI rendah juga terkait dengan penurunan risiko penyakit kronis seperti Diabetes Melitus tipe 2 dan jantung karena dapat menurunkan tanda inflamasi dalam tubuh yang berkontribusi pula dalam penurunan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah serta komplikasi diabetes7.
Seperti kedelai, kandungan bioaktif yang terkandung dalam kedelai, berkontribusi pada pengaturan gula darah sehingga bisa mengurangi risiko penyakit Diabetes dan penyakit jantung koroner10,11. Pada Diabetesi, konsumsi makanan rendah IG dapat memperlambat resiko komplikasi kesehatan yang umum terjadi7. Selain itu, pola makan IG rendah dapat menurunkan tekanan darah pada penderita pre-hipertensi dan hipertensi12.
Ternyata banyak sekali ya alasan kenapa kita harus mulai mengonsumsi makanan dengan Indeks Glikemik yang rendah. Bukan hanya tentang penampilan fisik dengan mencapai berat badan yang ideal, tetapi juga tentang investasi jangka panjang dalam kesehatan. Yuk mulai konsumsi SOYJOY sebagai #Re-Soylution cemilan harianmu di Tahun 2024!
Referensi:
- International Organization for Standardization. (2010). Food products–Determination of the glycaemic index (GI) and recommendation for food classification. ISO.
- Augustin, L. S., Kendall, C. W., Jenkins, D. J., Willett, W. C., Astrup, A., Barclay, A. W., … & Poli, A. (2015). Glycemic index, glycemic load and glycemic response: an International Scientific Consensus Summit from the International Carbohydrate Quality Consortium (ICQC). Nutrition, Metabolism and cardiovascular diseases, 25(9), 795-815.
- Sievenpiper, J. L., Chan, C. B., Dworatzek, P. D., Freeze, C., Williams, S. L., & Diabetes Canada Clinical Practice Guidelines Expert Committee. (2018). Nutrition therapy. Canadian journal of diabetes, 42, S64-S79.
- Sipe, A. T., Neuhouser, M. L., Breymeyer, K. L., & Utzschneider, K. M. (2022). Effect of Dietary Glycemic Index on β-Cell Function in Prediabetes: A Randomized Controlled Feeding Study. Nutrients, 14(4), 887.
- Nurdin, N. M., Navratilova, H. F., Ekawidyani, K. R., Pratiwi, D., & Kurniawan, M. Y. (2020). Soy Flour-Based Snack Bar as Potential Snack Alternative for Diabetes Mellitus. Jurnal Gizi dan Pangan, 15(3), 125-132.
- Chiavaroli, L., Lee, D., Ahmed, A., Cheung, A., Khan, T., Mejia, S. B., … & Sievenpiper, J. (2021). Low Glycemic Index/Load Dietary Patterns and Glycemia and Cardiometabolic Risk Factors in Diabetes: A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Current Developments in Nutrition, 5(Supplement_2), 1018-1018.
- Zafar, M. I., Mills, K. E., Zheng, J., Regmi, A., Hu, S. Q., Gou, L., & Chen, L. L. (2019). Low-glycemic index diets as an intervention for diabetes: a systematic review and meta-analysis. The American journal of clinical nutrition, 110(4), 891-902.
- Peres, M., Costa, H. S., Silva, M. A., & Albuquerque, T. G. (2023). The Health Effects of Low Glycemic Index and Low Glycemic Load Interventions on Prediabetes and Type 2 Diabetes Mellitus: A Literature Review of RCTs. Nutrients, 15(24), 5060.
- Sun, F. H., O’Reilly, J., Li, L., & Wong, S. H. S. (2013). Effect of the glycemic index of pre-exercise snack bars on substrate utilization during subsequent exercise. International Journal of Food Sciences and Nutrition, 64(8), 1001-1006.
- Lennerz, B. S., Alsop, D. C., Holsen, L. M., Stern, E., Rojas, R., Ebbeling, C. B., Goldstein, J. M., & Ludwig, D. S. (2013). Effects of dietary glycemic index on brain regions related to reward and craving in men. The American journal of clinical nutrition, 98(3), 641–647. https://doi.org/10.3945/ajcn.113.064113
- Lecerf, J. M., Arnoldi, A., Rowland, I., Trabal, J., Widhalm, K., Aiking, H., & Messina, M. (2020). Soyfoods, glycemic control and diabetes. Nutrition clinique et métabolisme, 34(2), 141-148.
- Schwingshackl, L., Chaimani, A., Schwedhelm, C., Toledo, E., Pünsch, M., Hoffmann, G., & Boeing, H. (2019). Comparative effects of different dietary approaches on blood pressure in hypertensive and pre-hypertensive patients: a systematic review and network meta-analysis. Critical reviews in food science and nutrition, 59(16), 2674-2687.
by gl75FKPUUayArC | Feb 19, 2024 | Healthy Living, Soylution
Momen pergantian tahun biasanya menjadi momentum untuk menyusun resolusi-resolusi di tahun baru. Momentum ini biasanya disebut dengan “The Fresh-Start Effect” dan sangat mungkin untuk menjadi titik perubahan besar1. Umumnya, resolusi tahun baru berfokus pada hal tertentu, seperti kesehatan fisik, penurunan berat badan, mengubah kebiasaan makan, self improvement, kesehatan mental, dan pola tidur2.
Tapi tahukah kamu, kalau penyusunan resolusi akan berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaannya?
Penelitian membuktikan bahwa resolusi atau goals yang disusun berdasarkan pendekatan positif memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian yang disusun dengan pendekatan negatif2. Yuk intip beberapa inspirasi goals dengan pendekatan positif berikut, mungkin salah satunya bisa masuk menjadi goals kamu nih di tahun 2024!
Pertama
From this:
“saya tidak akan makan junkfood lagi”
To this:
“saya akan makan minimal satu porsi sayur dan satu porsi buah setiap harinya.”
Kedua
From this:
“saya tidak akan begadang”
To this:
“saya akan berusaha tidur maksimal pada pukul 10 malam.”
Ketiga
From this:
“saya tidak menjadi obesitas”
To this:
“saya ingin lebih bugar dan lebih kuat dengan berat badan ideal.”
Menjadi terdengar lebih mudah untuk dijalankan bukan? Walaupun terkadang goals menurunkan berat badan sering memiliki tantangan tersendiri karena banyak sekali ‘godaannya’. Seperti kalap makan saat menjalani program penurunan berat badan, mager untuk berolahraga, hingga food craving terhadap snack tinggi kalori.
Nah untuk membantu mewujudkan goals menurunkan berat badan dengan terhindar dari godaan food craving dan kalap makan, ternyata dengan meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi protein dan tinggi serat bisa sangat membantu loh! SOYJOY yang merupakan satu-satunya snack yang terbuat dari kedelai utuh, hadir untuk membantu mewujudkan resolusi-resolusi hidup sehatmu di Tahun 2024. SOYJOY merupakan snack bar yang tinggi protein dan tinggi serat karena terbuat dari #KebaikanKedelaiUtuh.
Pola makan tinggi protein juga terbukti dapat meningkatkan hormon rasa kenyang sehingga bantu kamu untuk tidak kalap makan3. Sedangkan serat merupakan komponen penting yang dibutuhkan oleh tubuh karena memiliki banyak manfaat, seperti membantu melancarkan pencernaan, membantu menjaga kadar gula darah, menciptakan efek kenyang lebih lama, dan dapat membantu menurunkan berat badan4,5.
Yuk mulai ganti camilan tinggi kalori dengan SOYJOY!
Referensi:
- Dai, H., Milkman, K. L., & Riis, J. (2014). The fresh start effect: Temporal landmarks motivate aspirational behavior. Management Science, 60(10), 2563-2582.
- Oscarsson, M., Carlbring, P., Andersson, G., & Rozental, A. (2020). A large-scale experiment on New Year’s resolutions: Approach-oriented goals are more successful than avoidance-oriented goals. PloS one, 15(12), e0234097. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0234097
- van der Klaauw, A. A., Keogh, J. M., Henning, E., Trowse, V. M., Dhillo, W. S., Ghatei, M. A., & Farooqi, I. S. (2013). High protein intake stimulates postprandial GLP1 and PYY release. Obesity, 21(8), 1602-1607.
- Ma, M., & Mu, T. (2016). Anti-diabetic effects of soluble and insoluble dietary fibre from deoiled cumin in low-dose streptozotocin and high glucose-fat diet-induced type 2 diabetic rats. Journal of Functional Foods, 25, 186-196.
- Villanueva-Suárez, M. J., Pérez-Cózar, M. L., Mateos-Aparicio, I., & Redondo-Cuenca, A. (2016). Potential fat-lowering and prebiotic effects of enzymatically treated okara in high-cholesterol-fed Wistar rats. International journal of food sciences and nutrition, 67(7), 828-833.
by gl75FKPUUayArC | Feb 18, 2024 | Healthy Living, Soylution
Pertanyaan pertama: Sudah cukup sehatkah berat badan kamu saat ini?
Salah satu cara untuk melihat status kesehatan dan status gizi adalah dengan membandingkan antara berat badan dan tinggi badan saat ini, atau yang lebih dikenal dengan nama Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Body Mass Index (BMI)1. Terdapat beberapa kategori yang melambangkan apakah status gizi dan berat badanmu saat ini sudah termasuk sehat atau belum, berikut kategorinya:
|
Kategori
|
IMT (kg/m²)
|
|
Sangat kurus
|
< 17,0
|
|
Kurus
|
17,0 – 18,4
|
|
Normal
|
18,5 – 25,0
|
|
Gemuk
|
25,1 – 27,0
|
|
Obesitas
|
> 27,0
|
Sumber: Pedoman Gizi Seimbang (2014)
Jadi, apakah berat badanmu sekarang sudah termasuk kategori sehat?
Pertanyaan kedua: Apakah masih suka skip makan?
Berdasarkan rekomendasi dari Kementrian Kesehatan RI, dalam sehari disarankan untuk mengonsumsi 5 porsi makanan yang terdiri dari 3 kali makan utama, dan 2 kali makanan selingan atau snacking. Hal ini tentu bukan tanpa sebab, karena pada beberapa penelitian membuktikan bahwa melewatkan waktu makan utama memiliki dampak negatif untuk tubuh.
Meskipun melewatkan makan dikaitkan dengan penurunan asupan energi, namun ternyata juga terdapat kaitan dengan peningkatan kalori setiap kali makan, peningkatan lemak darah (trigliserida), dan lemak viseral (lemak perut) yang lebih tinggi. Hal ini merupakan indikator kuat dari profil metabolisme yang merusak2. Melewatkan sarapan juga dapat meningkatkan resiko terkena Diabetes Melitus hingga 55%, peningkatan ini diperantarai oleh BMI3. Wah ternyata sepenting itu ya pola makan teratur untuk kesehatan tubuh kita. Sudahkah kamu makan dengan teratur?
Pertanyaan ketiga: Berapa kali kamu berolahraga dalam 1 minggu?
Olahraga teratur tentu memiliki banyak manfaat bagi tubuh, seperti mengurangi stress dan kecemasan, meningkatkan kekuatan otot dan tulang, hingga menurunkan resiko penyakit-penyakit tidak menular4. Dalam satu minggu kita direkomendasikan untuk melakukan olahraga sebanyak 3-5 kali dengan durasi setiap latihannya selama 30 hingga 60 menit5. Nah, sudah berapa kali nih kamu rutin melakukan olahraga dalam seminggu?
Apakah ketiga pertanyaan tersebut sudah bisa kamu jawab dengan lebih baik?
Tidak terasa ya, 7 varian SOYJOY saat ini sudah menemani resolusimu hingga hari ini. Mulai dari menjadi pilihan snacking bergizi tinggi protein dan tinggi serat yang bisa bantu jaga berat badanmu, snack bar yang bantu jaga gula darah karena memiliki indeks glikemik yang rendah, hingga menjadi pilihan makanan ringan saat berolahraga biar kamu gak kalap makan sehabis olahraga.
Tapi tenang kalau kamu belum bisa menjawab pertanyaan refleksi tadi dengan baik, MinSOY akan setia menemani kamu kok untuk resolusi yang lebih sehat di tahun 2024. Jadi, udah siap menyusun resolusi tahun depan?
Referensi:
- Oniszczenko, W., & Stanisławiak, E. (2019). Association between sex and body mass index as mediated by temperament in a nonclinical adult sample. Eating and Weight Disorders-Studies on Anorexia, Bulimia and Obesity, 24, 291-298.
- House, B. T., Cook, L. T., Gyllenhammer, L. E., Schraw, J. M., Goran, M. I., Spruijt‐Metz, D., … & Davis, J. N. (2014). Meal skipping linked to increased visceral adipose tissue and triglycerides in overweight minority youth. Obesity, 22(5), E77-E84.
- Ballon, A., Neuenschwander, M., & Schlesinger, S. (2019). Breakfast skipping is associated with increased risk of type 2 diabetes among adults: a systematic review and meta-analysis of prospective cohort studies. The Journal of nutrition, 149(1), 106-113.
- Abou Elmagd, M. (2016). Benefits, need and importance of daily exercise. Int. J. Phys. Educ. Sports Health, 3(5), 22-27.
- Kementrian Kesehatan RI. (2017). Buku Saku Ayo Bergerak, Lawan Obesitas!. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
by gl75FKPUUayArC | Feb 17, 2024 | Healthy Living, Soylution
Berbicara tentang berat badan, banyak orang yang melihat berat badan hanya terpatok pada angka yang ada di timbangan saja. Tapi ternyata berat badan kita bukan hanya sekedar angka loh! Ada banyak sekali komposisi tubuh yang termasuk dalam angka tersebut.
Pada dasarnya, komposisi tubuh kita terdiri dari 4 hal, yaitu air, tulang, otot, dan lemak. Komposisi tubuh ini dapat diukur menggunakan sebuah alat bernama Bioelectrical Impedance Analysis (BIA)1 atau timbangan berat badan yang memiliki kemampuan mengukur komposisi tubuh. Ada beberapa alasan mengenai pentingnya memperhatikan komposisi tubuh, seperti mencegah penyakit kronis2,3, menentukan pola makan yang tepat, dan menetukan jenis olahraga yang tepat sehingga penurunan berat badanmu dapat lebih efektif4. Setidaknya ada 3 komposisi tubuh ini yang harus kamu perhatikan:
1. Lemak tubuh
Lemak tubuh adalah salah satu komposisi tubuh yang perlu diperhatikan karena terbukti memiliki hubungan langsung dengan peningkatan resiko penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan diabetes5. Angka normal persen lemak tubuh adalah <20% untuk laki-laki dan <30% untuk perempuan6,7. Faktor paling besar yang dapat menyebabkan peningkatan persen lemak tubuh adalah kurangnya aktivitas fisik8. Sehingga sangat disarankan untuk melakukan olahraga minimal 30 menit per hari dengan jenis olahraga kardio, seperti berenang, bersepeda, dan berlari yang dapat menjadi pilihan terbaik untuk menurunkan persen lemak tubuh.
Selain itu asupan kalori harian yang berlebih juga akan ditimbun menjadi jaringan lemak9. Agar tidak kalap makan setelah berolahraga, kamu bisa konsumsi SOYJOY yang kaya akan protein dan serat karena terbuat dari kebaikan kedelai utuh, sehingga bisa bantu kamu untuk kenyang lebih lama loh!
2. Otot tubuh
Otot merupakan komposisi tubuh yang berperan sebagai penggerak tubuh sehingga jumlahnya dapat berubah tergantung dari aktivitas fisik yang dijalani. Selain itu otot memiliki fungsi penting dalam metabolisme tubuh yaitu sebagai ‘pabrik energi’ dan penyimpan gula10.
Penting untuk memperhatikan persen otot tubuh agar minimal berada di rentang normal, yaitu >33% untuk laki-laki dan >26% untuk perempuan11. Cara yang dapat kamu lakukan untuk menjaga atau meningkatkan otot tubuh adalah dengan melakukan olahraga strength atau kekuatan, seperti push-up, sit-up, atau olahraga menggunakan beban lainnya. Menjaga kecukupan asupan protein harian juga dapat menjaga otot tubuh, jadi pastikan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein baik dari makan besar ataupun cemilan kamu, ya12!
Salah satu cemilan tinggi protein dari kebaikan kedelai utuh yang praktis dan bisa kamu dapatkan dengan mudah adalah SOYJOY. Sekarang kamu menikmati SOYJOY dalam varian rasa yang lebih banyak dengan hadirnya 2 varian baru, yaitu SOYJOY Tropical Cranberries dan Lekker & Nuts. Udah cobain belum nih?
3. Lemak visceral
Lemak visceral adalah jaringan lemak yang terakumulasi di daerah perut dan membungkus organ-organ yang ada di perut. Apabila jumlahnya berlebih, lemak visceral dapat memicu resistensi insulin dan inflamasi kronis pada tubuh yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik, hipertensi, dan diabetes melitus13,14,15.
Lemak visceral juga berkontribusi kepada besarnya lingkar perut yang jauh lebih berbahaya dampaknya16. Maka sangat disarankan untuk memiliki lemak visceral <10 serta lingkar perut <80 cm untuk wanita dan <90 cm untuk laki-laki17.
Sekarang kamu sudah aware kan kalo ternyata angka berat badan terdiri dari banyak komposisi tubuh yang harus diperhatikan juga? Jangan hanya terpatok pada angka ya, tapi lebih dari itu, ayo mulai perhatikan komposisi otot dan lemak tubuhmu! SOYJOY akan selalu setia nemenin kamu kok, karena kebaikan kedelai utuhnya, bantu jaga berat badan kamu.
Referensi:
- Khalil, S. F., Mohktar, M. S., & Ibrahim, F. (2014). The theory and fundamentals of bioimpedance analysis in clinical status monitoring and diagnosis of diseases. Sensors, 14(6), 10895-10928.
- Jastreboff, A. M., Kotz, C. M., Kahan, S., Kelly, A. S., & Heymsfield, S. B. (2019). Obesity as a disease: the obesity society 2018 position statement. Obesity, 27(1), 7-9.
- Bosy-Westphal, A., Braun, W., Geisler, C., Norman, K., & Müller, M. J. (2018). Body composition and cardiometabolic health: the need for novel concepts. European journal of clinical nutrition, 72(5), 638-644.
- Sedlmeier, A. M., Baumeister, S. E., Weber, A., Fischer, B., Thorand, B., Ittermann, T., … & Leitzmann, M. F. (2021). Relation of body fat mass and fat-free mass to total mortality: results from 7 prospective cohort studies. The American Journal of Clinical Nutrition, 113(3), 639-646.
- Zeng, Q., Dong, S. Y., Sun, X. N., Xie, J., & Cui, Y. (2012). Percent body fat is a better predictor of cardiovascular risk factors than body mass index. Brazilian Journal of Medical and Biological Research, 45, 591-600.
- Lohman, T. G. (1986). Applicability of body composition techniques and constants for children and youths. Exercise and sport sciences reviews, 14, 325-357.
- Nagamine S. Assessment of obesity from skinfold thickness. Nihon-ishikai-zassi. 1972;68.
- Zanovec, M., Lakkakula, A. P., Johnson, L. G., & Turri, G. (2009). Physical activity is associated with percent body fat and body composition but not body mass index in white and black college students. International journal of exercise science, 2(3), 175.
- Monteiro, P. A., Antunes, B.deM., Silveira, L. S., Christofaro, D. G., Fernandes, R. A., & Freitas Junior, I. F. (2014). Body composition variables as predictors of NAFLD by ultrasound in obese children and adolescents. BMC pediatrics, 14, 25. https://doi.org/10.1186/1471-2431-14-25.
- Moore, D. R., & Philp, A. (2020). Nutritional Strategies to Promote Muscle Mass and Function Across the Health Span. Frontiers in Nutrition, 7, 185.
- Omron Healthcare Asia Pacific.
- Stokes, T., Hector, A. J., Morton, R. W., McGlory, C., & Phillips, S. M. (2018). Recent perspectives regarding the role of dietary protein for the promotion of muscle hypertrophy with resistance exercise training. Nutrients, 10(2), 180.
- Pradana, A., Seno, K., & Puruhita, N. (2014). Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan nilai lemak viseral (Studi kasus pada mahasiswa kedokteran Undip) (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine Diponegoro University).
- Susantini, P. (2021). Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Persen Lemak Tubuh, dan Lemak Viscelar di Kota Semarang. Jurnal Gizi, 10(1), 51-59.
- Sofa, I. M. (2018). Kejadian Obesitas, Obesitas Sentral, dan Kelebihan Lemak Viseral pada Lansia Wanita The Incidence of Obesity, Central Obesity, and Excessive Visceral Fat among Elderly Women. Amerta Nutr, 228-36.
- Rahma, A., & Baskari, P. S. (2019). Pengukuran Indeks Massa Tubuh, asupan lemak, dan asupan natrium kaitannya dengan kejadian hipertensi pada kelompok dewasa di Kabupaten Jombang. Ghidza Media Jurnal, 1(1), 53-62.
- Kementrian Kesehatan RI. (2019). Yuk, Sobat Sehat Cek Lingkar Perut Anda. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.