7 Alasan Anda Selalu Merasa Lapar

7 Alasan Anda Selalu Merasa Lapar

Baru makan tapi sudah merasa lapar lagi? Yuk, kenali penyebabnya.

Gejala lapar biasanya mudah dikenali, seperti perut keroncongan atau berbunyi, sulit konsentrasi, memikirkan makanan dan gampang sekali tersulut emosinya. Biasanya rasa lapar akan menyerang setiap 3-4 jam setelah Anda makan, dan akan meningkat seiring bertambahnya waktu bila Anda tidak mengonsumsi apa pun. Namun, ada kalanya Anda merasa lapar padahal baru saja Anda makan. Ada banyak alasan mengapa perut Anda sering berbunyi padahal baru saja Anda makan.

Penyebab lapar

Rasa lapar tidak selalu berarti Anda butuh makanan. Inilah yang membuat diet Anda kerap berantakan, karena selalu memenuhi keinginan rasa lapar Anda. Padahal bisa jadi rasa lapar Anda bukan karena Anda kurang makan, tapi beberapa hal ini:

1. Anda dehidrasi

Rasa haus dan lapar terkadang sulit dibedakan. Seringkali rasa haus disalahartikan menjadi rasa lapar. Sehingga bukannya mencari air, Anda malah mencari makanan. “Padahal tubuh Anda hanya butuh cairan,” kata Alissa Rumsey, RD, juru bicara American Academy of Nutrition and Dietetics. Menurut Alissa terjadi kebingungan di hipotalamus, bagian otak yang mengatur keduanya, nafsu makan dan haus. Untuk mencegah kebingungan ini pastikan asupan cairan Anda terpenuhi.   Jika Anda merasa lapar, dan Anda belum banyak minum hari itu, cobalah minum segelas air dan tunggu 15 sampai 20 menit untuk melihat apakah kelaparan Anda mereda.

2. Anda kurang tidur

Kurang tidur dapat menyebabkan lonjakan kadar ghrelin, hormon yang merangsang nafsu makan, serta penurunan kadar leptin, hormon yang menyebabkan perasaan kenyang, begitu kata Rumsey. Tidur yang sedikit membuat Anda cenderung merasa lelah ketika bangun. Akibatnya, sistem pada tubuh Anda yang sangat membutuhkan energi, memicu hasrat untuk mengonsumsi gula.

3. Terlalu banyak karbohidrat

Karbohidrat seperti nasi, pasta, kue kering, , biskuit, dan mie meningkatkan kadar gula darah dengan cepat, lalu terjun bebas (drop)  dengan cepat pula. Penurunan kadar gula darah inilah yang menyebabkan Anda merasa  lapar.

4. Anda sedang stres

Saat Anda sedang tegang, sistem Anda meningkatkan produksi hormon stres adrenalin dan kortisol. Kadar hormon yang meningkat ini menipu sistem Anda sehingga berpikir mendapat serangan dan membutuhkan energi, sehingga nafsu makan Anda mulai mengamuk. Stres juga mengurangi kadar seretonin kimia otak, dan itu bisa membuat Anda merasa lapar saat tidak tidur.

5. Anda membutuhkan protein

“Protein tidak hanya tinggal di perut Anda dan meningkatkan perasaan kenyang tapi terbukti efektif menekan nafsu makan,” kata Alissa. Acuan Label Gizi Indonesia menyatakan bahwa kebutuhan protein harian orang Indonesia rata-rata 60 gram per hari.

6. Anda tidak cukup makan lemak

Sama seperti protein, lemak tak jenuh juga terkait dengan perasaan kenyang. “Ketika Anda puas setelah makan, Anda lebih mungkin mendengarkan isyarat kelaparan Anda dan tidak makan lagi sampai Anda benar-benar lapar,” kata Alissa. Tambahkan jenis lemak sehat seperti kacang-kacangan, biji-bijian dan alpukat. Para ahli menyarankan agar orang dewasa membatasi asupan lemaknya menjadi 20 sampai 35% dari total kalori harian mereka.

7. Anda melewatkan makan

Saat Anda melewatkan makan dan perut Anda kosong terlalu lama akan meningkatkan hormon kelaparan, ghrelin, sehingga meningkatkan nafsu makan Anda. Cobalah untuk tidak melewatkan waktu makan. Jangan membiarkan perut Anda tidak terisi lebih dari 4 sampai 5 jam.

Kenyang lebih lama

Anda tidak harus makan lebih banyak untuk membuat perut Anda kenyang lebih lama dan tidak cepat lapar. Coba cara berikut ini:

1. Pilih makanan yang tepat

Tubuh Anda mengapresiasi makanan sehat yang dikonsumsi dalam porsi yang tepat. Anda bisa membagi makanan yang akan dikonsumsi untuk sarapan, makan siang, dan malam serta camilan. Pilihan makanannya juga penting Anda perhatikan. Jangan mengkonsumsi sumber karbohidrat secara berlebihan, konsumsi protein yang cukup, lemak sehat sesuai anjuran dan perbanyak serat seperti kacang kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran.

2. Cut carbo

Mengonsumsi sumber karbohidrat seperti nasi, pasta, mie, donat, kue dan biskuit akan membuat Anda gampang lapar. Karena itu kurangi asupannya. Caranya? Siasati saja dengan mengonsumsi snack sehat seperti SOYJOY, 2 jam sebelum makan. SOYJOY yang tinggi   protein dan serat ini akan membuat Anda merasa kenyang lebih lama, sehingga mengurangi keinginan untuk mengonsumsi karbohidrat saat makan besar pagi, siang dan malam.

3. Tidur cukup

Tidur yang berkualitas bisa membantu Anda menurunkan berat badan. Berapa jam waktu tidur yang dianggap baik? Berdasarkan saran dari National Sleep Foundation, orang dewasa membutuhkan tidur 7-9 jam setiap hari dan orang tua di atas 65 tahun membutuhkan tidur 7-8 jam setiap hari.

4. Baca label nutrisi makanan sebelum mengonsumsi

Membaca label nutrisi sama pentingnya dengan mengonsumsi makanan itu sendiri. Dengan mengetahui informasi ini Anda jadi bisa mengukur diri sudah berapa banyak karbohidrat, protein dan serat yang Anda konsumsi. Maka itu, ketika Anda berada di toko makanan, Anda harus memeriksa labelnya dan mengkonfirmasi jenis lemak yang dimiliki atau berapa banyak serat yang dimilikinya. Selamat mencoba.

Superfood Kedelai Untuk Turunkan Berat Badan

Superfood Kedelai Untuk Turunkan Berat Badan

Kedelai tidak hanya dikenal sebagai superfood yang memiliki nutrisi tinggi, tapi juga jadi pilihan favorit para pelaku diet untuk menurunkan berat badan.

Kedelai termasuk kacang polong yang banyak dijumpai di Indonesia. Kedelai telah dibudidayakan di China sejak abad kesebelas SM. Mungkin karena tingginya protein pada kedelai, maka kedelai juga mempunyai julukan daging tanpa tulang. Kedelai termasuk tanaman yang kaya vitamin dan mineral dengan banyak serat larut dan asam lemak omega-3 dan omega-6 berbasis tanaman. Lebih penting lagi, kedelai mengandung banyak fitoestrogen yang telah diakui oleh banyak peneliti sebagai pencegah penyakit kardiovaskular, kanker dan osteoporosis. Selain itu fitoestrogen juga terbukti mampu membantu meringankan gejala menopause dan menstruasi pada wanita. Tak kalah penting, kedelai juga menjadi favorit mereka yang ingin menurunkan berat badan. Bagaimana fakta dan cara kerjanya?

Mengurangi rasa lapar

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kedelai dapat membantu menurunkan berat badan dengan menirukan hormon dalam tubuh yang mengurangi rasa lapar. Manfaat kedelai untuk penurunan berat badan tidak terjadi begitu saja, tapi telah melalui serangkaian penelitian yang panjang.

Peneliti berteori bahwa dalam tubuh mamalia, kedelai memiliki fungsi yang serupa dengan hormon metabolikleptin, yang memiliki fungsi memberi isyarat kenyang pada  otak  yang membuat seseorangharus berhenti makan.

Dalam suatu percobaan klinis, diet kedelai merupakan cara ampuh untuk menurunkan berat badan, tentunya dengan diimbangi dengan olahraga. Hasil percobaan klinis menunjukkan mereka yang mengonsumsi kedelai disertai dengan olahraga selama 30-45 menit, selama enam hari setiap minggu, rata-rata dapat menurunkan emak perut sekitar 25% dalam 16 minggu. Hal ini karena  kedelai yang tinggi serat dan protein membuat kenyang lebih lama, sehingga dapat membantu mengendalikan nafsu makan.

Indeks glikemik rendah

Kedelai memiliki  protein berkualitas tinggi yang mengandung asam amino esensial untuk nutrisi manusia. Selain tinggi protein dan serat, kedelai juga memiliki indeks glikemik rendah. Itu artinya mengonsumsi kedelai tidak akan menyebabkan lonjakan gula darah dengan cepat, sehingga rasa kenyang akan bertahan lebih lama dan nafsu makan Anda terkendali dengan baik. Indeks glikemik yang rendah juga membuat kedelai aman dikonsumsi oleh penyandang  diabetes.

Berdasarkan rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA, mengonsumsi 25 gram protein kedelai setiap hari, sebagai bagian dari diet rendah lemak jenuh dan kolesterol, dapat mengurangi risiko penyakit jantung.

Kedelai bisa dikonsumsi dalam bentuk tradisionalatau dibuat dalam bentuk olahan, seperti snack yang sehat dan lezat seperti SOYJOY. Terbuat dari kedelai yang kaya serat dan protein, SOYJOY merupakan pilihan sehat para pelaku diet. Memiliki indeks glikemik rendah, SOYJOY dicerna perlahan oleh tubuh sehingga membuat kenyang lebih lama. Konsumsi SOYJOY 2 jam sebelum makan untuk membantu mengurangi konsumsi karbohidrat berlebih.

Mitos atau Fakta Nasi Putih Sebabkan Diabetes?

Mitos atau Fakta Nasi Putih Sebabkan Diabetes?

Penyakit diabetes adalah satu dari sekian penyakit yang memicu angka kematian yang lebih tinggi daripada penyakit berbahaya lainnya seperti kanker payudara dan AIDS.

Di Indonesia, penderita diabetes yang meninggal pada umur 30-69 tahun mencapai 48.300 orang dengan jumlah penderita perempuan lebih besar dibandingkan pria.

Penyakit diabetes bisa menyebabkan pengaruh yang sangat besar pada tubuh, yakni munculnya berbagai jenis penyakit lain sebagai komplikasi pada penderitanya.

Karena itulah, diabetes menjadi penyakit yang wajib diwaspadai baik bagi mereka yang sudah terkena diabetes maupun yang tidak.

Melihat efek buruk yang ditimbulkan penyakit diabetes, banyak orang kerap termakan mitos atau informasi yang belum teruji kebenarannya.

Agar anda tak menjadi bingung atas informasi yang beredar tentang diabetes, ada mitos dan fakta tentang diabetes yang sebaiknya anda perhatikan. Misalnya soal nasi putih.

Banyak yang beranggapan, nasi putih berpotensi menimbulkan penyakit diabetes dibandingkan makanan atau minuman lain yang manis-manis.

Benarkah pernyataan tersebut? Mitos atau faktakah bila nasi putih mampu memicu resiko penyakit diabetes?

Menurut penelitian Health Promotion Board Singapura, memang benar bahwa konsumsi nasi berlebihan lebih berpotensi menyebabkan diabetes daripada minuman bersoda yang manis.

Hal ini dikarenakan nasi putih mengandung zat pati dan bisa membebani tubuh dengan gula darah sehingga meningkatkan risiko terkena diabetes.

Direktur Pelaksana Health Promotion Board (HPB), Zee Yoong Kang menyatakan, ada kebiasaan dan pola makan masyarakat asia yang meningkatkan resiko diabetes.

“Kebanyakan karbohidrat yang dikonsumsi orang Asia adalah refined carbohydrates, seperti nasi, mie, atau pasta, yang kadar gulanya lebih tinggi, “ungkap Direktur pelaksana HPB, Zee Yoong Kang.

Refined carbohydrates adalah karbohidrat yang memiliki struktur glukosa tunggal (sederhana), dan telah mengalami proses pengolahan makanan berulangkali atau proses pabrik.

Karena serat-serat pada beras banyak yang hilang saat diolah, maka nasi putih, ketan, pati, tepung, dan makanan mengandung tepung dan gula termasuk dalam makanan refined carbohydrates.

Dr Grace Judio-Kahl, MSc, MH, CHt, pendiri klinik lightHOUSE dan pakar Fisiologi mengungkapkan, nasi putih saat mulai dikunyah memicu adanya gula di dalam darah. Naiknya sangat cepat, biasa dihitung dengan angka  atau  indeks glikemik (IG).

“Makin tinggi angkanya, makin cepat gula darah naik tetapi makin cepat kadar gula tersebut turun lagi sehingga menyebabkan mudah lapar, “ tambahnya.

Namun, anggapan sebagian besar orang yang menyatakan tidak boleh memakan nasi bagi penderita diabetes adalah mitos.

Linda Murphy, RN, dari Rumah Sakit Rehabilitasi HealthSouth di New Jersey, Amerika Serikat menyatakan, penderita diabetes masih bisa makan karbohidrat seperti nasi, hanya saja membutuhkan perhitungan yang tepat saat mengkonsumsinya.

“Banyak orang yang berpikir jika mereka menderita diabetes tidak akan bisa lagi untuk mengonsumsi makanan berkarbohidrat. Namun dengan jumlah yang terbatas mereka yang terkena diabetes bisa tetap makan makanan berkarbohidrat,” kata Linda Murphy, RN, dari Rumah Sakit Rehabilitasi HealthSouth di New Jersey, Amerika Serikat.

Mengurangi konsumsi karbohidrat yang berlebihan harus dilakukan, baik bagi penyandang diabetes maupun yang bukan penyandang diabetes, meskipun memang terasa sulit bagi kultur dan pola makan yang telah mengakar di Indonesia.

Lantas, apa yang mesti dilakukan agar tubuh bisa tetap merasa kenyang meski harus mengurangi porsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan tanpa harus bersusah-susah, di antaranya melakukan diet CUT CARBO.

Sebagaimana namanya, diet CUT CARBO dilakukan dengan cara mengurangi asupan karbohidrat berlebih pada menu makan besar.

Misalnya mengurangi porsi nasi, roti, atau mie yang biasa dimakan dan menambah asupan protein, sayuran dan buah-buahan yang lebih banyak.

Selain makanan berat, kebiasaan ngemil yang kurang sehat juga harus diubah.

Konsumsilah camilan tinggi serat dan protein yang bisa mengontrol rasa lapar, seperti cemilan yang terbuat dari kacang kedelai.

Camilan yang terbuat dari kacang kedelai diantaranya adalah SOYJOY. SOYJOY tinggi serat dan protein, bisa dikonsumsi dua jam sebelum makan besar, supaya tidak kelaparan dalam mengurangi porsi karbohidrat saat makan besar tersebut.

Melalui Diet CUT CARBO, anda tidak perlu benar-benar menghilangkan nasi dari menu makanan anda.

Cukup dengan mengurangi porsi makan nasi dan berolahraga yang teratur, kesehatan anda bisa terjaga serta menghindarkan anda dari bahaya diabetes tanpa harus merasa tersiksa.

Cara Hidup Sehat Cegah Obesitas & Diabetes

Cara Hidup Sehat Cegah Obesitas & Diabetes

Jumlah penderita obesitas di seluruh dunia terus meningkat. Di negara berkembang, angkanya melonjak dari 8% menjadi 15%. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan adanya peningkatan angka obesitas dari 19,1% pada 2007 menjadi 28,9% pada 2013.

Kombinasi kurang gerak dengan pola makan tidak sehat memicu peningkatan kasus obesitas. “Fenomena malas gerak (mager), memicu gaya hidup sendentary (kurang aktivitas). Ditambah makanan yang high sugar dan high salt sehingga risiko obesitas meningkat,” kata peneliti kebugaran dr. Indrarti Soekotjo, SpKO, seperti dikutip dari detikhealth.

Bukan hanya risiko obesitas saja yang mengancam akibat makanan tinggi gula dan malas gerak, melainkan juga ancaman diabetes. Prof. Dr. dr. I Made Djaja, SKM, M.Sc dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia melihat pemicu diabetes adalah gula dalam darah yang terlalu tinggi yang umumnya berasal dari makanan yang tinggi karbohidrat.

“Dulu kita mengenal diabetes itu adalah penyakit keturunan, namun seseorang yang tidak mempunyai keturunan diabetes pun dapat terserang juga. Salah satu penyebab diabetes yakni mengonsumsi karbohidrat terlalu banyak. Gula dari karbohidrat yang berlebihan secara terus menerus bisa menyebabkan tubuh mengalami resistensi insulin sehingga tubuh tidak bisa mengubah karbohidrat menjadi energi dan glikogen. Gula dalam darah akan menumpuk dan menyebabkan diabetes,” ucapnya.

Meskipun demikian, mayoritas orang Indonesia masih kesulitan mengubah gaya hidup mereka untuk mengurangi karbohidrat. Misalnya mengurangi nasi yang merupakan makanan pokok orang Indonesia. Ditambah lagi kegemaran mengonsumsi gorengan, teh manis dan lainnya yang juga tinggi karbohidrat dan lemak.

Padahal, salah satu solusi untuk mengatasi obesitas dan diabetes adalah lebih banyak bergerak serta mengurangi karbohidrat yang berlebihan. Studi dari University of Ireland menyebutkan orang dewasa yang mengurangi asupan karbohidrat atau cut carbo, cenderung memiliki tubuh ramping dan kondisi tubuh lebih sehat.

Tekanan darah serta kadar gula darahnya juga lebih rendah sehingga lebih terlindungi dari risiko penyakit diabetes tipe 2, jantung dan kanker. Tapi diet rendah karbohidrat bukan berarti memangkas habis asupan karbohidrat yang Anda butuhkan.

Sebab karbohidrat sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi utama. Menurut penelitian ini, para peneliti menyarankan kepada partisipan untuk mengurangi asupan karbohidrat sebanyak 40 gram setiap kali makan atau mengurangi setengah porsi dari jumlah yang biasa dimakan.

Bagi Anda yang merasakan kesulitan mengurangi porsi karbohidrat, kini ada cara mudah untuk mengurangi karbohidrat tanpa khawatir kelaparan. Caranya yakni diet cut carbo dengan SOYJOY 2 jam sebelum makan.

SOYJOY adalah snack sehat yang terbuat dari kedelai yang kaya serat dan protein. Dicerna perlahan oleh tubuh sehingga membuat kenyang lebih lama. Cukup konsumsi Soyjoy 2 jam sebelum makan, membuat diet cut carbo jadi tidak menyiksa. Info lebih lanjut lihat videonya di bawah ini :

5 Kesalahan Umum Saat Melakukan Diet Karbohidrat

5 Kesalahan Umum Saat Melakukan Diet Karbohidrat

Anda sudah mengurangi karbohidrat, tapi berat badan tidak kunjung turun? Kemungkinan lima kesalahan ini penyebabnya.

Diet rendah karbohidrat memang efektif dalam menurunkan berat badan. Namun, bila tidak dilakukan dengan benar, hasilnya tidak akan terlihat. Berat badan tetap turun naik, dan Anda malah jadi lemas dan tidak bertenaga.

Menurut dua peneliti diet rendah karbohidrat terkemuka di dunia, Dr Jeff S. Volek dan Dr. Stephen D. Phinney, dalam buku The Art and Science of Low-Carbohydrate Living, mengurangi karbohidrat saja tidak cukup jika Anda ingin lebih sehat dan berenergi.

Kesalahan Diet

Jika diet rendah karbohidrat yang Anda jalankan belum menunjukkan hasil memuaskan, kemungkinan Anda melakukan lima kesalahan umum ini.

1. Makan Terlalu Banyak Karbohidrat

Berapa banyak karbohidrat yang Anda konsumsi setiap hari? Beberapa orang mengatakan, makanan apapun di bawah 100-150 gram perhari termasuk rendah karbohidrat. Tapi, jika Anda ingin masuk ke fase ketosis (fase metabolisme normal, ada cukup karbohidrat untuk dibakar), maka tingkat konsumsi di atas mungkin berlebihan. Mungkin Anda perlu karbohidrat di bawah 100 gram perhari untuk masuk ke fase ketosis penuh. Jumlah tersebut membuat Anda tidak memiliki banyak pilihan kecuali sayuran dan buah.

2. Makan Terlalu Banyak Protein

Protein dapat meningkatkan rasa kenyang dan meningkatkan pembakaran lemak dibandingkan dengan makronutrien lainnya. Secara umum, mengasup banyak protein seharusnya bisa menyebabkan penurunan berat badan. Namun, ketika Anda makan protein lebih banyak dari kebutuhan tubuh, beberapa asam amino dalam protein akan berubah menjadi glukosa melalui proses yang disebut glukoneogenesis. Terlalu banyak protein akan mencegah tubuh Anda masuk ke fase ketosis penuh.

Menurut Volek dan Phinney,jumlah yang baik untuk membantu Anda mencapai tujuan diet adalah 1,5-2,0 gram perkilogram berat badan.

3. Takut Makan Lemak

Jika Anda sudah sangat membatasi asupan karbohidrat yang merupakan sumber energi, Anda memerlukan lemak sebagai penggantinya. Jika tidak , Anda akan kelaparan dan akhirnya menyerah dan stop diet. Tidak ada alasan untuk takut gemuk, selama Anda memilih lemak sehat seperti lemak tak jenuh tunggal, dan Omega-3, sambil menghindari lemak trans.

Volek dan Phinney menyarankan untuk mengonsumsi asupan lemak sekitar 70 persen dari total kalori yang Anda butuhkan sehari-hari. Pilih daging rendah lemak dan asup lemak baik seperti yang banyak terdapat di dalam ikan dan minyak zaitun.

4. Tidak Sabar

Bila Anda mengurangi karbohidrat secara drastis, maka tubuh akan beralih ke sumber energi lain, misalnya lemak. Perlu beberapa hari atau bahkan beberapa minggu bagi tubuh untuk bisa beradaptasi, dari ‘membakar karbohidrat’ ke mode ‘membakar lemak. Jadi penting untuk bersabar dan patuh pada rencana diet  sehingga adaptasi metabolik ini dapat berlangsung.

Agar upaya diet mengurangi karbohidrat tidak terasa berat, makanlah SOYJOY dua jam sebelum makan. Camilan yang kaya serat dan rendah glikemik indah (LOW GI) ini akan membuat perut Anda merasa kenyang lebih lama dan menahan nafsu makan.

Bijak Memilih Karbohidrat

Memilih karbohidrat yang tepat, sangat penting untuk kesuksesan program diet Anda. Agar tubuh merasa kenyang lebih lama, pilihlah karbohidrat kompleks seperti kentang, ubi, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Hindari atau kurangi karbohidrat sederhana seperti  nasi, roti dan pasta atau mie.

Selain sumber karbohidrat, pengolahan makanan juga perlu Anda perhatikan. Pilihlah makanan utuh seperti buah dan sayur ketimbang makanan olahan seperti keripik kentang, roti putih, sereal manis, gorengan dan sebagainya. Pasalna, selama pengolahan banyak nutrisi dan serat yang hilang selama proses pengolahan, seperti lemak, gula, dan garam.

Melawan Mitos Susah Kenyang kalau Belum Makan Nasi

Melawan Mitos Susah Kenyang kalau Belum Makan Nasi

Di Indonesia, sebagian besar orang punya pola pikiran yang sama tentang nasi dan rasa  kenyang. “Rasanya belum kenyang kalau belum makan nasi,” lebih kurang begitu.

Kutipan itu makin nyaring dan dibuktikan oleh orang-orang Indonesia yang hampir selalu menyatakan diri belum makan karena memang belum mengonsumsi nasi pada waktu-waktu tertentu.

Ketergantungan terhadap nasi juga menghinggapi orang-orang Indonesia yang kebetulan sedang ada urusan di luar negeri, tempat nasi bukan menjadi bahan makanan pokok. Ada saja yang berujar, perut rasanya tidak kenyang kalau belum diisi nasi.

Begitu juga dengan turis atau pendatang yang pernah menginjakkan kaki di Indonesia. Nasi seakan membuat rindu.

Barack Obama, misalnya, punya riwayat tinggal di bumi pertiwi terhitung 1967-1971. Masih ingatkah Anda soal ujarannya ketika ia masih menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dan mengunjungi Indonesia pada 2010?

Berkali-kali Obama berujar terima kasih atas jamuan nasi goreng yang menjadi salah satu menunya.

Nasi goreng bukan sembarang menu yang tersaji, melainkan sudah menjadi harapan Obama sebelum sampai di Indonesia. Pada kunjungan Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono ke AS masa itu, Obama mengemukakan rindunya pada menu asli Indonesia yang memakai bahan baku beras tersebut.

Cerita di balik nasi

Pada dasarnya, perasaan belum kenyang kalau belum makan nasi adalah tanda bahwa seseorang sudah ketergantungan. Apa yang membuat nasi bisa seperti itu?

Penjelasan secara ilmiah pernah diungkapkan oleh para peneliti dari Boston Children’s Hospital di Amerika pada 2013. Menurut temuan tim, makanan yang memiliki indeks glikemik tinggi berpotensi menimbulkan adiksi. Indeks glikemik adalah angka yang menunjukan seberapa cepat suatu makanan meningkatkan gula darah pada tubuh, semakin tinggi indeks glikemik suatu makanan, semakin cepat gula darah naik setelah mengonsumsi makanan tersebut.

Di antara makanan yang masuk dalam kriteria tersebut ada nasi, roti putih, kentang, dan gula . Dijelaskan bahwa terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat menyebabkan rasa lapar berlebihan (cepat kenyang, tapi cepat membuat lapar lagi) dan merangsang area otak yang berkaitan dengan rasa ketagihan.

Khusus nasi, penjelasan ilmiah lain datang dari juru bicara yang menjadi representasi ahli diet dari American Dietetic Association (ADA), Christine Gerbstadt. Ia menyebutkan dalam artikel berjudul “13 Ways to Fight Sugar Cravings” pada laman webmd.com bahwa karbohidrat mengandung gula sehingga memiliki kesamaan sifat bisa menimbulkan ketagihan ketika tubuh menerimanya.

“Manis adalah cita rasa pertama yang cenderung dipilih manusia sejak lahir,” ujar Gerbstadt.

Di sisi lain, karbohidrat dengan rasanya yang cenderung manis merangsang pelepasan serotonin—zat kimia otak yang dapat memperbaiki suasana hati dan dipercaya dapat mengurangi kesedihan dan depresi—sehingga yang mengonsumsinya bisa merasakan bahagia.

Ditambah lagi, rasa manis juga bisa melepaskan zat endorfin—senyawa kimia yang membuat seseorang merasa senang selain berguna juga untuk kekebalan tubuh.

Masalahnya, ada dampak lain yang dihasilkan di luar adanya zat-zat tersebut, yaitu dampak penyakit yang dibisa ditimbulkan apabila asupan karbohidrat berlebihan.

Dalam artikel “Guides Food Addiction” yang ditayangkan oleh psychguides.com disebutkan bahwa imbas jangka panjang mengonsumsi—apalagi secara berlebihan sehingga bisa dikatakan ketergantungan pada nasi—bisa menyebabkan diabetes tipe 2.

Untuk menghilangkan rasa ketergantungan, orang perlu membatasi konsumsi nasi. Akan tetapi, beberapa hasil riset menunjukkan, mengurangi takaran konsumsi biasanya bisa jadi sulit.

Buku Human Psysiology: From Cell to Systems yang disusun Lauralee Sherwood memberi penjelasan hubungan antara makanan yang dikonsumsi dan volume perut.

Tertulis di sana bahwa perut memiliki volume sekitar 50 mililiter (ml) saat kosong. Akan tetapi, volume bisa membesar 20 kali lipat saat terisi atau ketika seseorang sedang mengonsumsi makanan. Bahkan, volume bisa terus bertambah ketika makanan—termasuk nasi—yang masuk lebih dari satu liter.

Jika hal itu terus berlanjut dalam waktu yang panjang, maka otot-otot dan  ruang cerna dalam tubuh akan merenggang. Masalahnya, orang akan merasa kenyang saat ruang cerna terisi penuh.

Maka dari itu, perlu upaya untuk mengendalikannya. Dalam penelitian yang dilakukan Boston Children’s Hospital seperti dibahas di atas, dikatakan bahwa untuk mengendalikan keinginan makan berlebihan, seseorang perlu membuat dirinya untuk mampu membatasi makanan yang dikonsumsi, terutama karbohidrat dengan kadar tinggi.

Terlebih lagi, orang Indonesia dan nasi terikat dengan riwayat yang panjang. Nasi disebut sebagai salah satu makanan yang ada dari zaman ke zaman sejak masa Paleolitikum (50.000 hingga 10.000 tahun lalu) di wilayah yang kemudian disebut Indonesia ini.

 

 

Tak mudah

 

Data International Diabetes Federation (IDF) pada 2015 menyebutkan, di Indonesia sudah ada lebih dari 10 juta penduduk berusia 20 tahun hingga 79 tahun yang menderita diabetes.

Pada tahun itu, tercatat hampir 185.000 orang Indonesia meninggal karena diabetes. Itu pun diperkirakan masih ada lebih dari 5 juta penderita diabetes yang tak terdata di luar sana karena belum memeriksakan diri.

Meskipun tak mudah, langkah untuk mengendalikan diri mengonsumsi karbohidrat demi kesehatan tubuh mutlak perlu dilakukan.

Dalam artikel “How Stop Sugar Craving”, ada delapan tips yang bisa dilakukan sesegera mungkin. Di antaranya, makanlah sedikit makanan manis—termasuk nasi sebagai sumber karbohidrat—saat Anda mengidam-idamkannya.

“Cobalah jaga konsumsi makanan manis maksimal 150 kalori per hari,” ujar juru bicara lain dari ADA, Kerry Neville.

Lalu, cara lainnya ialah snacking diantara makan besar supaya tidak terlalu kelaparan saat makan besar tiba. Akan tetapi, snack yang dipilih tentunya jangan snack yang juga tinggi karbohidrat. Pilihlah snack yang tinggi serat supaya bisa membantu kenyang lebih lama. Snack tinggi serat, bahkan juga tinggi protein bisa diperoleh dari SOYJOY, snack yang terbuat dari kedelai.

Dengan snacking SOYJOYdua jam sebelum makan besar, Anda bisa merasa kenyang lebih lama sehingga bisa mengurangi  konsumsi sumber karbohidrat, seperti nasi, tanpa harus merasa lapar terus-menerus. Dengan begitu, perasaan belum kenyang kalau belum makan nasi pun tinggal mitos.